doktrin keselamatan by Nusye Bastov Manuputty on Scribd
Tuesday 25 July 2017
Renungan : Tabur Tuai ( Kejadian 8 :22 )
TABUR
TUAI
Kejadian
8 : 22
“Selama
bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan
panas, kemarau dan hujan, siang dan malam."
Selama kita masih hidup tidak pernah terlepas dari
namanya tabur tuai,Allah mengatakan kepada Nuh pada saat itu ,karena zaman Nuh
banyak orang yang berbuat kejahatan dan akibat dari kejahatan itu mereka
dimusnahkan,sedangkan Nuh dan keluarganya diselamatkan oleh Allah karena hanya
Nuh yang hidup benar dan takut akan Tuhan.
Tabur tuai bukan hanya berbicara mengenai memberi
dan menerima dalam hal ini mengenai materi, tetapi tabur tuai juga berbicara
mengenai perbuatan / kehidupan kita sehari-hari.
Apa
yang di tabur itulah yang dituai.
Kita bebas menabur tetapi kita tidak bebas untuk
memilih tuaiannya , “Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan
dituainya.” ( Galatia 6:7b ) seperti apa yang dilakukan pada zaman Nuh
,orang-orang pada saat itu menabur kejahatan dan yang mereka terima adalah
kematian secara jasmani dan bukan hanya secara jasmani melainkan secara rohani
,berbeda dengan Nuh dan keluarganya mereka menabur hidup yang benar dan takut
akan Tuhan sehingga merekalah yang diselamatkan.
Bagaimana dengan kita ? apa yang kita tabur sekarang
,apakah hidup yang bertentangan dengan Firman Tuhan atau hidup yang sesuai
dengan Firman Tuhan.
Saat kita menabur hidup yang tidak benar,Alkitab
dengan jelas mengatakan dalam Amsal 22;8 “Orang yang menabur kecurangan akan
menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa. “. Kita semua pasti
tidak mau mendapatkan bencana dan mengalami kebinasaan bukan hanya di dunia ini
saja melainkan nanti setelah kita mati ,jika hidup kita tidak benar atau tidak
sesuai dengan Firman Tuhan maka kita akan mengalami kebinasaan kekal,memang
manusia tidak diselamatkan karena perbuatan baik tetapi orang yang mengaku
percaya kepada Yesus seharusnya melakukan juga apa yang diajarkan Yesus ,yaitu
perbuatan yang benar yang sesuai dengan Firman Tuhan .
Kita tidak mau kan seperti orang-orang yang pada
zaman Nuh yang hidupnya tidak takut akan Tuhan bahkan Alkitab mengatakan bahwa
mereka sangat jahat ,kenapa hidup mereka bisa seperti itu ? karena mereka tidak
percaya kepada Allah ,tetapi Nuh dan keluargannya percaya kepada Allah sehingga
mereka menjaga kehidupan yang benar ,begitupun dengan kita ,kalau sampai saat
ini hidup kita masih sesukanya sendiri,masih melakukan kejahatan kita sama
halnya dengan orang-orang yang tidak percaya kepada Allah, dan kita tahu apa
yang akan kita tuai jika hidup kita seperti itu ?
Bukan hanya antara hubungan kita dengan Allah tetapi
juga sesama kita , terkadang kita mau semua orang peduli sama kita tetapi kita
sendiri tidak peduli dengan orang lain, Matius 7 : 22 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki
supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” .
Amin
Wednesday 19 July 2017
Prinsip Hermeneutik ; Menafsirkan Kitab Nabi-Nabi
Sumber |
KITAB – KITAB PARA NABI
Bila Taurat harus dipahami sebagai
“Syarat-Syarat Perjanjian Bagi Israel, maka nabi bertugas untuk
“Menyelenggarakan Perjanjian itu di Israel”
Kitab-kitab para nabi cukup sering sulit
dimengerti karena banyak yang salah paham tentang “fungsi” dan “bentuknya”
Arti nubuat sebenarnya adalah mengumumkan masa
depan (yang dekat) dengan Israel (dan bangsa-bangsa lain di sekitarnya)
sehingga kadang-kadang
masa itu telah berada di belakang kita.
Karena itu fungsi pokok dari para nabi adalah
berbicara atas nama Allah (juru bicara Allah) kepada orang-orang sejaman dengan
mereka, maka kita perlu memperhatikan latar belakang sejarah mereka. Kitab-kitab nabi yang lebih panjang biasanya
berisis kumpulan firman yang diucapkan (tidak sekaligus dan kadang kronologis,
serta kita perlu berusaha mencari tahu batas-batas kotbahnya)
Fungsi nabi-nabi di Israel adalah:
1.
Pengantara (yang mengingatkan) dalam pelaksanaan
perjanjian/covenat
2.
Berita para nabi tidak berasal dari dirinya
sendiri, tetapi dari Allah (ada panggilan ilahi)
3.
Berita para nabi itu sebenarnya bukan barang
baru (sebab telah ada di lima kitab Taurat), namun disajikannya dalam kado baru
yang secara menarik mengingatkan para pendengarnya kepada Taurat
Dalam menjalankan tugas eksegesis
perhatikanlah berikutt ini:
1.
Kita membutuhkan alat bantu penafsiran
2.
Konteks historis luas (jaman tahun 760-460 SM)
yang sarat dengan: pergolakan politik, militer, sosial, ekonomi yang belum
pernah terjadi sebelumnya; ketidaksetiaan rohani dan takpedulikan Taurat Musa;
serta perubahan besar dalam penduduk dan batas-batas nasional.
Konteks historis khusus: waktu penyampaian pesan dna pendengar.
3.
Berpikirlah dari segi nubuat dan adakanlah
pemisahan berita nubuat yang tersendiri
(pisahkanlah kotbah satu dengan yang lainnya dan coba temukan garis besar pokok
pokok pikirannya)
4.
Ada 3
bentuk ucapan nubuat yang paling lazim, yaitu:s
·
Penuntutan perkara: Allah sebagai penggugat dan
Israel sebagai tergugat
·
Firman celaka/malapetaka:
§
Konteksnya: perkabungan kematian
§
Urut-urutannya: pengumuman – alasan - nubuat
binasa
·
Firman janji keselamatan: berisi petunjuk
perubahan yang cukup radikal di masa depan sebagai masa berkat
5.
Para nabi sering memakai puisi sebagai sarana
penyampaian pesan supaya lebih menarik dan lebih mudah diingat/dihafal oleh
para pendengarnya. Kenalilah sifat-sifat
khas puisi Ibrani.
Dalam menjalankan tugas eksposisi, ada
beberapa saran berikut:
1.
Para nabi adalah peramal bagi masa depan mereka
sendiri. Jangna abaikan konteksnya, maksud
penulisannya, gaya bahasanya,
dan penyusunan katanya.
Ada perspektif ganda dalam
penggenapannya
2.
Nubuat dan arti kedua (sensus plenior) hanya
merupakan hak bagi para penulis PB, karena mereka diiilhami sedangkan kita
hanya diterangi (iluminasi).
3.
Karena para nabi memperhatikan baik tentang
benar/tidaknya umat Allah dalam hal kepercayaan (ortodoksinya) maupun hal
perilaku/tindakan (ortopraksi), maka kita pun harus memperhatikan keduanya.
4.
Bahasa eskatologi sering bersifat kiasan. Contoh Yehezkiel 37 sebenarnya berbicara
tentang kebangkitan Israel (ay.12-14)
Prinsip Hermeneutik : Menafsirkan Kitab-Kitab Taurat
sumber |
TAURAT (HUKUM-HUKUM)
Mencakup:
Keluaran (pasal 20 dst), Imamat, Bilangan dan Ulangan
Kunci
penafsiran: memahaminya sebagai “Syarat-Syarat Perjanjian Bagi Israel”
Garis-garis
pedoman awal untuk mengerti hubungan antara orang Kristen dengan Taurat PL:
1. Taurat PL adalah suatu covenant atau
ikatan perjanjian. Makna kata “karath
berith”: adalah memotong. Perjanjian itu
ditandai dengan adanya sesuatu yang dipotong, atau sunat. Ini hanya berlaku bagi Israel
2. PL bukan wasiat kita. Kita tidak dituntut untuk melakukan semua,
kecuali yang dibaharuii di PB. Sekalipun
kesetiaan tetap dituntut, namun cara-cara mentaatinya kemungkinan sudah
berubah.
3. Beberapa hukum PL yang tidak
dibaharui di dalam PB meliputi:
·
Hukum
perdata/pengadilan bangsa Israel
·
Hukum
keagamaan Israel
Contoh: padahal kita
tidak perlu lagi korban, tapi mengapa kita masih perlu membaca kitab
Imamat? Supaya kita tahu bagaimana
kesetiaan mereka dalam penyembahan.
4. Sebagian PL dibaharui dalam PB,
misal: beberapa segi dari hukum etika PL (bandingkan Mat.22:40; Ul.6:5; Im.
19:18 dan Mat.5:21-48)
5. Hukum Taurat tetap merupakan FIRMAN
ALLAh bagi kita, walau bukan merupakan PERINTAH ALLAH bagi kita.
6. Hanya Taurat PL yang dengan tegas
dibaharui dalam PB boleh dianggap sebagai bagian dari hukum Kristus bagi kita
Peranan
Taurat di Israel dan didalam Alkitab
1. Taurat tidak menyelamatkan, namun
Allahlah sang Penyelamat. “Taurat
menunjukkan bahwa tidka mungkin kita diperkenan Allah dengan kekuatan kita
sendiri”.
2. Taurat adalah “model/pola hidup yang
setia”, bukan daftar yang lengkap.
3. Ada hukum-hukum apodiktis yang perlu
dibedakan dari hukum-hukum kasuistis
Dibandingkan
dengan kitab undang-undang lain sezamannya, Taurat menunjukkan kemajuan yang
luar biasa.
Manfaat
Taurat PL bagi Israel (walau tidak menyelamatkan, namun secara umun bersifat
melindungi/proteksi). Misalnya:
1. Hukum mengenai makanan: perlindungan
terhadap penyakit, ekonomi, dan sinkristisme penyembahan.
2. Hukum mengenai penumpahan darah:
jalan Allah untuk mengampuni
3. Larangan-larangan yang tak lazim
adalah pencegahan dari praktek-praktek upacara kesuburan bangsa-bangsa kafir
4. Hukum yang memberi berkat
Friday 14 July 2017
Prinsip Hermeneutik : cara Menafsirkan Hikayat-hikayat Perjanjian Lama
Sumber |
HIKAYAT-HIKAYAT PERJANJIAN LAMA
Mencakup: Kejadian, Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1-2
Samuel, 1-2 Raja-Raja, 1-2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, sebagian Daniel, Yunus dan
Hagai
Hikayat Alkitab adalah cerita tentang Allah;
lakon utamanya adalah Allah sendiri.
Sehingga hikayat-hikaya itu bun bertujuan untuk menceritaka cerita
tentang orang-orang yang pernah hidu pada jaman PL, namun apa yang Allah
lakukan terhadap atau melalui orang-orang ini.
Pesannya terdapat pada keseluruhan unit cerita.
Hikayat-hikayat tingkat perorangan membentuk
kesatuan sejarah umat Allah (Israel), dan sejarah uamat Allah dilengkapi dengan
sejarah lain-lain membentuk kesatuan sejarah keselamatan Allah yang
dilaksanakanNya melalui karya ciptaanNya
SEPULUH PRINSIP MENAFSIR HIKAYAT
1.
Hikayat PL tidka secara langsung mengajar
doktrin
2.
Hikayat PL biasanya menjelaskan doktrin-doktrin
yang diajarkan sebagai satu dasar pikiran di tempat lain
3.
Hikayat PL mencatat apa yang terjadi, bbukan apa
yang seharusnya telah terjadi atau apa yang setiap waktu harus terjadi. Oleh karena itu tidak semua hikayat
mengandung suatu nasihat tersendiri yang dapat dikenal
4.
Apa yang orang lakukan di dalam hikayat
tidakklah selalu menjadi contoh yang
baik bagi kita. Contoh: Daud dan Musa
5.
Kebanyakan tokoh dalam Hikayat PL bukanlah
contoh yang sempurna di dalam tindakan mereka.
6.
Tidak selalu diberitahukan pada akhir hikayat
bahawa apa yang terjadi itu baik atau buruk.
Diharapkan bahwa kita mampu menilai hal itu berdasarkan apa yang telah
ajarkan kepada kita secara langsung dan pasti dalam Alkitab.
7.
Semua hikayat bersifat selektif dan tidak
lengkap. Tidak semua seluk beluk yang relevan selalu diberikan (bandingkan
Yohanes 20:25). Yang muncul dalam
hikayat adalah segala sesuatu yang
menurut pendapat pengarang yang diilhami itu penting untuk kita ketahui
8.
Hikayat itu tidka ditulis untuk menjawab setipa
pertanyaan kita yang berhubungan dengan teologi. Hikayat memiliki tujua khusus yang terbatas
dn membicarakan pokok pokok tertentu, serta membiarkan pokok pokok lain dibahas
di tempat lain dengan cara yang lain.
9.
Hikayat bisa mengajar secara eksplisit (dengan
menyatakan sesuaut dengan jelas) atau implisit (dengan menunjukkan sesuatu
dengan jelas tanpa benar-benar menyatakannya
10.
Dalam analisa terakhir, Allah menjadi pahlawan
dalam semua hikayat Alkitabiah.
6 kesalahan yang lazim dalam menafsirkan hikayat adalah:
1.
Mengalegorikannya (menganggap sebagai penuh arti
tersembunyi sehingga dicoba direka-reka maknanya)
2.
Dekontekstuaalisasi (meniadakan/mengabaikan hubungan
konteks)
3.
Memilih dan menyaring (kata-kata khusus untuk
dijadikan sebagai pusta perhatian)
4.
Pengggabungan yang salah (comot sana, comot
sini)
5.
Menjelaskan kembali apa yang sudah jelas untuk
berarti lain
6.
Mencari otoritas di luar kanon
Cerita TIDAK SAMA DENGAN laporan
Mengapa Allah memakai cerita-cerita dalam PL?
Dalam kemahatahuanNya, Allahmengenal bahwa
bangsa Israel/yahudi kelak akan menjaga tradisi nasionalnya secara oral/lisan,
sehingga hikayat/cerita telah menjadi alat yang sangat efektif untuk menjaga
kelestarian iman dan kepercyaan kepadaNya.
Prinsip Hermeneutik : Cara Menafsirkan surat-surat Kiriman
Eksegesis
(Berpikir Secara Kontekstual dan
Paragraf)
Sebagaimana
ciri surat pada abad I, SSK juga memiliki bentuk:
-
nama penulis
-
nama penerima
-
salam
-
doa harapan atau ucapan syukur (tidak selalu
ada dalam surat-surat PB)
-
tubuh surat
-
salam penutup dan salam perpisahan
Tugas menafsirkan SSK bukan sesuatu yang
mudah. Alasannya terletak pada sifat SSK
yang disebut sebagai dokumen tidak berkala,
yaitu dokumen yang muncul karena dan dimaksudkan untuk suatu peristiwa khusus. Selain itu SSK ditulis pada abad I dan bukan
ditujukan untuk kita.
Oleh karena
sifatnya yang tak berkala itu, SSK pertama-tama bukan ditulis sebagai risalah teologi atau teologi sistimatika dari
Paulus. Memang ada teologi di dalamnya
yang merupakan teologi tugas, yaitu teologi yang ditulis dan diarahkan pada tugas
yang ada. Namun itupun hanya sebagian
dari teologinya. Contoh dalam I
Korintus: masalah kebangkitan tubuh.
Karena sifat SSK demikian, maka pedoman untuk menafsirkannya adalah
dengan selalu memperhatikan konteks historis dan konteks sastra.
a. Konteks Historis
Ini mencakup konteks dalam
(latar belakang dari segala sesuatu yang dikatakan oleh teks) dan konteks
luar (alasan kemunculan surat).
Kedua konteks ini menuntut penyelidikan terhadap keadaan pembaca,
penulis, kota, situasi sosial, ekonomi, politik, dll. Cara mendapatkan informasi ini adalah:
- mencari
keterangan dari kamus Alkitab, ensiklopedia, buku-buku survey PB, dll.
- membaca SSK
yang bersangkutan berulang kali untuk mendapatkan gambaran tentang sikap
penerima, penulis, alasan penulisan dan pembagian yang wajar dari
surat. Tidak ada hal lain yang
dapat menggantikan tugas membaca ini.
b. Konteks Sastra
Membaca sambil berpikir secara
paragraf adalah syarat untuk
mengetahui konteks sastra SSK. Khususnya
I Korintus, SSK berisi pokok-pokok pembicaraan yang berbentuk paragraph. Caranya adalah dengan selalu menanyakan apa isi/maksud penulis dalam paragraph ini?
Eksposisi
Bagaimana menerapkan hasil eksegesis
surat kiriman yang ditulis abad 1 pada abad 21 ini dengan konteks
kehidupan yang jauh berbeda dan
bermacam-macam. Ingat selalu pada dua
peraturan.
Peraturan dasar : suatu teks tidak
dapat mempunyai arti yang tidak pernah dimaksudkan oleh penulis dan pembacanya. Dengan kata lain : setiap teks selalu
dimengerti oleh pembaca dan penulis.
Oleh sebab itu eksegesis sangat perlu, sebab penyelidikan teks harus
dimulai dari there (di sana) and then/past (dulu), bukan here (di
sini) and now (sekarang). Ini
akan mencegah kita untuk membatasi apa yang tidak dimaksudkan teks.
Peraturan kedua: kapan saja kita
mengalami fakta-fakta yang sebanding (yaitu
situasi kehidupan khusus yng serupa) dengan keadaan abad pertama, maka Firman
Allah kepada kita adalah sama dengan FirmanNya pada mereka. Sekali lagi: eksegesis yang baik akan
meyakinkan kita bahwa situasi dan fakta kita akan sebanding dengan mereka.
Pertanyaan: bagaimana jika
suatu teks, cth: makan daging yang dipersembahkan pada berhala, dapat diterapkan
di luar fakta khusus ini? Setidaknya ada
4 persoalan yang senada dengan masalah ini.
a. Masalah Penerapan yang Diperluas (jika fakta abad
21 tidak
ada pada abad
1)
Dapatkah fakta khusus dalam SSK
diterapkan secara lebih luas? Jika
terdapat situasi dan fakta yang sebanding di abad maka Firman Allah kepada
kita, seharusnya dibatasi oleh maksud mula-mula teks. Kadang kita tidak tahu persis apa yang
dilarang/tidak dimaksud oleh teks.
Namun setidak-tidaknya, kita mengetahui apa yang dimaksud oleh
teks.
b. Masalah Fakta-Fakta yang Tidak Sebanding (jika fakta di abad
1 tidak ada
lagi di abad 21)
Kadang-kadang fakta yang terdapat
dalan SSK tidak memiliki fakta imbangan sama sekali dengan abad 21. Cth: di Indonesia, tidak menjadi masalah jika
seorang wanita tidak memakai kerudung saat ibadah. Lalu bagaimana teks ini berbicara pada kita?
Pertama: lakukan eksegesis dengan
teliti dan temukan prinsip atau kebenarna kekal, yang biasannya
akan melebihi fakta historis dimana prinsip itu diterapkan. Untuk masalah di atas, kita menemukan prinsip
ketundukan pada suami/laki-laki (otoritas yang lebih tinggi)
Kedua: terapkan prinsip itu pada fakta yang benar-benar
sebanding. Dalam situasi/fakta bagaimanakah prinsip ketundukan pada
suami dapat diterapkan dalam konteks Indonesia?
Salah satu bentuk ketundukan pada suami ialah tidak menjelek-jelekkan
atau membentak suami di depan umum.
c. Persoalan Relativitas Kebudayaan
Inilah letak kesulitan penerapan
SSK. Bagaimana Firman Allah yang kekal
dapat diterapkan pada situasi kebudayaan abad 21 yang sangat jauh berbeda
dengan abad 1? Dengan kata lain:
bagaimana membedakan yang prinsip (FA yang harus dibawa ke abad 21) dan budaya
(yang harus ditinggalkan di abad 1)?
Garis pedoman:
- bedakan
pokok inti (core) dan masalah yang
bergantung pada pokok itu (margin)
- bedakan yang
moral/mutlak dan tidak. Masalah
moral berhubungan dengan dosa yang selalu salah.
- kesaksian
seragam maupun yang berbeda dari teks PB yang lain . Cth: yang seragam: masalah kasih,
salahnya pertengkaran. Yang tidak
seragam: masalah wanita yang boleh melayani (Rom.16:1-2,3,7) dan tidak
boleh melayani (I Kor.14:34-35 dan I Tim.2:11-12); masalah politik
(Rom.13:1-5, I Pet.2:11-12 dipertentangkan dengan Wahyu pasal 13-18). Jika ada yang berbeda, selidiki latar
belakang masing-masing. Bisa jadi
keduanya ternyata sama/seragam.
- bedakan
prinsip dan penerapan khusus di PB (budaya)
- jika budaya
di PB hanya satu-satunya pilihan.
Cth: masalah perbudakan.
Orang Kristen memperlakukan budak, jauh lebih manusiawi ketimbang
budaya lain.
- berjaga-jaga
terhadap perbedaan budaya yang tidak segera tampak. Cth: tidak mungkin wanita jaman sekarang
tidak terlibat dalam pelayanan karena kesempatan pendidikan sekarang jauh
lebih terbuka dari pada abad 1.
d. Persoalan Teologi Tugas
Karena SSK adalah dokumen tak berkala
dan karena persoalan teologi tugas, maka kita harus puas dengan pengertian
teologis kita. Di luar yang ditegaskan
teks, maka segala sesuatu adalah spekulasi semata.
Kadang persoalan muncul karena kita
menanyakan pertanyaan-pertanyaan kita pada teks yang karena sifat tak
berkalanya hanya dapat menjawab pertanyaan mereka. Akibatnya kita tidak menemukan jawaban
yang memuaskan untuk masalah aborsi, baptisan bayi, merokok, euthanasia. Cth:
Paulus menghadapi masalah pernikahan kembali dalam lingkungan Yunani
yang pada masa Yesus, Ia tidak sempat membicarakannya karena itu di luar budaya
Yahudi. Lalu bagaimana? Telitilah dasar
seluruh Alkitab yang meliputi pengertian tentang penciptaan – penyempurnaan
akhir.
Wednesday 5 July 2017
Khotbah : Keluarga Yang harmonis
Keluarga yang
Harmonis
Efesus 5 : 15-21
Setiap orang pasti menginginkan keluarga yang harmonis
akan tetapi pada realitanya berkata lain ,bahkan keluarga Kristenpun tidak bisa
merasakan keluarga yang harmonis,adanya permasalahan antara suami dan
istri,antara orang tua dan anak dan antara anak-anak sendiri,sehingga munculah
keluarga yang berantakan , dan itu sangat merugikan bagi setiap anggota
keluarga . dan penyebab keluarga yang itu tidak menjadi harmonis adalah Faktor
perpedaan prinsip,faktor ekonomi,faktor kurangnya komunikasi karena sibuk
dengan kegiatan masing-masing dan masih banyak faktor yang menyebabkan keluarga
itu tidak harmonis “seharusnya setiap
keluarga Kristen harus memeliki keluarga yang harmonis” trus apa yang harus
dilakukan agar kita bisa memiliki keluarga yang harmonis ? Alkitab yang kita
percaya sebagai Firman Tuhan adalah jawaban dari pertanyaan itu ,dalam Efesus
5:15-21 akan memberikan pemahaman bagi kita apa yang seharusnya kita lakukan
agar memiliki Keluarga yang harmonis.
Yang harus keluarga Kristen lakukan adalah
·
Keluarga
yang menggunakan waktu dengan baik ( ayat 16 )
“dan pergunakanlah waktu
yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”
Jika kita ingin keluarga kita memliki keluarga yang
harmonis maka kita harus mempergunakan waktu dengan baik , kita semua diberi
waktu yang sama yaitu 24 jam sehari , akan tetapi berapa jam yang kita habiskan
untuk keluarga kita ? apakah waktu kita lebih banyak kita habiskan untuk bersosialisasi
dengan orang diluar ,kita habiskan hanya untuk mengejar target pekerjaan kita
,kita habiskan untuk membuka internet dan lebih memilih interaksi dengan dunia
maya daripada keluarga kita .
Saya pernah melihat satu keluarga yang kelihatan baik-baik saja ,masuk ke
sebuah rumah makan ,disitu mereka memesan makanan ,dan pada saat makanan telah
dipesan ,apa yang mereka lakukan ?,masing-masing mengambil gadget mereka dan
mulai senyum-senyum sendiri saat mulai membuka gadget , pemandangan ini membuat
saya bertanya , sebenarnya mereka makan bersama keluarga atau orang yang di
dunia maya ?.
Ingat bahwa yang menjadi salah satu faktor keluarga itu
hancur karena kurangnya komunikasi ,tidak salah kalau kita juga harus
berinteraksi dengan orang diluar/dunia maya dan sangat tidak salah kalau kita
bekerja ,akan tetapi luangkanlah waktu buat komunikasi ,baik antara suami dan
istri,antara orang tua dan anak-anak,dan antara anak-anak sendiri. Apalagi
sebagai keluarga Kristen luangkan waktu untuk bisa berkumpul bersama ,saling
berbagi ,saling mendoakan ,suasana seperti inilah yang harus dimiliki keluarga
Kristen . jika komunikasi antara setiap anggota keluarga baik maka hubungan
antara sesama aggota keluargapun baik.
·
Keluarga
yang mengerti kehendak Tuhan ( ayat 17 )
“Sebab itu janganlah
kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” , Alkitab sangat jelas mengatakan agar kita jangan bodoh ,
melainkan mengerti mana yang menjadi kehendak Tuhan ,ketika setiap anggota
keluarga bisa mengerti kehendak Tuhan dalam hidupnya ,maka saya percaya bahwa
keluarganya akan harmonis ,karena orang yang mengerti kehendak Tuhan akan
bertindak hati-hati bukan melakukan segala sesuatu menurut suka-sukanya sendiri
, ia akan tahu membedakan mana yang menjadi prioritas ,mana yang harus
dilakukan dan mana yang tidak harus dilakukan , ingat bahwa yang Tuhan kehendaki
adalah hal-hal yang baik,tapi yang baik menurut Allah bukan ukuran manusia .
Seorang suami yang mengerti kehendak Tuhan , akan mengasihi istrinya dengan
sepenuh hati ( ayat 25) dan dia tidak akan melakukan penyimpangan,seorang istri
yang mengerti kehendak Tuhan ,akan menghargai suaminya dan tunduk kepada suami
( ayat 22) ,orang tua yang mengerti kehendak Tuhan akan mendidik anak-anaknya
menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan ,dan anak-anak yang mengerti kehendak
Tuhan akan menghormati orang tua ,serta taat
kepada orang tua .
Itulah yang menjadi kehendak Tuhan ,jika semua anggota
keluarga mengerti kehendak Tuhan maka saya yakin ,keharmonisan keluarga itu
dapat dirasakan ,dan untuk bisa mengerti kehendak Tuhan adalah dengan membaca
Firman Tuhan karena isi hati Tuhan sudah tertulis dalam Alkitab . jadi sebagai
keluarga Kristen seharusnya kita mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan.
·
Keluarga
yang di penuhi roh kudus ( ayat18 -
19 ).
Pada ayat ini sangatlah jelas mengatakan bahwa harus dipenuhi dengan Roh Kudus ,karena jika
tidak maka kedagingan yang berkuasa ,keluarga Kristen haruslah memeliki Roh
Kudus karena itulah yang akan menuntun setiap anggota keluarga tidak melakukan
penyimpangan .
seperti suami/istri yang melakukan perselingkuhan ,suami yang masih suka
mabuk-mabuk ,pergi ke tempat-tempat tidak baik,suami yang masih suka memukul
istri,Istri yang masih suka memberontak terhadap suami. ,mengapa bisa terjadi ?
karena mereka lebih ingin memuaskan kedagingan mereka.
tetapi jika setiap anggota memeliki Roh Kudus maka Roh
Kuduslah yang akan mengingatkan agar tidak melakukan hal-hal yang tidak baik,
dan Roh Kuduslah yang akan menuntun untuk tidak memilih memuaskan kedagingan .
Kita tahu bahwa jika hal-hal yang tidak baik terjadi
antara suami dan istri ,maka kemungkinan besar keluarga itu akan berantakan ,
Undangah Roh Kudus ada dalam kehidupan suamimu atau istrimu
juga anak-anakmu .
Ciri-ciri
keluarga yang penuh Roh Kudus
ü Memuji
dan menyembah Tuhan (19)
ü Mengucap
syukur (20)
ü Hidup
dalam kerendahan hati(21) menganggap yang lain juga lebih penting.
Keluarga
yang dipenuhi dengan Roh Kudus akan melakukan ketiga hal diatas ,dan apabila
hal itu dilakukan maka keharmonisan itu dapat dimiliki oleh setiap keluarga
Kristen .
Maukah
kita memeliki keluarga yang harmonis ? saya yakin ini adalah keinginan setiap
kita , karena keharmonisan akan membuat keluarga menjadi bahagia , jika itu
yang kita inginkan maka lakukanlah hal-hal yang diatas yaitu menggunakan waktu
dengan baik,mengerti kehendak Tuhan,undanglah Roh Kudus memenuhi setiap anggota
keluarga .maka keharmonisan keluarga dapat kita rasakan .
Tuhan
Yesus memberkati kita semua .Amin (Penulis: Nusye Manuputty, S.Th)
Subscribe to:
Posts (Atom)