Tuesday, 18 February 2020

Laporan Baca Buku Teologi Perjanjian Baru (Donald Guthrie)

Hasil gambar untuk Teologi Perjanjian Baru (Donald Guthrie) yESUS SEBAGAI MANUSIA

Yesus Sebagai Manusia

           Sejak abad ke-18 para pengarang Teologi barat mempertanyakan kepercayaan penulis PB itu benar. Mereka mempertanyakan apakah penulis PB menulis sebuah fiksi. Bahkan orang skeptis ekstrim berpikir penulis PB sedan menulis fiksi. Penyelidikan akan dimulai dari Yesus sebagai manusia. Sangat penting untuk memahami ajaran penulis PB dengan memperhatikan Yesus sebagai manusia. Namun dalam penyelidikan ini jangan sampai hanya memandang Yesus hanya sebagai manusia.

Yesus sebagai manusia sejati


Dalam kitab Injil kita mengenal tiga gambaran tentang Yesus dari Nazaret. Markus lebih memusatkan perhatiannya Yesus sebagai manusia. Matius dan Lukas berpusat pada permulaan kehidupan Yesus sebagai manusia hal ini dilihat dari catatan mengenai kelahiran Yesus.  Dari ketiga Injil sinoptik menganggap baptisan Yesus adalah awal dari pelayanan-Nya. Baptisan ini bermaksud untuk memperlihatkan kesamaan Yesus untuk memperlihatkan Yesus dengan orang yang datang dibaptis. Perbedaannya adalah saat Yesus selesai dibaptis karena ada suara dari sorga yang membedakan dari orang yang ada disitu. Yesus juga pernah dicobai, pencobaan ini menggambarkan bahwa Yesus sama seperti orang-orang pada umunya yang mengalami pencobaan-pencobaan moral.  Semua kitab Injil menggambarkan Yesus dengan latar belakang orang Yahudi bersama dengan ahli taurat dan orang farisi.  Dalam kitab-kitab Injil menggambarkan kehidupan Yesus sebagai manusia dengan manusia-manusia yang lain saat itu, kitab Injil juga mencatat pergumulan yang dialami Yesus ketika di getsemani. Meskipun Yesus digambarkan dalam manusia sejati tetapi ada perbedaan hakiki antara Yesus dengan manusia yang lain, hal ini digambarkan dari kekuasaan Yesus atas hukum taurat, dan juga melalui kuasa yang dilakukan Yesus.
Tulisan Yohanes lebih menceritakan dari sisi keilahian Yesus yang mengawali kitab ini dengan keberadaan Yesus sebelum segala sesuatu. Namun Yesus juga digambarkan dalam sisi manusia juga, Yesus digambarkan memiliki perasaan yang sama dengan manusia yang lain. Yesus dikatakan merasa lelah (Yohanes 4:6), Yesus terharu dan menangis (11:33-35) Yesus merasa susah hati (12:27) dan setelah kebangkitannya Yesus menyediakan makanan diatas api arang (21:9). Yohanes memberikan kesaksian bahwa Logos menjadi manusia. Yesus sebagai manusia yang adalah manusia yang unik. Tanda kemanusiaan Yesus mungkin digunakan untuk menyeimbangkan penekanan pada sisi keilahian Kristus. Ketika Yesus digambarkan dalam sisi kemanusiaannya inilah yang menjadi permasalahan. Yesus yang digambarkan dalam sisi manusia yang sejati menjadi diremehkan.
Menurut Kisah Para Rasul Yesus diperkenalkan dalam percakapan mereka.  KPR 2:22 Yesus disebutkan dengan sebutan “Yesus dari Nazaret” yang telah ditentukan dan dinyatakan dengan mukjizatnya yang luar biasa (kesembuhan KPR 3:6). Nama Yesus orang nazaret digunakan untuk para penuduh yang melawan Stefanus (6:14), digunakan oleh Petrus dalam khotbahnya kepada Kornelius (10:38). Dari setiap penggunaan ini terlihat bahwa Yesus  dalam sejarah pernah hidup sebagai manusia di desa Nazaret. Namun perlu diketahui bahwa Kisah Para Rasul ini lebih berfokus kepada kemuliaan Yesus yang tertinggi.
Kesaksian Paulus sebenarnya tidak menaruh minat pada sisi kemanusiaan Yesus. Paulus memahami bahwa Yesus adalah keturunan Daud (Roma 1:3) Yesus dilahirkan dari seorang perawan dibawah hukum Taurat (Gal 4:4) Paulus mengetahui keluarga Yesus, terlihat ketika menyebut Yakobus sebagai saudara laki-laki Yesus (Gal 1:19).  Paulus tidak memberikan gambaran secara langsung tentang pribadi Yesus.  Namun paulus sadar akan pribadi Yesus yang digambarkan dari kelembutan Yesus. Pengaruh yang terdalam terhadap Kristologi Paulus adalah kebenaran-Nya yang tidak berdosa (2 Kor 5:21). Paulus juga sudah pasti mendapat pengetahuan yang sangat luas terhadap pribadi Yesus sebagai manusia. Beberapa perikop dalam surat Paulus menekankan kemanusiaan Yesus dalam sejarah. Diantaranya dihubungkan dengan yang lain, dalam Roma 5:12 Yesus sebagai manusia seperti Adam. Yesus digambarkan yang sulung diantara banyak saudara. Memang harus diakui bahwa Paulus lebih banyak menekankan sisi keilahian Yesus. Namun bagian tentang kemanusiaan Yesus tetap ada, Filipi 2 dikatakan Yesus mengambil rupa seorang hamba. Semua yang dilakukan Yesus dalam dunia ini terbatas dengan rupa dirinya yang sebagai hamba. Dalam surat-surat penggembalaan pengantara antara Allah dengan sebagai manusia Kristus Yesus
(1 Tim 2:5).  Keterangan Yesus sebagai manusia disebutkan sepintas lalu saja, ini menggambarkan minat Paulus untuk menekankan pada sisi kemanusiaan Yesus sangat sedikit.
Dalam Surat Ibrani 13 Yesus digambarkan sebagai Anak Allah yang ditinggikan, tetapi dalam surat ini juga menggambarkan pada sisi kemanusiaannya. Yesus digambarkan lebih rendah dari malaikat pada misi-Nya Ia lebih memperhatikan manusia bukan malaikat (Ibrani 2:9,16) Memiliki darah daging seperti saudaranya (2:14), dalam daging Ia mengalami pencobaan (2:18; 4:15). Surat Petrus Yesus sebagai manusia sejati diterima sebagai hal yang benar. Kematiannya dikhususkan untuk menebus dosa manusia. Dalam penderitaan di kayu salib Yesus menderita sebagai manusia.
Dalam kitab Wahyu hanya ada sedikit penekanan pada sisi kemanusiaan Yesus. Wahyu menggambarkan Yesus serupa dengan anak manusia. Kemanusiaan Yesus juga muncul dalam gambaran Anak domba yang terluka.

Yesus sebagai manusia yang tidak berdosa. 


Dalam Injil sinoptik tidak ada catatan khusus mengenai pernyataan Yesus yang tidak berdosa. Yesus tidak pernah membuat pengakuan dosa, Ia memanggil orang-orang untuk bertobat. Saat dibaptiskan Yesus memiliki tujuan untuk menggenapkan seluruh kebenaran. Yesus menunjukkan penolakan kepada yang jahat, ketika Ia menghardik Petrus “enyahlah iblis” itu berarti Yesus memperlihatkan reaksi yang tajam terhadap kehadiran iblis. Pernyataan seorang pemuda yang mengatakan guru yang baik ini menjadi masalah. Yesus mengatakan hanya satu yang baik yaitu Allah, sepertinya ini memperlihatkan seolah-olah Yesus tidak baik. Yesus sebenarnya ingin menegaskan supaya ada pengakuan dari pemuda ini sehingga penghormatan yang diberikannya memiliki dasar yang benar. Dalam tulisan Yohanes tidak ada yang secara langsung untuk menyatakan ketidakberdosaan Yesus. Meskipun Yesus menuduh orang farisi “iblislah bapamu” tetapi kalimat ini juga diikuti dengan tantangan siapa yang dapat membuktikan aku berdosa. Yesus juga memberikan pernyataan yang mengejutkan seolah-olah Yesus terlihat congkak. Saat Yesus berkata “Akulah ternag dunia” tetapi ini diikuti dengan tindakannya yag mendukung dari perbuatannya. Dalam surat Yohanes terdapat ungkapan yang jelas bahwa Yesus tidak berdosa (1 Yoh 3:5) “didalam Dia tidak ada dosa”. Dalam Kisah Para Rasul ketidak berdosaan Yesus digambarkan secara tidak langsung. Dalam surat ibrani ketidak berdosaan Yesus tidak dibahas, namun disini ditegaskan bahwa Yesus tidak berdosa. Petrus juga menyatakan bahwa Yesus tidak berdosa namun Ia menanggung semua dosa-dosa manusia sehingga manusia mati terhadap dosa dan hidup untuk kebenaran.

Makna Teologis ketidak berdosaan Yesus.


Alkitab memandang kejatuhan manusia merupakan penyelewengan, ketidak berdosaan Yesus menggambarkan keadaan manusia yang ideal menurut Allah. Ketidak berdosaan Yesus terletak pada hubungan inkarnasi. Keyakinan dalam Perjanjian baru adalah Yesus sebagai manusia sejatidan tanpa dosa. Meskipun banyak yang mendiskusikan bagaimana Yesus masuk dalam keeadaan manusai tetapi tidak memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Seandainya Yesus terlahir dalam diri manusia yang berdosa juga akan menggambarkan Yesus sebagai mansuia yang sejati, tetapi juga yang kurang sejati. Ketidakberdosaan sama halnya dengan ketaatan, ketidak berdosaan Yesus sama dalam hal kehendak Allah yang sempurna sama juga dengan kehendak Yesus yang sempurna. Ketidak berdosaan Yesus dapat diartikan bahwa Yesus tidak dapat berdosa (preccare non potuit) atau ia tidak berbuat dosa (potuit non preccare).
Mesias
Gelar-gelar Yesus dapat dibagi secara sederhana, baik itu yang mengandung atau tidak mengandung pengertian Mesianis. Kata Mesias dalam konteks ini mengandung arti tokoh pembebas. Mesis berasal dari kata ibrani dan yunani yang berasal dari kata Kristus (yang diurapi). Perlu kita ketahui konsep Mesianis dalam konsep mereka. Mereka menganggap Yesus adalah Mesias dan mereka begitu giat untuk memberitakannya pada orang lain. Dalam Perjanjian Lama banyak disebutkan tentang masa keMesiasan yang akan datang. Memang istilah Mesias tidak muncul secara tersendiri ada banyak kata yang merangkaikan seperti Mesias Tuhan (Yaitu yang diurapi Tuhan). dapat dikatakan dalam PL sedang mempersiapkan jalan bagi Mesias sehingga banyak perikop PL mengenai Mesias dikutip dalam PB. Pengharapan tentang Mesias memiliki bentuk yang berbeda dan yang paling menonjol mengenai Raja keturunan Daud. Kitab Injil sinoptik memberikan informasi mengenai Mesias atau pengharapan mereka akan Mesias.
Yohanes mencatat bahwa mruid-murid mencari seseorang yang dapat mereka akui sebagai Mesias. Diantara orang samaria pengharapan akan datangnya Mesias adalah pengharapan yang umum. Ada kepercayaan umum dari mereka bahwa Mesias akan datang dan mengadakan tanda-tanda yang dapat membuat orang percaya. Namun mereka berpikir tentang Mesias dalam hal politik. Disini kita  bisa melihat pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Kristus. Anggapan kepada Mesias politik ternyata membuat Yesus enggan memakai gelar itu sehingga menyuruh mereka diam. Berbeda dengan Injil sinoptik, Yohanes menyebutkan dua kejadian tertentu untuk menyebutkan Yesus sebagai Mesias. Istilah penggunaan Mesias digunakan dalam peristiwa Andreas yang menyampaikan pada Petrus “kami telah menemukan Mesias”. 
Peristiwa penyebutan Mesias juga diceritakan saat perempuan samaria. Yang perlu diketahui minat Yohanes menuliskan kitab Injil ini adalah supaya para pembacanya percaya bahwa Yesus adalah Kristus (Yoh 20:31). Didalam suratnya, gelar Mesias telah diterima dengan tegas. Yohanes menyebutkan menerima Yesus sebagai Mesias adalah bagian yang hakiki dalam iman Kristen (1 Yoh 5:1).
Pentakosta menjadi puncak dalam penegasan bahwa Yesus adalah Mesias (Kis 2:36) hubungan antara ketuhanan dan kemesiasan itu sangat penting. Pada masa kristen mula-mula pengajaran dirangkaikan dengan tema Yesus adalah Mesias. Rasul-rasul menganggap ini adalah misi mereka. 
Paulus memberikan penjelasan bahwa Kristus telah menjadi nama sendiri. Roma 9:5 adalah contoh pemakaian kata Khristos yang memiliki arti Mesias. Pengenalan akan peran mesias dalam pertobatannya merupakan peranan yang terpenting. Kristen yang mula-mula tentu sudah sering mendengar dengan kata Yesus adalah mesias.
Cara yang dipakai oleh Paulus sangat berbeda, ia mengembangkan sendiri konsep tentang mesias dengan konsep yang baru dengan didasari oleh penggenapan dalam Kristus Yesus yang telah bangkit. Surat 2 Petrus dan Yudas tidak memberikan banyak keterangan, tetapi yang perlu diketahui disini banyak sekali penggunaan kata “Yesus Kristus”, dalam kitab Wahyu gelas untuk Yesus Kristus hanya terdapat tiga kali (Anak Domba), permusuhan antara Kristus dan iblis adalah permusuhan antara Mesias dan anti Mesias. Pengertian tentang Mesias mendasari iman orang Kristen, konsep mengenai penggenapan akan datangnya Mesias itu sangat penting, dengan Ia memberikan jawaban kepada murid-murid Yohanes pembaptis dengan kutipan dari PL membuat orang dengan mudah mengenal Yesus sebagai Mesias.

Gelar Anak Daud erat kaitannya dengan Mesias. 

Gelar ini dapat ditelusuri dari 2 Sam 7:16. Janji merupakan dasar nubuat yang berhubungan dengan kerajaan Mesias. Kitab apokaliptik memberikan penjelasan bahwa benih dari Mesias akan datang dari keturunan keluarga Daud, karena itu agama Yahudi sangat yakin bahwa Mesias akan datang yang erat dengan hubungannya dengan Daud. Penelusuran ini dapat dilihat dari silsilah yanga ada dalam injil sinoptik. Bukti utama bahwa gelar anak Daud digunakan oleh orang banyak terdapat dalam injil Matius. Menurut Matius Yesus disebut Anak Daud (Mat 9:27; 12:23). Kisah yang dicatat Markus menggambarkan juga bahwa Yesus adalah keturunan Daud (Mark 11:9), dalam Matius lebih jelas lagi “hosana bagi Anak Daud” (Mat 21:15).   Dalam Kisah Para Rasul ada pernyataan yang tegas mengenai asal Yesus dari keturunan Daud. KPR 2:34 Yesus dikenal khususnya sebagai Tuhan dari Daud.

Gelar Hamba Allah

Gelar hamba Allah tidak pernah digunakan oleh Yesus dan penulis kitab Injil. Konsep Hamba Allah ini berasal dari Perjanjian Lama dalam kitab Yesaya. Ungkapan dalam bahasa Yunani pais theou berarti Anak Allah atau Hamba Allah. Hamba Allah juga dihubungkan dengan arti Mesias, namun hanya ditemukan dalam bentuk kata benda yaitu hambaKu dan hal ini pembicaranya adala Allah. Dalam kitab injil sinoptik ada bukti yang memandang Yesus sebagai Hamba Allah. Dalam Matius 8:17 merupakan penggenapan akan Yesaya 53:4, kutipan ini mencerminkan kesadaran Matius bahwa Yesus menggenapi nubuat Mesias. Yesus menyatakan sendiri bahwa Ia menggenapi nubuatan dalam Yesaya, namun Yesus memperlihatkan cara penggenapan ini dalam satu atau lain cara digenapi di dalam Dia. Nubuat yang disampaikan Yesus tentang penderitaan memang tidak terlalu mengarah pada Hamba (Markus 9:12) tidak benar jika dikatakan penderitaan Yesus itu harus dikaitkan dengan posisi Yesus sebagai Hamba. Dalam Kitab Injil Yohanes Yesus dikatakan sebagai Domba Allah, ini adalah penggenapan dalam kitab Yesaya, hamba dalam kitab Yesaya dikatakan sebagai seekor anak domba (Yes 53:7).
Dalam zaman kehidupan Rasul sepertinya masyarakat Kristen menjelaskan kepercayaan mereka yang kuat akan Yesus sebagai Hamba dengan kitab Yesaya. Dalam Kisah Para Rasul ini memperlihatkan bahwa konsep Yesus sebagai hamba itu tepat bagi mereka. Dalam Roma 4:25; 8:32-34, terdapat konsep nyanyian Hamba. Disana dijelaskan bahwa Yesus menderita karena menanggung dosa-dosa kita. Namun yang perlu diingat meskipun ada catatan ini tetapi pada pokok ini tidak digunakan dalam kristologi.
Keterangan lebih langsung mengenai konsep Yesus sebagai Hamba yang menderita terdapat dalam 1 Petrus 2:21-25. Sisini sepertinya Petrus merubah susunanya namun terlihat bahwa Petrus teringat juga dengan konsep dalam Yesaya. Konsep hamba yang menderita ini memiliki peranan yang penting dalam kristologi. Gelar yang didapatkan ini sesuai dengan pandangan bahwa Yesus maupun orang-orang mengakui bahwa Yesus sebagai hamba.

Anak Manusia.

Sebutan untuk anak manusia ini mungkin saja berasal dari pndangan Yesus sendiri mengenai identitasnya, sebutan dari masyarakat Kristen, hanya mengarah kepada sebutan Anak Manusia yang akan datang, dan mengarah kepada kehidupan Yesus. Ada banyak teori dari arti gelar anak manusia ini.
Perlu diketahui bahwa Yesus sendiri memakai gelar itu, sebutan ini juga sering dipakai untuk menyebut Yehezkiel, tetapi hal ini tidak berhubungan dengan injil sinoptik. Penegasan penggunaan gelar anak manusia harus melihat sebutan menurut pokoknya. Anak Manusia menegaskan kuasa-Nya dalam mengampuni dosa. Juga tentang penderitaan yang akan dialami oleh Anak Manusia dan yang terakhir tentang pengagungan Anak Manusia pada masa yang akan datang. Arti gelar anak manusia ini adalah: menurut injil sinoptik sebutan ini hanya digunakan oleh Yesus sendiri, penulis kitab injil menganggap sebutan ini sangat penting sehingga mereka mencatat banyak contoh penggunaan kata tersebut, penyataan bahwa jemaat yang menghubungkan dengan gelar itu tidak sesuai.
Dalam injil Yohanes pernyataan yang penting adalah Malaikat yang turun naik kepada Anak Manusia. Percakapan anatara Yesus dan Nikodemus berisi dua sebutan Anak Manusia. Injil Yohanes mencatat pernyataan tentang asal usul Anak Manusia. Keberadaan Anak Manusia ini dicatat sebelum segala sesuatu ada. Anak Manusia ini dicatat memiliki kuasa yang sejajar dengan kuasa yang dilakukan oleh Allah. Anak Manusia memiliki kuasa untuk memberikan hidup kepada orang yang mau percaya.

Gelar Tuhan

Sebutan Kurios dalam injil sinoptik sering dihubungkan dengan maksud penghormatan. Memang ada contoh penggunaan kata (ho kurios) yang digunakan untuk menyebut Yesus. Pemakaian kata ho kurios ini digunakan untuk menyebut Yesus setelah kebangkitannya.
Dalam kitab Injil Yohanes menggunakan pola dasar penggunaan kurios itu secara non-teologis sebelum kebangkitan dan secara teologis sesudah kebangkitan. Tiga kali Yohanes menggambarkan Yesus sebagai ho kurios (Yoh 4:1; 6:23; 11:2) contoh yang paling mencolok setelah kematian adalah ketika Tomas mencolokkan jarinya dan pengakuan Tomas untuk menyebutkan Yesus sebagai Allah (Yoh 20:8).
Dalam kisah para rasul yang paling penting disini adalah khotbah Petrus pertama kali. Ungkapan Petrus dalam khotbahnya menyatakan bahwa Yesus sebagai Allah “Yesus yang telah kamu salibkan itu telah menjadi Tuhan dan Kristus”(Kis 2:36).
Paulus menghubugkan Yesus dengan Tuhan. ungkapaan maranatha dalam I Kor 16:22 berasal dai bahsa Aram yang artinya Tuhan kami, datanglah!. Dalam Roma 10:9b dikatakan bahwa keselamatan tersedia bagi orang yang menbgakui (homologeses) bahwa Yesus adalah Tuhan.
Dalam surat Yakobus terkenal dengan kurangnya sebutan Yesus Kristus namun terdapat hal yang sangat penting dengan penggunaan Tuhan Yesus Kristus (Yak 1:1; 2:1) hal ini sama juga dipakai dalam surat Yudas dan juga 2 Petrus.
Dalam kitab Wahyu gelar ini biasa dipakai untuk Allah. Tetapi dalam hal berbeda gelar ini juga dipakai untuk Kristus.

 PERISTIWA-PERISTIWA KRISTOLOGIS

Kelahiran dari anak dara dalam injil sinoptik, dalam injil Luksa dengan jelas memberitahukan bahwa Maria akan mengnandung dan melahirkan anak laki-laki. Cara mengandunganya Maria berbeda dengan wanita pada umumnya, cara pengandungan ini berasal dari campur tangan langsung dari Roh Kudus, Malikat menjelaskan bahwa Maria akan mengandung bukan dari cara yang insani tetapi dikandung dari Roh kudus.
Kisah yang ditulis oleh Matius sama sekali tidak bergantung pada Lukas. Namun dengan kebenaran yang sama mendukung bahwa Yesus dilahirkan dari seorang dara Maria. Matius juga mecatat bahwa Yesus dikandung dari Roh Kudus. Bahkan Matius mengutip dari Perjanjian Lama Yesaya mengenai anak dara yang mengandung dan melahirkan anak laki-laki, Imanuel (Mat 1:23; Yes 7:14).
Ada juga ahli yang keberatan dengan pandangan bahwa Yesus dilahirkan dari dara Maria. Pandangan ini dapat dikecam sebagai pandangan metodologis. Namun bukti ini tidak bisa diterangkan karena tidak ada penulis alkitab yang menyatakan bahwa Yesus lahir bukan dari dara Maria. Sehingga pandangan yang tidak setuju ini tidak akan memiliki dasar untuk tidak percaya pada hal ini.
Dalam injil Yohanes juga tidak mencatat bahwa Yesus dilahirkan dari anak dara Maria. Namun dari Yohanes ini akan mendapat pengertian bahwa Yesus lahir dari inkarnasi dari Logos. Penyajian Yesus sebagai Anak Allah dalam injil Yohanes memerlukan suatu keterangan dari asal usulnya. Dalam hal ini biasanya orang menggunakan Yohanes 1:12-13 untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ada isu yang dianggap sebagai penolakan secara langsung dari kelahiran Yesus dari seorang anak dara. Namun hubungan ini tidak bisa menjelaskan dengan pasti karena hal ini berhubungan dengan penolkan terhadap kemesiasan Yesus. Dalam surat-suratnya Yohanes menyebutkan bahwa orang-orang Kristen lahir dari Allah. Walaupun hal ini digambarkan untuk kelahiran secara rohani.
Dari keterangan Paulus tidak ada pokok yang secara jelas menyatakan hal-hal ini. Dalam Roma 1:3 disini berbicara tentang kelahiran anak yang dilahirkan menurut daging dipernakkan dari keturunan Daud. Dalam Galatia dikatakan bahwa Yesus lahir dari seorang perempuan dan disini digambarkan cara kehairan Yesus yang berbeda dengan kelahiran orang-orang biasa.
Kebangkitan.
Pemberita mula-mula orang kristen merasakan ketakutan untuk memberitakan bahwa Yesus yang disalibkan itu bangkit dari antara oang mati (Kis 2:24). Pada saat Yesus masih bersama dengan mereka muridnya tidak mengerti dengan maksud ucapan Yesus itu. Petrus menunjuk kepada PL dam mendukung pernyataannya bahkan dukungan atas kebangkitan Mesias. Disamping itu kebangkitan Mesias sangat penting dengan ketetapan yang dibuat oleh Petrus pada saat orang memerlukan pengganti dari Yudas yang telah menghianati Yesus. Alsanya sangat jelas yaitu dalam riwayat selanjutnya terdapat dalam kisah para rasul yang memberikan pernyataan mengenai kematian Yesus yang segera disusul oleh pemberitaan kebangkitannya.
Dalam injil sinoptik Yesus sendiri menubuatkan apa yang akan terjadi atas dirinya. Yesus mengatakan bahwa Ia akan dibangkitkan dari antara orang mati, dan mempertimbangkan kembali dengan pemberitaan dalam PL mengenai misinya. Ketiga injil sinoptik yang menuliskan nubuat tentang kematian Yesus juga dihubungkan dengan nubuatan tentang kebangkitannya dari antara orang mati. Sedangkan Matius dan Lukas memberikan penjelasan yang lebih jelas lagi bahwa pada hari yang ketiga Yesus akan bangkit.
Hal yang sangat penting disini adalah bahwa setelah kebangkitan Yesus menjelsakan secara terperinci bahwa Ia bukan hanya harus menderita tetapi Ia harus bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga (Lukas 24:45-46).
Dalam peristiwa kebangkitan fakta bahwa Yesus mati itu diterima oleh semua ahli, gagasan mengenai seorang mesias yang harus mati tidak diterima oleh semua orang karena mereka berpikir dalam konsep mesias yang politik, sehingga tidak mengherankan jika murid-muridnya melarikan diri saat Yesus disalib. Semua kitab injil memberikan kesaksian mengenai kubur yang kosong. Semua penampakan setelah kebangkitan dicatat sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi.
Dalam dua perikop besar dalam Kristologi Filipi 2 dan Kolose 1 kebangkitan memang tidak disebutkan secara langsung. Tetapi tema pengagungan menyatakan kebangkitan Yesus itu secara tidak langsung. Menurut bagian ini ketuhanan akan diakui oleh semua orang. Dan hal ini tidak ditujukan kepada Kristus yang mati. Kebangkitan secara khusus disebutkan dalam Kolose 2:12; 3:1 dan disana juga disebutka dengan orang yang percaya kepada Dia. Penempatan kebangkitan sebagai pusat dalam surat Paulus benar-benar sesuai dengan apa yang tercatat dalam kitab Kisah Para Rasul.
Dalam surat ibrani kebangkitan Yesus hanya terdapat sedikit keterangan langsung mengenai kebangkitannya. Namun penyajian mengenai Yesus sebagai Imam besar ini dihubungkan setelah kebangkitan Yesus dari antara orang mati. Fakta bahwa Kristus melalui kematiannya memusnahkan dia yaitu, iblis yang berkuasa atas maut dan membebaskan mereka yang berada dalam perhambaan rasa takut kepada maut. Surat ibrani ini diakhiri dengan ucapan berkat yang hapir berbentuk penegasan . ucapan ini berpusat pada Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati untuk menjadi gembala agung.
Pentingnya kebangkitan dalam kristologi adalah kontribusi yang diberikan bagi pengertian kita mengenai pribadi dan pekerjaan Kristus. Kita hanya dapat percaya bahwa Kristus yang sudah ada sebelum segala sesuatu itu telah menjadi manusia. Jika kebangkitan merupakan peristiwa yang sungguh terjadi kalau tidak demikian maka kita harus memilih antara dua kemungkinan tentang pribadi Yesus. Pertama Yesus adalah makhluk ilahi yang tidak pernah menjadi manusia sejati. Yang kedua seorang manusia yang bukan makhluk ilahi yang mati dan yang tidak pernah bangkit.
Kebangkitan juga menghubungkan Pribadi Kristus dengan pekerjaan-Nya. Kebangkitan merupakan ungkapan kepuasan Allah dengan apa yang telah dilakukan Kristus. Karena itu sangat jelaslah bahwa kebangkitan sangat diperlukan untuk keselamtan manusia.
Kenaikan
Dalam injil sinoptik hanya Lukas saja yang mencatat peristiwa penampakan setelah kebangkitan Yesus. Dan didalamnya tidak mencatat secara langsung tentang kenaikan Yesus, walaupun didalamnya . beberapa orang melihat ada kesamaan antara kisah Lukas mengenai pengagungan Yesus di atas gunung dan kenaikannya. Bagian dari Markus juga mencatat peristiwa tentang kenaikan Yesus secara singkat. Tetapi bagian penutup ini dianggap bukan tilisan dari Markus, kelihatannya bagian ini berkaitan dengan tulisan Lukas. Dalam Kitab Matius diceirtakan bahwa Yesus menjanjikan akan memberikan kuasa kepada murid-Nya setelah kebangkitannya. Paulus menegaskan secara langsung atau secara tidak langsung bahwa Yesus telah Naik kesurga. Dalam surat penggembalaan terdapat juga suatu pernyataan bahwa Yesus telah naik Kesurga.


Baca Juga

1 comment:

  1. As claimed by Stanford Medical, It's really the one and ONLY reason women in this country get to live 10 years more and weigh on average 42 pounds lighter than us.

    (And by the way, it has NOTHING to do with genetics or some hard exercise and absolutely EVERYTHING around "HOW" they eat.)

    BTW, What I said is "HOW", not "what"...

    CLICK on this link to find out if this quick questionnaire can help you release your true weight loss possibilities

    ReplyDelete