Ini adalah Hasil diskusi kelompok yang saya rangkum dalam sebuah tulisan...
Pokok Masalah :
Pokok Masalah :
·
Apakah dosa yang di
Sengaja setelah mengetahui kebenaran dan tidak lagi ada korban untuk menghapusnya
?
Pembahasan :
Menurut kelompok
kami bahwa dosa yang di lakukan secara sengaja tidak akan ada lagi korban
penghapus dosa ,kenapa kelompok kami bisa katakan begitu
·
Kita harus tahu Orang
yang melakukan dosa sengaja adalah orang yang tahu kebenaran atau tidak ?
·
Kita juga harus pahami
dosa yang sengaja itu seperti apa ?
·
Apa yang di maksud
penulis dalam kitab ibrani sehingga ia bisa mengatakan seperti itu ?
Kelompok kami
akan mulai membahasnya lebih terperinci sebagai berikut
Semua
orang yang menyelidiki hidup mereka berdasarkan ajaran Yesus akan menemukan
dosa. Mungkin dosa itu tidak sering dilakukan atau menyolok, tetapi tidak satu
pun dari kita telah hidup sesuai dengan yang dinyatakan Yesus mengenai sifat
Bapa. Kita juga harus mengakui bahwa sebagian dari dosa itu kita lakukan dengan
sengaja. bukannya dengan sengaja ingin berbuat dosa, tetapi dalam hati
kita mengetahui bahwa beberapa tindakan atau perbuatan kita itu salah (paling
tidak bagi kita, mungkin juga bagi setiap orang). Meskipun demikian, kita
membungkam suara hati kita dan tetap berbuat dosa. Kadang-kadang kita bahkan
mungkin menyadari bahwa kita telah merencanakan dosa itu dengan teliti, atau
setidaknya menyerah kepada godaan, dengan mengetahui sepenuhnya bahwa kita akan
kalah (dalam hati atau pikiran).
Jika
hal ini secara tepat menggambarkan keadaan manusia, maka pernyataan Ibrani
10:26 terasa sangat mengganggu. Apakah ayat tersebut membedakan antara dosa
yang disengaja dan tidak disengaja seperti dalam Perjanjian Lama? Apakah ayat
tersebut mengatakan bahwa ada pengampunan untuk dosa yang terjadi secara
kebetulan atau tidak disengaja, tetapi tidak ada pengampunan untuk dosa yang
disengaja? Dan jika itu yang terjadi, apakah kita semua yang sengaja melakukan
dosa setelah pertobatan akan binasa? Jika memang demikian artinya, maka ayat di
atas akan menimbulkan kengerian dan keputusasaan, bukan hanya keprihatinan.
Pokok
pembahasan Kitab Ibrani, yang memandang hidup ini berdasarkan Yesus yang telah
datang dan mati bagi dosa. Jika Yesus memahami kelemahan manusia dan menolong
mereka yang mengalami pencobaan (Ibrani 2:17-18; 4:15), maka tidak mungkin Dia
tidak memahami kegagalan kita. Demikian pula jika seseorang melakukan
pelanggaran, maka tanggapan Paulus terhadapnya adalah mengarahkannya ke jalan
yang benar (Galatia 6:1), meskipun dosanya cukup serius (2Korintus 2:5-11).
Pokok pembahasan Kitab Ibrani akan terlihat
secara paling jelas dengan mengikuti jalan pikiran penulis. Setelah mencatat
pentingnya pengorbanan Kristus dalam Ibrani 10:1-18,
Penulis mendesak para pembaca untuk mendekat
kepada Allah dengan keyakinan (ayat 19-22). Hal ini diungkapkan dengan
(1)
berpegang pada keyakinan yang kita miliki dalam Kristus,
(2) saling mendorong untuk mempraktlkkan hidup
yang beriman dan
(3) bersekutu (ayat 23-25).
Lawan
dari tindakan di atas adalah menarik diri dari persekutuan Kristen, tidak lagi
menunjukkan iman di depan umum, dan tidak lagi berserah kepada Kristus dan
berharap kepada-Nya. Dengan kata lain, lawannya adalah kemurtadan.
Kita
dapat melihat dengan jelas bahwa hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam
Ibrani 10:29, di mana mereka yang melakukan dosa secara "sengaja" yaitu
·
digambarkan sebagai
orang-orang yang telah "menginjak-nginjak Anak Allah,"
·
menganggap "darah perjanjian"
sebagai hal yang najis (dengan kata lain, memandang kematian Yesus seperti
kematian para penjahat lain)
·
"menghina Roh
kasih karunia"
Ini
merupakan dosa yang disengaja, yang berarti bahwa orang tersebut dengan sengaja
menolak kekristenan, Yesus, kematian-Nya, dan pengalaman pribadi mengenai Roh
Kudus (ini adalah penghinaan terhadap Roh Kudus, dan merupakan sikap yang
dicela dalam Kitab Markus 3:28-29).
Masalahnya bukanlah orang-orang yang dengan sengaja berbuat dosa (atau murtad) itu tidak mengetahui kebenaran. Penulis mengungkapkan hal tersebut dengan jelas. Namun "sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran" perbuatan itu menjadi dosa yang serius. Seperti disebutkan dalam Ibrani 6:4-8, mereka telah diterima sepenuhnya ke dalam kekristenan, karena kalimat "pengetahuan akan kebenaran" dalam penulisan Perjanjian Baru secara umum berarti telah menjadi Kristen dan mengalami pertobatan sepenuhnya (Yohanes 8:32; lTimotius 2:4; 4:3; 2Timotius 2:25; Titus 1:1; 1Yohanes 2:21; 2Yohanes 1).
Masalahnya bukanlah orang-orang yang dengan sengaja berbuat dosa (atau murtad) itu tidak mengetahui kebenaran. Penulis mengungkapkan hal tersebut dengan jelas. Namun "sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran" perbuatan itu menjadi dosa yang serius. Seperti disebutkan dalam Ibrani 6:4-8, mereka telah diterima sepenuhnya ke dalam kekristenan, karena kalimat "pengetahuan akan kebenaran" dalam penulisan Perjanjian Baru secara umum berarti telah menjadi Kristen dan mengalami pertobatan sepenuhnya (Yohanes 8:32; lTimotius 2:4; 4:3; 2Timotius 2:25; Titus 1:1; 1Yohanes 2:21; 2Yohanes 1).
Tetapi mereka
lebih suka menolak pengalaman mereka akan Kristus. Seandainya mereka memperoleh
gambaran yang salah tentang kekristenan mungkin masih ada harapan, karena
mereka dapat memperbaiki kesalahan itu. Tetapi mereka memiliki "hati yang
jahat dan tidak percaya oleh karena murtad dari Allah yang hidup" (Ibrani
3:12). Bagi orang-orang semacam itu tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa;
mereka telah menolak satu-satunya korban yang ada. Sekarang yang tertinggal
hanyalah penghakiman Allah.
Tuhan Yesus
Memberkati..
No comments:
Post a Comment