![]() |
Sumber |
HIKAYAT-HIKAYAT PERJANJIAN LAMA
![*](file:///C:/Users/NBM/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/NBM/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/NBM/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/NBM/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
1.
Hikayat PL tidka secara langsung mengajar
doktrin
2.
Hikayat PL biasanya menjelaskan doktrin-doktrin
yang diajarkan sebagai satu dasar pikiran di tempat lain
3.
Hikayat PL mencatat apa yang terjadi, bbukan apa
yang seharusnya telah terjadi atau apa yang setiap waktu harus terjadi. Oleh karena itu tidak semua hikayat
mengandung suatu nasihat tersendiri yang dapat dikenal
4.
Apa yang orang lakukan di dalam hikayat
tidakklah selalu menjadi contoh yang
baik bagi kita. Contoh: Daud dan Musa
5.
Kebanyakan tokoh dalam Hikayat PL bukanlah
contoh yang sempurna di dalam tindakan mereka.
6.
Tidak selalu diberitahukan pada akhir hikayat
bahawa apa yang terjadi itu baik atau buruk.
Diharapkan bahwa kita mampu menilai hal itu berdasarkan apa yang telah
ajarkan kepada kita secara langsung dan pasti dalam Alkitab.
7.
Semua hikayat bersifat selektif dan tidak
lengkap. Tidak semua seluk beluk yang relevan selalu diberikan (bandingkan
Yohanes 20:25). Yang muncul dalam
hikayat adalah segala sesuatu yang
menurut pendapat pengarang yang diilhami itu penting untuk kita ketahui
8.
Hikayat itu tidka ditulis untuk menjawab setipa
pertanyaan kita yang berhubungan dengan teologi. Hikayat memiliki tujua khusus yang terbatas
dn membicarakan pokok pokok tertentu, serta membiarkan pokok pokok lain dibahas
di tempat lain dengan cara yang lain.
9.
Hikayat bisa mengajar secara eksplisit (dengan
menyatakan sesuaut dengan jelas) atau implisit (dengan menunjukkan sesuatu
dengan jelas tanpa benar-benar menyatakannya
10.
Dalam analisa terakhir, Allah menjadi pahlawan
dalam semua hikayat Alkitabiah.
![*](file:///C:/Users/NBM/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
1.
Mengalegorikannya (menganggap sebagai penuh arti
tersembunyi sehingga dicoba direka-reka maknanya)
2.
Dekontekstuaalisasi (meniadakan/mengabaikan hubungan
konteks)
3.
Memilih dan menyaring (kata-kata khusus untuk
dijadikan sebagai pusta perhatian)
4.
Pengggabungan yang salah (comot sana, comot
sini)
5.
Menjelaskan kembali apa yang sudah jelas untuk
berarti lain
6.
Mencari otoritas di luar kanon
![*](file:///C:/Users/NBM/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/NBM/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Dalam kemahatahuanNya, Allahmengenal bahwa
bangsa Israel/yahudi kelak akan menjaga tradisi nasionalnya secara oral/lisan,
sehingga hikayat/cerita telah menjadi alat yang sangat efektif untuk menjaga
kelestarian iman dan kepercyaan kepadaNya.
No comments:
Post a Comment