LAPORAN BACA
JUDUL BUKU :
TEOLOGI PENGINJILAN
PENULIS :
Pdt. Dr. STEPHEN TONG
PENERBIT :
LRRI, JOGJAKARTA 1988
Sebab
yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima
sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa- dosa kita, sesuai dengan
Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada
hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci (I Korintus 15:3-4)
Kematian
dan kebangkitan Kristus merupakan dua hal yang menjadi fondasi Injil. Apakah
itu Injil? Injil adalah satu-satunya kabar baik dari Tuhan Allah, yang
Ditujukan bagi orang berdosa, bahwa Kristus yang diutus oleh Allah sudah mati
dan sudah bangkit menjadi Penebus orang berdosa. Dia mati karena dosa kita masing-masing,
dan Dia bangkit dengan tujuan memberikan kebenaran Allah kepada kita, yang
datang kepadaNya. Ada sifat penting dalam Injil yang harus kita pertahankan.
Gereja yang kehilangan pegangan atas sifat Injil yang penting ini, pasti akan
menjadi gereja yang berkompromi. Sifat paling mendasar dari Injil adalah sifat
penebusan -- The redemptive nature of the Gospel --. Injil bukan satu
pengajaran baru, bukan semacam perubahan moral, bukan satu popularisasi dari
ajaran agama Kristen. Mengabarkan Injil bukan satu gerakan menambah anggota
gereja, bukan suatu pidato mengenai keagamaan. Mengabarkan Injil merupakan
peperangan yang membawa manusia keluar dari tangan setan masuk ke dalam tangan
Allah.
Jikalau
kita betul-betul mengetahui apakah artinya Penginjilan, kita tidak mungkin
Penginjilan tanpa semangat, jikalau kita belum mengerti apa sifat Injil yang
sejati, kita tidak mungkin membedakan kegiatan kita dengan kegiatan agama-agama
yang lain. Sifat Penginjilan, berdasarkan sifat esensi dari Injil itu sendiri.
Injil bersifat penebusan, yang tidak ada di dalam agama lain. Jikalau
agama-agama mengajar manusia berbuat baik, dan orang-orang yang menganut agama
itu taat pada pengajaran agamanya, maka mereka berbuat segala kebaikan sesudah
menerima ajaran agama mereka. Ini tidak berarti perbuatan-perbuatan dosa
sebelum itu sudah bisa diselesaikan. Jika seseorang berbuat baik menurut agama
mereka, dan sampai mati tidak berbuat dosa lagi, tetap belum membereskan soal
dosa kemarin, kemarin dulu dan tahun-tahun yang silam dan waktu-waktu yang
sudah lalu.
Agama
mengajar manusia bermoral baik, tetapi Kristus menebus manusia keluar dari
kuasa dosa dan kuasa setan. Inilah perbedaan agama dan Injil Yesus Kristus.
Jikalau orang Kristen tidak mengenal keunikan dan inti dari istilah penebusan
ini, kita tidak mungkin berperang dengan semangat, api yang murni, dan
ketekunan tanpa henti untuk melayani Tuhan.
Di
dalam kematian Kristus, fokus terpenting adalah keunikan Oknum yang telah
menderita kematian ini. Siapakah Dia yang dipaku di atas kayu salib? Golgota
tidak hanya menyalibkan Yesus. Banyak orang yang dipaku di sana.
Perampok-perampok yang diadili menurut hukum dari Romawi dipaku, digantung dan
dibunuh di sana. Yesus bukan orang pertama yang disalibkan. Menurut catatan
sejarah, pada waktu Yesus berusia 11 tahun sudah lebih dari 100 orang Israel
yang dipaku di atas kayu salib di Nazaret. Berarti Yesus yang masih kecil sudah
mempunyai kesan: inilah nanti pengalaman yang harus diterimaNya, pada waktu Dia
mengakhiri perjalanan dalam melaksanakan kehendak Allah sebagai Mesias.
Tetapi
kesengsaraan Kristus lebih dari kesengsaraan penjahat yang disalib, sehingga
Dia berteriak, "Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?"
Suatu kesengsaraan yang tidak mungkin dimengerti oleh rasio manusia, melampaui
kemungkinan penganalisaan teologis. Martin Luther setelah berjam-jam
merenungkan ayat itu pada satu hari Jumat Agung, tetap tidak mengerti, akhirnya
dia berdiri, memukul meja dan berkata: "Siapakah yang dapat mengerti Allah
Oknum Pertama meninggalkan Allah Oknum Kedua?" Siapakah yang mampu
mengerti mengenai hal Allah meninggalkan Allah? Namun setiap orang Kristen yang
tidak mengerti secara mutlak dan tuntas akan hal ini harus mengerti satu hal:
Dia dibuang oleh Allah, supaya kita bisa diterima kembali oleh Tuhan Allah.
Itulah Injil
Suatu
kebenaran yang tidak ada di dalam agama-agama, di dalam filsafat, di dalam
ilmu-ilmu pengetahuan mana pun yang ditemukan manusia melalui otak yang
diberikan oleh Tuhan, untuk menyelidiki rahasia-rahasia kebenaran ciptaan Allah
yang tersembunyi di dalam alam. Kematian Kristus harus kita renungkan terus
menerus, menjadi dorongan kekuatan yang konsisten untuk menopang gereja. Salib
Kristus adalah rahasia kemenangan dari jaman ke jaman bagi gereja Tuhan yang
sejati.
Kematian
Yesus Kristus di atas kayu salib mengandung empat arti:
- The sacrifice of the
substitution (Pengorbanan yang menggantikan)
Di
dalam Alkitab konsep yang penting ini keluar dari mulut Yesus Kristus sendiri,
Dia berkata: "... Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak
orang." (Markus 10:45). Yesus Kristus sendiri menyatakan konsep
penggantian ini, yang saya sebut -- The sacrifice of substitution -- karena
penggantian ini tidak mungkin dikerjakan oleh orang lain. Tidak ada kematian
malaikat yang bisa diterima untuk mengganti kita. Orang yang paling suci
sekalipun, tidak ada yang cukup layak menjadi pengganti bagi kita kecuali Anak
Allah sendiri. Allah mencari di tengah-tengah manusia adakah seorang yang cukup
baik? Tidak seorangpun. Semua sudah berada di bawah murka Allah. Di mana lagi
Allah mau mencari? Satu-satunya yang layak untuk menerima hukuman Allah
menggantikan manusia adalah Oknum Kedua dari Allah Tritunggal itu sendiri.
Konsep ini sudah keluar dari mulut Kristus, yang kemudian
dikembangkan oleh Paulus di dalam teologinya. Paulus berkata: "Dia yang
tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita (II Korintus 5:21)
Ini adalah salah satu ayat yang paling sulit dimengerti oleh rasio dan sulit
dimengerti dan dijelaskan di dalam Hermenutika. Mengapa? Apa artinya yang tidak
mengenal dosa dibuatNya menjadi dosa? Inilah penerobosan dari Yang Kekal ke
sementara, dari Yang Tidak Berdosa menjadi berdosa. Allah sendiri yang bekerja.
Kristus, yang tidak berdosa, menggantikan kita, yang berdosa. Kita yang berdosa
sekarang boleh dilepaskan, dibebaskan dari hukuman dosa, karena Kristus telah
menjadi penanggung dosa kita masing-masing. "Sebab apa yang tidak mungkin
dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh
Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging (Roma 8:3), "Ia
sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib...." (I
Petrus 2:24). Jelas sekali, baik dari Petrus, Paulus, ataupun dari Yesus
Kristus, maka substitution ini merupakan sesuatu penegakkan teologi yang tepat.
Di dalam aliran teologi Liberal, khususnya teologi Jerman
pada abad ke 19, banyak orang mulai menolak sifat substitusi ini. Mereka hanya
mau mendirikan teologi di atas dasar moral Yesus. Teologi tidak boleh dibangun
di atas dasar moral, sebaliknya moral harus dibangun di atas dasar teologi.
Jika tidak maka tidak ada jalan yang sesungguhnya. Tuhan Yesus, bukan saja
menjadi Guru moral yang terbaik atau Oknum yang hidup paling suci hidupNya di
sepanjang sejarah, lebih dari itu, Yesus Kristus adalah Allah dan Tuhan yang
datang menjadi manusia dan hamba, dengan tujuan untuk di salib. Suatu kematian
yang bersifat mengganti.
- The sacrifice of the propitiation
(Pengorbanan yang memulihkan)
Propitiation
berarti pemulihan. Istilah propitiation yang dipakai dalam Kitab Suci
bersangkut paut dengan kemarahan Allah, Allah adalah Allah Yang Mahasuci dan
Mahaadil.Yesus Kristus datang ke dalam dunia, Dia akan menjalankan dan
melaksanakan keadilan dan kesucian Allah yang mutlak. Tuhan Allah adalah Tuhan
yang tidak berkompromi ataupun menoleransi dosa. Itu sebabnya Allah sangat
murka yang tidak mungkin ditanggung oleh manusia. Siapa yang bisa berdiri di
hadapan Allah dan dombaNya pada waktu Anak Domba Allah murka? Tidak ada orang
yang bisa tahan berdiri di hadapanNya.
Pada waktu kemarahan Tuhan ditimpakan kepada orang berdosa,
maka Kristus yang datang untuk menanggungnya. Di atas kayu salib Dia telah
mengalami vakum kasih. Satu-satunya tempat, satu-satunya saat, satu- satunya
peristiwa di mana tidak ada kasih sama sekali, adalah ketika Yesus disalib.
Bukankah Allah mengasihi Dia? Pada waktu itu tidak. Saat itu Allah
meninggalkanNya, sehingga Dia berteriak: "Eli, Eli lama sabakhtani?
AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Yesus ditinggalkan
Allah. Saat itulah vakum kasih. No love of God is there. Bukankah
manusia-manusia yang bersimpati dan mengasihiNya mengelilingi salib dan
memberikan hiburan kepadaNya? Saya menjawab: "Tidak!" Pada waktu
Yesus berada di kayu salib, cinta dari manusia tidak mungkin sampai kepadaNya.
Karena Dia sedang menanggung dosa mereka, sehingga dosa mereka yang datang
kepada Kristus, kemurkaan Allah yang ditimpakan kepada Kristus. The absolute
vacum of love is in the cross.
- The sacrifice of redemption
(Pengorbanan yang menebus)
Kematian Yesus Kristus bersifat penebusan. Apa artinya
redemption? Apa artinya atonement? Di dalam bahasa Inggris atonement bisa
dipisah menjadi at one ment yang berarti menjadi satu. Di dalam penebusan Dia
membayar harga tunai yang tinggi dan sangat berharga sehingga nilai kita
ditegakkan, dan kita mengetahui bahwa kita bernilai. Berapa besarkah nilai
manusia? berapa mahalkah nilai jiwa manusia? Alkitab Perjanjian Lama memberikan
sesuatu rumusan mengenai nilai jiwa manusia di dalam Kejadian 9:6: "Siapa
yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia....",
ini berarti man is equal to man, manusia nilainya sama dengan manusia. Di dalam
Perjanjian Baru rumus yang lain diberikan mengenai nilai manusia, rumus yang
baru dikatakan oleh Yesus Kristus: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh
dunia tetapi kehilangan nyawanya?" Di dalam kalimat tantangan dari Kristus
ini, kita melihat betapa bernilainya jiwa. Seorang manusia lebih bernilai
daripada seluruh dunia. Lebih jelas lagi di dalam I Petrus 1:18,19 yang
berbunyi: "... kamu telah ditebus... bukan dengan barang yang fana, bukan
pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah
Kristus ... yang tak bercacat."
Darah Kristus menjadi tebusan di mana jiwa kita boleh
kembali kepada Tuhan Allah. Penetapan nilai jiwa manusia adalah setinggi darah
Kristus. Hak azasi manusia yang diperjuangkan di PBB, yang diperjuangkan oleh
Jimmy Carter, yang diperjuangkan di Helsinki, belum pernah menjadi standar yang
lebih tinggi dari Kitab Suci. Mereka mengenal manusia tidak lebih tepat dari
apa yang Tuhan katakan. Karena Allahlah yang menciptakan manusia, maka Dia yang
paling tahu dimana dan berapa besar nilai manusia. Nilai manusia sedemikian
berharga sampai jikalau bukan Anak Allah sendiri mati bagi mereka, mereka tidak
bisa ditebus dan tidak bisa kembali kepada Tuhan.
- The sacrifice of the
reconciliation (Pengorbanan yang mendamaikan)
Reconciliation
berarti memperdamaikan. Pada waktu Kristus mati, harga sudah dibayar, kita
ditebus kembali. Pada waktu Yesus Kristus mati, kebencian sudah ditanggung, dan
segala kemarahan sudah dihentikan, kita berdamai kembali dengan Tuhan Allah
Bapa di dalam surga. Satu pertanyaan yang perlu kita pikirkan adalah Kristus
membayar harga untuk menebus kita, harganya dibayar kepada siapa? Iblis atau
Allah Bapa atau dunia? Pertanyaan ini baru pada abad ke X dapat dijawab tuntas.
Abad I teolog-teolog mempunyai pikiran yang berbeda-beda. Tertullian (abad II)
mengatakan: "Membayar harga yang tunai kepada setan, supaya tangan setan
tidak lagi bisa memegang kita, dan kita keluar dari tangannya." Tetapi
abad XI seorang yang bernama Anselm menulis buku yang berjudul "Mengapa
Allah Menjadi Manusia?" Di dalam bukunya mengatakan, "Kepada siapa
kita berhutang?" Jika Allah membayar kepada setan, seolah-olah ada
persekongkolan antara Allah dengan setan.
Pada waktu kita berdosa, kita berhutang atas kemuliaan
Allah. "Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan
Allah." (Roma 3:23) Hutang kemuliaan berarti kehilangan kemuliaan. Dosa
tidak bisa dimengerti hanya dari sudut perbuatan dan etika yang kurang baik.
Dosa harus dimengerti lebih dari etika dan perbuatan secara lahiriah ke dalam
motivasi yang tidak benar. Tetapi Alkitab memberikan ajaran jauh lebih tinggi
dari semua filsafat etika dunia dan agama-agama yang lain. Alkitab memberikan
jawaban kepada kita, dosa adalah kekurangan kemuliaan, di mana kekurangan kemuliaan
itu terjadi itulah dosa. Sekarang setelah kita berhutang kemuliaan Allah, siapa
yang bisa membayar kembali?
Manusia berhutang kepada Allah yang tidak terbatas. Kristus
yang tidak terbatas satu-satunya yang mungkin membayar. Tetapi mengapa waktu Yesus
Kristus membayar, kita terlepas dari tangan setan? Karena waktu setan memiliki
kita itu bukan dengan hak milik asli. Hak milik setan bukan hak milik asli.
Pada waktu kita dimarahi oleh Tuhan, kita dibuang, setan langsung menguasai
kita dengan hak yang tidak sah. Dia telah merongrong, telah memiliki manusia
dan memojokkan manusia untuk melawan Allah lagi. Tetapi Allah Yang Mahakuasa
jauh lebih besar kuasaNya dari setan. Sehingga setelah Kristus membayar lunas
hutang kemuliaan dan kesucian kita kepada Allah, di situ Allah berkata:
"Aku menerima engkau kembali."
Karena Allah menyatakan, "Aku menerima engkau
kembali", pemilik yang tidak sah harus melepas milik yang bukan miliknya.
Itu sebab semacam kematian yang bersifat menebus kita, kematian yang bersifat
memperdamaikan kita, yaitu Allah yang mempunyai keadilan, kesucian, sekarang
karena telah disingkirkan melalui propisiasi itu. Maka Dia mampu memberikan
pengampunan kepada kita, pengampunan itu mengakibatkan kita boleh berdamai lagi
dengan Tuhan Allah, itu disebut reconciliation. Demikianlah hasil laporan baca
saya ini, saya ucapakan terimakasih Tuhan Yesus memberkati.
No comments:
Post a Comment