STUDI EKSEGESIS MATIUS 20: 20-28
Penulis: Yerikho Simaremare ; STT Berea: Salatiga |
BAB
I PENDAHULUAN
Injil sinoptik
adalah injil yang banyak menuliskan kisah mengenai kehidupan atau pelayanan
Yesus, salah satunya adalah injil Matius. Di dalam kitab Matius banyak
dituliskan kisah tentang Yesus yang melakukan mujizat, Yesus memberikan
pengajaran dan pada kitab ini ada di tuliskan mengenai Yesus berkhotbah di
bukit.
Namun ada satu pengajaran Tuhan Yesus, yang sepertinya
bertolak belakang dengan pemikiran banyak orang, menjadi suatu keunikan yang
akan di teliti oleh penulis. Kisah tersebut dicatat dalam Matius 20 : 20 – 28.
Dan yang memberikan keunikannya adalah mengenai perkataan Yesus (Matius 20 :
26-28), “26Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara
kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 27 dan barangsiapa ingin
menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;28
sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani
dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."[1]
Jawaban Yesus ini, seperti bertolak belakang dengan kenyataan dalam kehidupan,
bagaimana mungkin, seorang pelayan menjadi yang terbesar, dan bagaimana
mungkin, seorang hamba menjadi yang terkemuka.
Paper ini akan berusaha
menjelaskan maksud dari perkataan Yesus tersebut melalui sudut pandang Injil
Matius dengan melakukan beberapa analisa yang memperhatikan prinsip dan langkah
penafsiran yang tepat, selanjutnya sedikit eksposisi untuk penerapan masa kini
yang dapat dipelajari sebagai suatu acuan untuk selanjutnya dalam kehidupan
BAB II EKSEGESIS TEKS
Pendahuluan
Injil Matius
Injil Matius ditulis
oleh Matius Lewi, yaitu seorang pemungut cukai, yang dipanggil oleh Yesus
menjadi salah seorang dari bagian kedua belas murid-Nya.[2]
Penulis injil Matius mungkin terdidik dalam lingkungan dimana ada ahli Taurat,
dan Matius mengeluarkan dari kekayaannya hal-hal baru dan lama. Di dalam
keselurahan injil Matius penulis kitab menggunakan pengetahuannya tentang
Perjanjian lama untuk mendukung anggapan-anggapan Kristen. Contoh silsilah
Yesus, yang diangkat lansung dari
Perjanjian Lama.[3] Oleh
karena penulis memiliki cara berpikir yang sama dengan orang Yahudi, maka
Matius banyak menuliskan sesuai dengan pemahaman orang Yahudi pada saat itu. Dan
Matius mencatat injil ini serta menghubungkan dengan ajaran Yesus tentang
etika.
Injil ini ditulis untuk orang
percaya berkebangsaan Yahudi. Menginjak abad pertama, orang Israel Yahudi telah
terbagi dalam berbagai sekte-sekte diantaranya orang Farisi, orang-orang
Saduki, orang Esseni, orang Samaria, dan para pengikut Yohanes Pembaptis, di
mana sekte-sekte ini telah mengubah kepercayaan Yahudi.[4]
Latar belakang Yahudi dari injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk dalam
ketergantunganya terhadap janji dan nubuatan PL untuk membuktikan bahwa Yesus
memang Mesias yang sudah lama dinantikan, dan juga penyebutan Kerajaan Sorga
(yang searti dengan kerajaan Allah), bangsa Yahudi menyebutnya Kerajaan Sorga
sebagai bukti rasa hormat dan segan dalam penyebutan nama Allah secara lansung,
dan injil ini kemungkinan di tulis pada tahun 60-an atau sebelum tahun 70.[5]
Injil ini ditulis untuk menunjukkan bahwa Kerajaan
Sorga dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum
pernah terjadi sebelumnya, karena orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya.
orang Israel tidak percaya bahwa Yesus datang sebagai Mesias yang rohani
melainkan sebagai Mesias politis.[6]
Orang Yahudi beranggapan bahwa Yesus akan menjadi Raja, namun Yesus menjadi
Raja secara Politik. Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam
kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua
bangsa.
Berpikir secara Horizontal:
Paralelisme
20 Maka datanglah ibu anak-anak
Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk
meminta sesuatu kepada-Nya.
21 Kata Yesus: "Apa yang
kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini
boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan
yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."
22 Tetapi Yesus menjawab,
kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum
cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami
dapat."
23 Yesus berkata kepada mereka:
"Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku
atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan
kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."
24 Mendengar itu marahlah
kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.
25 Tetapi Yesus memanggil mereka
lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa
memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan
kuasanya dengan keras atas mereka.
26 Tidaklah demikian di antara
kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu,
27 dan barangsiapa ingin menjadi
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
28 sama seperti Anak Manusia
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan
nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
|
35 Lalu Yakobus dan Yohanes,
anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami
harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!"
36 Jawab-Nya kepada mereka:
"Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?"
37 Lalu kata mereka:
"Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi
di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu."
38 Tetapi kata Yesus kepada
mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum
cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus
Kuterima?"
39 Jawab mereka: "Kami
dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum
cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus
Kuterima.
40 Tetapi hal duduk di sebelah
kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan
diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan."
41 Mendengar itu kesepuluh murid
yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.
42 Tetapi Yesus memanggil mereka
lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan
pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
43 Tidaklah demikian di antara
kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu,
44 dan barangsiapa ingin menjadi
yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.
45 Karena Anak Manusia juga
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan
nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
|
Ada beberapa perbedaan yang dapat dilihat dari
kedua injil tersebut, sekalipun membicarakan topik yang sama, topik tersebut
adalah tentang permintaan ibu Yakobus dan Yohanes. Pada saat itu Ibu dari
Yakobus dan Yohanes anak Zebedeus meminta agar Yesus memerintahkan kedua
anaknya tersebut untuk duduk di sebelah Yesus, satu berada di sebelah kanan,
seorang yang lain duduk di sebelah kiri. Perbedaannya terletak pada ibu Yakobus
tersebut, Injil Matius menulis permintaan Ibu Yakobus dan Yohanes adalah untuk
duduk di kerajaan Allah. Sedangkan injil Matius menuliskan untuk duduk di
Kemuliaan-Mu.
Ungkapan Kerajaan Surga adalah satu idiom bahasa Semit
di mana surga adalah pengganti untuk nama ilahi di dalam penulisan Injil Matius.
Karena tradisi Injil menunjukkan bahwa Yesus tidak selalu menghindari kata
Allah, sangatlah mungkin bahwa ungkapan kerajaan surga adalah cocok dengan
lingkungan orang Kristen-Yahudi, yang memelihara tradisi injil Matius daripada
memantulkan berita mencerminkan pemakaian yang nyata oleh Yesus.[7]
Namun di balik perbedaan tersebut ada kesamaan susunan penulisan kedua injil
ini, yaitu injil Matius dan Markus menuliskannya setelah pemberitahuan ketiga
tentang penderitaan Yesus. Dan yang perlu diketahui adalah konsep kerajaan
Allah itu adalah sama, namun dituliskan sesuai dengan konsep budaya dari
penerima injil mula-mula.
Konteks historis Yesus
Politik dan Agama
Pada waktu Yesus berada dalam dunia,
kekaisaran Romawi menjajah bangsa Israel. Kekaisaran Romawi meliputi sebagian
besar Eropa, Afrika dan Asia. Hirkanus raja Israel menggantikan Alexandra
ibunya, tetapi adiknya Aristobulus ingin merebut kekuasaan kakaknya. Mereka
meminta bantuan kepada jenderal Romawi Pompeyus, tetapi lebih memihak kepada
Hirkanus dan berakhirlah pemberontakan Aristobulus. Hirkanus menjadi raja
Israel dan harus tunduk dalam segala hal kepada kekuasaan Romawi.
Ketika Yerusalem diserang oleh orang-orang
Partia, Herodes anak Antipater yang memerintah Galilea, dibawah kekuasaan
Hirkanus meminta bantuan ke Roma. Hirkanus dan Herodes dibebaskan tetapi
Herodeslah yang dipilih Roma. Herodes menjadi raja atas Israel pada tahun 37
sM, tanpa kesalahan apapun Herodes membunuh Hirkanus. Yesus lahir pada masa
pemerintahan raja Herodes yang disebut juga Herodes Agung.
Herodes adalah raja yang kejam dan ingin
di sembah. Setelah mati Herodes digantikan oleh anaknya yang pertama Arkhelaus
(Matius 2:22). Orang-orang Yahudi memberontak Kaisar Agustus karena Agustus mengambil
keputusan untuk membagi kerajaan tersebut. Arkhelaus memerintah
propinsi-propinsi Yudea dan Samaria. Herodes Antipas memerintah di Galilea dan
Filipus memerintah Iturea dan Trakhonitis. Enam tahun setelah kelahiran Yesus,
Arkhelaus dibuang oleh kaisar dan tidak lagi memerintah Yudea dan Samaria, yang
tekenal ialah Pontius Pilatus. Herodes Antipati hidup bersama Herodias istri
saudaranya, Herodias inilah yang membunuh Yohanes Pembaptis (Matius 14:3).
Filipus menikah dengan Salome puteri Heordias (Matius 14:6.)
Selama kekaisaran Romawi menguasai
Israel, orang-orang Yahudi berulang kali memberontak dengan gerakan-gerakan
kemerdekaan yang bersarang di Yudea, mungkin orang-orang ini disebut orang
Zelot. Masa-masa inilah Israel merindukan Mesias, Raja yang dijanjikan Allah.
Orang Israel memiliki pengharapan bahwa Allah akan menyuruh Mesias untuk
memerdekakan Israel.
Kerangka dasar teologi Perjanjian
Baru bersifat eskatologis. Orang-orang Yahudi berfikir secara eskatologis,
dimana Orang Yahudi hidup pada zaman yang hampir berakhir. Orang Yahudi
menantikan Mesias untuk mengakhiri zaman ini dan menghantarkan ke zaman yang
akan datang. Pemikiran eskatologis orang-orang Yahudi berarti sedang menantikan
akhir zaman.[8]
Zaman yang akan datang (masa
pemerintahan Allah), zaman Mesias disebut kerajaan Allah adalah masa dimana
ditandai dengan kehadiran Roh, kebenaran, kesehatan dan kedamaian dinyatakan.
Berbeda dengan zaman ini yang dikuasai oleh dosa, penyakit, kerasukan setan dan
orang jahat yang berjaya.
Orang-orang Kristen mula-mula
memahami konsep eskatologi orang Yahudi dan hidup sebagai umat eskatologis.
Orang Yahudi hidup masa antara permulaan dan perwujudan masa kesudahan.
Eskatologis Perjanjian Baru berbicara dalam pengertian peristiwa-peristiwa yang
sudah terjadi dan sebagian lagi belum terjadi. Karakter utamanya adalah
ketegangan antara yang sudah terjadi dan sebagian lagi belum terjadi, yang
telah tergenapi dan yang belum tergenapi dan yang belum datang sepenuhnya.
Dan yang perlu diketahui injil
Matius memberitakan kerajaan sorga sebanyak 32 kali dan kerajaan Allah sebanyak
5 kali (ITB), lebih banyak daripada Injil sinoptik lainnya.[9]
Sosial dan Budaya
Pada masa hidup Yesus, seluruh tanah
Palestina dipengaruhi oleh Hellenisme (budaya Yunani). Pembangunan berkembang
pesat, jalan-jalan dibangun. Bahasa yang dipergunakan adalah Yunani, Aram dan
Ibrani.
Di kalangan Yudaisme terdapat kaum
ningrat yang kaya, orang tersebut adalah kelompok alim ulama yang memperoleh
bagian keuntungan dari hasil penjualan hewan korban serta hasil pertukaran uang
dalam hubungannya dengan pajak Bait Suci. Dalam masyarakat kafir terdiri atas
kaum ningrat, kelas menengah, rakyat jelata, kaum budak dan penjahat.
Murid-murid
Yesus sebagian besar adalah nelayan, salah satunya adalah Simon Petrus, dan
beberapa orang yang terpelajar, termasuk Matius. Sebagai orang Yahudi,
murid-murid Yesus memiliki konsep pemikiran yang sama tentang Mesias. Mesias akan
memulihkan dan membebaskan Israel dari penjajahan Romawi. Murid-murid Yesus
berpikir Mesias secara politik bukan secara rohani. Oleh karena inilah Yesus
mengajarkan tentang penyempurnaan kerajaan ketika kedatangan-Nya kedua kalinya.[10]
Konteks Historis Yesus – Secara
Khusus
Sebelum permintaan Ibu Yakobus dan
Yohanes ini diajukan kepada Yesus, Yesus telah banyak melakukan pelayanan,
Yesus banyak menyembuhkan orang, dan Yesus juga memberikan banyak pengajaran.
Beberapa contoh yang Yesus berikan adalah tentang upah, dan hidup kekal serta
tentang Kerajaan Surga. Dan yang menariknya Yesus juga memperingatkan tentang
penderitaan-Nya untuk ketiga kalinya kepada murid-murid-Nya, sebelum permintaan
ini diajukan.
Yesus sebagai pengajar, Yesus
mengajar khususnya tentang Kerajaan Surga tidak hanya sekali. Sebelum
permintaan Ibu Yakobus dan Yohanes ini diajukan Yesus telah banyak mengajar hal
Kerajaan Surga, mungkin Yesus mengetahui bahwa untuk mengerti tentang Kerajaan
Surga bukanlah hal yang mudah, terlebih Yesus harus mengajarkannya sesuai
dengan pemahaman kebudayaan orang Yahudi tentang Kerajaan Surga. Oleh sebab itu
Yesus perlu mengajarkan hal Kerajaan Surga berkali-kali agar murid-murid-Nya
dapat mengerti akan hal itu.
Kemungkinan besar Ibu Yakobus dan
Yohanes masih kurang mengerti konsep Kerajaan Surga yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya,
sehingga seakan-akan untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus dapat
diberikan dengan mudahnya.
Konteks Historis Penulis
Matius (Lewi) adalah salah satu dari
kedua belas murid Yesus. Sebelumnya Matius adalah seorang pemungut cukai yang
dianggap hina oleh orang banyak, tetapi hidupnya diubahkan ketika Matius
dipanggil oleh Yesus. Matius menuliskan injil ini kepada sesamanya orang-orang
Yahudi, untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias dan Raja yang kekal serta
untuk menjelaskan tentang kerajaan Allah.
Matius memulai kisahnya dengan
memberikan silsilah Yesus. Kemudian Matius menceritakan tentang kelahiran dan
masa kanak-kanak Yesus, termasuk penyingkiran keluarga itu ke Mesir menghindari
Herodes yang mau membunuh, dan kepulangan Maria dan Yusuf ke Nazaret. Sesudah
Yesus dibaptis oleh Yohanes dan mengalahkan iblis di padang gurun, Yesus
memulai pelayanan-Nya dengan memanggil murid-murid pertama dan menyampaikan
khotbah di bukit. Matius menunjukkan otoritas Kristus dengan menceritakan
berbagai Mujizat yang Yesus lakukan, yaitu menyembuhkan orang-orang sakit dan
kerasukan roh jahat, bahkan membangkitkan orang mati.
Meski ada perlawanan dari
orang-orang Farisi dan penguasa-penguasa agama lainnya, Yesus terus mengajar
tentang Kerajaan Surga, Yesus terus memberi tahu murid-murid-Nya bahwa kematian
dan kebangkitan-Nya akan segera terjadi dan Ia menyatakan identitas-Nya yang
sejati kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes.[11]
Matius menggunakan Perjanjian Lama khususnya dalam kutipan-kutipannya dengan
maksud menunjukkan bukti-bukti Kitab Suci, Matius menuliskan dengan bahasa Perjanjian Lama
dengan maksud mengungkapkan sifat eskatologis dari apa yang terjadi.[12]
Studi Kata
Studi Kata
Matius 20:20-28
20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta
anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu
kepada-Nya. 21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?"
Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di
dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di
sebelah kiri-Mu." 22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya:
"Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang
harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." 23
Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal
duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak
memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah
menyediakannya." 24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang
lain kepada kedua saudara itu. 25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu
berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah
rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan
keras atas mereka. 26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa
ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 27
dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi
hambamu; 28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang."
Ayat 20 – 21
20 Maka datanglah ibu anak-anak
Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya
untuk meminta sesuatu kepada-Nya. 21 Kata Yesus: "Apa yang
kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini
boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu
dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."
20
Τότε προσῆλθεν αὐτῷ ἡ μήτηρ τῶν υἱῶν
Ζεβεδαίου μετὰ τῶν υἱῶν αὐτῆς προσκυνοῦσα καὶ αἰτοῦσά τι ἀπ᾽ αὐτοῦ.21 ὁ δὲ εἶπεν αὐτῇ· τί θέλεις; λέγει αὐτῷ·
εἰπὲ ἵνα καθίσωσιν οὗτοι οἱ δύο υἱοί μου εἷς ἐκ δεξιῶν σου καὶ εἷς ἐξ εὐωνύμων
σου ἐν τῇ βασιλείᾳ σου.
Matius sebagai penulis injil ini menuliskan kata sujud dalam bahasa Yunani προσκυνοῦσα, dalam Perjanjian Baru diartikan
dengan berlutut atau bersujud untuk melakukan penghormatan kepada seseorang,
dengan maksud mengekspresikan rasa hormat atau untuk membuat permohonan, kata
ini mengandung arti lebih dari sekedar tanda penghormatan, namun berlutut
sampai dahi menyentuh tanah, dan kata ini biasanya dipakai untuk penghormatan
kepada Allah dan Kristus yang telah naik, atau untuk menyembah Dia.[13]
Oleh sebab itu Ibu Yakobus dan Yohanes tidak sekedar sujud, namun menyembah
Yesus untuk meminta sesuatu. Sama dengan terjemahan dalam KJV kata sujud
diterjemahkan sebagai “worshiping” yang artinya menyembah.[14]
Dengan demikian adalah lebih baik mengartikan sujud sebagai menyembah.
Perminataan ibu
Yakobus dan Yohanes adalah agar Yesus memberikan perintah kepada kedua anak
Salome (Ibu Yakobus dan Yohanes), terlihat dari kata εἰπὲ, dapat dilihat dari modus kata ini menggunakan kata
kerja imperatif, yaitu kata kerja berbentuk perintah. Kata kerja ini maksudnya agar Yesus memberikan sebuah
perintah agar Yakobus dan Yohanes duduk di sebalah kanan dan kiri Yesus dalam
kerajaan-Nya.
Matius
menggunakan kata kerajaan dalam bahasa Yunani adalah βασιλείᾳ yang penjelasannya adalah sebuah kerajaan
dengan kekuasaan, dimana kerajaan ini tunduk kepada seorang raja , kata ini
digunakan dalam Perjanjian Baru yang merujuk kepada pemerintahan Mesias. Namun
tidak ada penjelasan yang menerangkan bahwa kerajaan yang dimaksud disini
kerajaan rohani, namun lebih mengarah kepada tentang perpolotikan karena
kerajaan pada bagian ini lebih mendominasi tentang kekuasaan dan aturannya.[15]
Ayat 22- 23
22 ἀποκριθεὶς δὲ ὁ Ἰησοῦς εἶπεν· οὐκ οἴδατε τί αἰτεῖσθε.
δύνασθε πιεῖν τὸ ποτήριον ὃ ἐγὼ μέλλω πίνειν; λέγουσιν αὐτῷ· δυνάμεθα.23 λέγει αὐτοῖς· τὸ
μὲν ποτήριόν μου πίεσθε, τὸ δὲ καθίσαι ἐκ δεξιῶν μου καὶ ἐξ εὐωνύμων οὐκ ἔστιν ἐμὸν
[τοῦτο] δοῦναι, ἀλλ᾽ οἷς ἡτοίμασται ὑπὸ τοῦ πατρός μου.
22Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak
tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus
Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." 23Yesus
berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk
di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya.
Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah
menyediakannya."
Pada
bagian ini menjelaskan jawaban Yesus mengenai pertanyaan dari Ibu Yakobus dan
Yohanes. “Yesus mengatakan dapatkah kamu meminum cawan”. Meminum dalam bahasa
Yunani adalah πιεῖν yang memiliki arti umum, yang
berkaitan dengan tanah atau tanaman, namun dapat diartikan untuk memenuhi atau
untuk menerima.[16] Dan kata
cawan dalam bahasa Yunani ποτήριον, secara harafiah artinya adalah cangkir, wadah
minum. Secara Metaforis adalah takdir seseorang baik atau jahat, dan ada
pengertian tentang minum secangkir artinya sangat menderita.[17]
Ayat 24-27
24
Καὶ ἀκούσαντες οἱ δέκα ἠγανάκτησαν
περὶ τῶν δύο ἀδελφῶν. 25 ὁ δὲ Ἰησοῦς προσκαλεσάμενος αὐτοὺς εἶπεν· οἴδατε ὅτι οἱ
ἄρχοντες τῶν ἐθνῶν κατακυριεύουσιν αὐτῶν καὶ οἱ μεγάλοι κατεξουσιάζουσιν αὐτῶν. 26 οὐχ οὕτως ἔσται ἐν ὑμῖν, ἀλλ᾽ ὃς ἐὰν θέλῃ ἐν ὑμῖν μέγας γενέσθαι ἔσται ὑμῶν
διάκονος, 27καὶ ὃς ἂν θέλῃ ἐν ὑμῖν εἶναι πρῶτος ἔσται ὑμῶν δοῦλος·
24
Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.
25 Tetapi Yesus memanggil mereka
lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa
memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan
kuasanya dengan keras atas mereka. 26Tidaklah demikian di antara
kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu,
27 dan barangsiapa ingin menjadi
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
Pada
ayat yang ke- 25 terjemahan NIV “Jesus called them together and said, "You
know that the rulers of the Gentiles lord it over them, and their high
officials exercise authority over them”. Yang artinya “Yesus memanggil mereka
bersama-sama dan berkata, "Kamu tahu bahwa penguasa orang-orang bukan
Yahudi yang memerintah mereka, dan pejabat tinggi mereka menjalankan otoritas
atas mereka”. Dan di ayat yang ke- 26 Yesus mengatakan untuk tidak seperti
pemimpin tersebut, karena pemimpin-pemimpin itu memerintah sesuai dengan otoritas dan sesuai dengan
kehendak yang kuat, namun siapa yang ingin menjadi besar, hendaklah menjadi
pelayan. Kata pelayan dalam bahasa Yunani adalah διάκονος, yang artinya menunggu orang
yang menunggu di meja. Namun pelayan disini dimaksudkan adalah sebuah pekerjaan
melayani yang melibatkan komitmen pribadi. Tetapi perhatian para murid dalam
konteks ini adalah kerajaan Allah, dimana menuju kerajaan itu melalui
penderitaan yang memiliki pelayanan sebagai intinya.[18]
Lalu
di ayat yang ke- 27 Yesus melanjutkan dengan mengatakan : “dan barangsiapa
ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”. Kata
hamba dalam bahasa Yunani adalah δοῦλος yaitu budak, diartikan secara umum adalah orang yang melayani
dalam ketaatan kepada oranglain. Budak adalah
orang yang tidak perlu di pertanyakan lagi ketaatannya, budak akan taat
baik atau tidak baik keadaannya. Seorang budak juga menyerahkan diri dan
hak-hak pribadi kepada orang lain.[19]
Ayat 28
28ὥσπερ ὁ υἱὸς τοῦ ἀνθρώπου οὐκ ἦλθεν διακονηθῆναι ἀλλὰ
διακονῆσαι καὶ δοῦναι τὴν ψυχὴν αὐτοῦ λύτρον ἀντὶ πολλῶν.
28sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang."
Pada
ayat ini, Yesus mengatakan bahwa Yesus datang untuk melayani dan bukan untuk
dilayani. Konsep melayani sama dengan konsep di ayat-ayat sebelumnya. Yesus
datang untuk melaksanakan tugas yang tidak menguntungkan dirinya sendiri,
tetapi menjadi berkat buat orang lain dengan memberikan hidupnya dalam
penebusan.[20] Dan
memberikan nyawa-Nya, maksudnya ialah memberikan kehidupan-Nya, Yesus mati
secara sukarela, karena memang itulah tugas Yesus. Yesus menjadi sebuah harga
untuk penebusan orang yang berdosa.
Penafsiran Teks
Penafsiran Teks
Kisah
ini adalah kisah dimana Isteri Zebedues, yaitu Ibu Yakobus dan Yohanes meminta
jabatan yang tertinggi di tahta yang akan di pegang oleh Yesus. Namun jawaban
Yesus atas permintaan tersebut seakan-akan membingungkan dan memberi pertanyaan
bagi orang percaya yang hidup pada masa kini. Bagaimana mungkin seorang pelayan
dapat menjadi yang terbesar diantara sesamanya, dan menjadi seorang hamba untuk
dapat menjadi yang terkemuka.
Ibu
Yakobus dan Yohanes pada saat itu sujud menyembah kepada Yesus, karena pada
saat itu sujud menyembah adalah suatu tindakan untuk menyatakan permohonan. Ibu
Yakobus dan Yohanes menyembah Yesus karena ada sesuatu yang diinginkannya dari
Yesus. Permohonan yang diberikan kepada
Yesus tersebut oleh Ibu Yakobus dan Yohanes membuktikan bahwa Ibu Yakobus dan
Yohanes tidak memiliki pemahaman yang baik tentang kerajaan yang akan di pegang
oleh Yesus. Sesuai dengan penjelasan kata Kerajaan (βασιλείᾳ) dalam ayat ke- 21 yaitu kerjaan
yang di perintah oleh seseorang raja. Ibu Yakobus dan Yohanes mengira bahwa
Yesus yang telah melakukan banyak mujizat dan dianggap sebagai Mesias, akan
bertahta di sebuah kerajaan, yaitu sebuah kerajaan Politik. Padahal sebelum
permohonan ini diajukan Ibu Yakobus dan Yohanes tersebut, Yesus telah mengajarkan banyak hal tentang Kerajaan
Surga kepada murid-murid-Nya, malahan Yesus juga telah menyatakan jati diri-Nya
kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes. Mungkin Yakobus dan Yohanes juga masih
tidak mengerti konsep Kerajaan Surga yang Yesus telah ajarkan. Yakobus dan
Yohanes mengira Yesus akan memerintah sebagai raja di kerajaan politik juga.
Oleh
sebab itu jawaban Yesus kepada Ibu Yakobus dan Yohanes seperti mengingatkan
kembali tentang Kerajaa Surga, yang telah diajarkan kepada murid-murid. Yesus
mengatakan kepada Ibu Yakobus “kalian tidak mengerti apa yang kalian minta”.[21] Lalu Yesus mengatakan dapatkah kamu meminum
cawan yang harus Ku minum ? maksud Yesus pada bagian ini adalah, apakah kalian
dapat menanggung penderitaan yang akan ku tanggung. Dan mereka mengatakan kami
dapat, Namun Yesus berkata bahwa untuk duduk di sebalah kanan dan kiri Yesus
bukanlah hak Yesus, namun itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa
Bapa-Ku menyediakanNya.
Hal meminum cawan yang Yesus maksud
adalah penderitaan yang harus Yesus tanggung, sama seperti peringatan yang
telah di katakan-Nya (Matius 20:17-19) sebelum kisah ini terjadi, yaitu bahwa
Yesus harus menderita, oleh sebab itu pengikut-Nya juga akan mengalami hal yang
sama, di hari yang akan datang murid-murid Yesus akan menderita demi nama
Yesus.
Oleh sebab itu Yesus mengatakan
jangan meniru para pemimpin dan pembesar bangsa-bangsa yang bukan Yahudi,
pemimpin dan pembesar tersebut memerintah dengan kekerasaan untuk menjadi yang
terbesar. Yesus berkata demikian karena Yesus ingin mengatakan bahwa kerajaan
yang akan Yesus pegang berbeda dengan kerajaan yang di ada di dunia. Lalu Yesus
berkata “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu” karena menjadi pelayan yang Yesus maksud adalah orang yang memiliki
komitmen pribadi, untuk menjadi berkat bagi orang lain sekalipun dianggap hina.
Karena orang seperti itulah yang akan menjadi besar dalam kerajaan Surga yaitu
tempat Yesus berotoritas dan bukan kerajaan politik. Sama halnya dengan menjadi
seorang hamba untuk menjadi yang terkemuka. Seorang hamba yang Yesus maksud
adalah orang yang menyerahkan diri dan hak-hak pribadinya kepada Tuhan, untuk
menjadi berkat juga, karena dengan begitulah kita menjadi menjadi yang
terkemuka di kerajaan Surga, dan bukan kerajaan politik.
Lewat
Kisah ini, Yesus membuktikan bahwa Yesus memang akan memerintah dalam sebuah Kerajaan,
namun bukanlah sebuah kerajaan politik, dan bukan kerajaan yang sama dengan
kerajaan yang ada di dunia ini. Dimana pemimpinnya memerintah dengan kekerasaan
untuk menjadi yang terbesar. Oleh sebab itu pernyataan Yesus mengenai pelayan
dan hamba menjelaskan, bahwa untuk menjadi yang terbesar dalam Kerajaan-Nya
adalah dengan melayani dan memberi diri sebagai hamba Tuhan. Bukan dengan
memerintah melainkan dengan melayani.
BAB III EKSPOSIS
Yesus adalah Raja yang kekal atas
seluruh umat-Nya, oleh sebab itu kita perlu menyembah Yesus dengan ketulusan
hati kita, bukan karena ada sesuatu yang
hendak kita peroleh dari Dia, namun karena memang kita mengakui Dia adalah Raja
yang bertahta dalam kehidupan kita. Yesus datang ke bumi untuk menyatakan
kerajaan Surga lewat diri-Nya, dan bukan kerajaan poitik, jadi kita sebagai
orang yang percaya seharusnya memikirikan hal-hal yang rohani dan bukan
perbuatan-perbuatan yang menguntungkan diri kita sendiri. Karena itulah yang
Yesus ajarkan bagi kita semua, untuk melayani sesama kita manusia, sekalipun
kita terkadang mendapat hal yang tidak baik, harus menderita demi nama Yesus,
Namun dengan begitu kita akan menerima hasil yang sesuai dengan perbuatan kita
tersebut. Karena Yesus sendirilah telah menunjukkan teladan bagi kita semua.
Saat kita mau melayani Tuhan, dengan
sendirinya berkat Tuhan akan datang pada kita, meski kita harus melalui sebuah
perbuatan yang terkadang membuat kita kecewa, namun mengikut Tuhan untuk
mendapat bagian dalam kerajaan-Nya bukanlah sebuah hal yang mudah, diperlukan
sebuah pengorbanan, ketaatan dan komitmen pribadi.
Oleh sebab itu kita perlu mengikut
teladan Yesus yang benar-benar memberikan segala yang Yesus punya untuk
melakukan kehendak Bapa, Yesus rela meninggalkan seluruh milik kepunyaan-Nya
dan menjadi sama dengan kita, bahkan memberikan nyawa-Nya bagi kita kita,
supaya kita dibebaskan dari belenggu dosa.
Jawaban Yesus kepada Ibu Yakobus dan
Yohanes, bukanlah sebuah hal yang membingunkan bagi orang percaya pada masa
kini, jika sudah mengetahui latar belakang dari perkataan Yesus tersebut.
Setelah melakukan penafsiran dengan
memperhatikan cara penafsiran yang baik, akan dapat dimengerti bahwa Yesus
sebenarnya berkata sesuai dengan konsep Kerajaan Surga yang benar, yaitu
kerajaan Rohani, dan bukan kerajaan politik, namun Ibu Yakobus dan Yohanes
menganggapnya sebagai kerajaan politik. Oleh sebab itu jawaban Yesus adalah
benar dan tidak membingungkan orang percaya pada masa kini, karena bukan dengan
memerintah melainkan dengan melayani dan memberi diri sebagai hamba Tuhan.
Menjadi seorang pelayan dan hamba
untuk menjadi yang terbesar dan terkemuka adalah benar jika dipahami sesuai
dengan konsep kerajaan Surga, yaitu kerajaan Rohani, oleh sebab itu Yesus
sebenarnya tidak membingungkan orang percaya pada masa kini, namun Yesus ingin
mempertegas kembali konsep kerajaan Surga dan etika kerajaan Surga. Agar Ibu
Yakobus dan Yohanes tidak mengira Kerajaan Yesus adalah kerajaan politik yang
sama dengan kerajaan yang ada di dunia ini.
Bauer Walter, A
Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature,
ed. Frederick W. Danker, 3rd ed. Chicago: University of Chicago Press, 2000.
BibleWorks. v.9.
Fee Gordon D,
Douglas Stuart, Hermeneutik. Malang:
Gandum Mas, 1989.
Frieberg Timothy and Barbara Friberg, Analytical
Greek New Testament. GNM. 2nd ed. n.p.: Timothy and Barbara Friberg, 1994.
BibleWorks, v.9.
Kittel Gerhard, Gerhard
Friedrich, and Geoffrey W. Bromiley, Theological Dictionary of the New
Testament. Abridged. Grand Rapids: Eerdmanns, 1985. BibleWorks, v.9.
Ladd George
Eldon, Teologi Perjanjian Baru, jilid 1. Bandung:
Kalam Hidup, 2013.
Marxsen Willi, Pengantar Perjanjian Baru. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009.
Morris Leon, Teologi
Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2006.
Packer, J. I, Merrill, White, JR, Dunia
Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas.
Tenney Merril C, Survei
Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas.
Thayer Joseph, A
Greek-English Lexicon of the New Testament: Abridged and Revised Thayer Lexicon. Ontario, Canada: Online Bible Foundation, 1997.
BibleWorks, v.9.
W. R. F. Browning, Kamus
Alkitab. Jakarta: Gunung Mulia, 2009.
---------, Alkitab
Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas, 1994.
---------,
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan:
Life Application Studi Bible. Malang: Gandum Mas, 2016.
---------, Alkitab Perjanjian Baru: Dalam Terjemahan Sederhana. Yogyakarta:
ANDI, 2014.
[11]
---------, Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan: Life Application Studi Bible (Malang: Gandum Mas, 2016),
1846.
[13] Joseph Thayer, A Greek-English
Lexicon of the New Testament (Abridged and Revised Thayer Lexicon)
(Ontario, Canada: Online Bible Foundation, 1997), BibleWorks, v.9.
[16] Gerhard Kittel, Gerhard
Friedrich, and Geoffrey W. Bromiley, Theological Dictionary of the New
Testament (Abridged) (Grand Rapids: Eerdmanns, 1985), BibleWorks, v.9.
[17] Timothy Friberg and Barbara
Friberg, Analytical Greek New Testament (GNM), 2nd ed. (n.p.: Timothy
and Barbara Friberg, 1994), BibleWorks, v.9.
[20] Walter Bauer, A Greek-English
Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, ed.
Frederick W. Danker, 3rd ed. (Chicago: University of Chicago Press, 2000),
BibleWorks. v.9.
semangat🖤🖤
ReplyDeleteMantap kali bang
ReplyDelete