Ikuti
aku! I Petrus 5:3
Mendapat kesempatan
untuk menjadi seorang pemimpin tentu merupakan sebuah kesempatan yang sangat
menyenangkan. Banyak hal dan pengalaman yang akan didapatkan oleh seseorang
apabila ia menjdi seorang pemimpin. Memang hal ini tidak berlaku bagi semua
orang, tetapi mereka yang memiliki bakat dan minat dalam hal ini akan setuju
dengan prnyataan ini. Bisa mempegaruhi dan memberikan teladan kepada orang lain
dan dilakukan itu adalah hal yang sesuatu
banget. Tapi untuk mereka yang tidak memiliki minat dalam hal ini akan
menganggap hal ini sebagai suatu beban yang sangat berat. Yang menjadi
permasalahannya adalah dewasa ini, pemimpin-pemimpin yang ada hanya mau
memimpin (menyuruh dan
memerintah saja) tanpa mau melakukan apa
yang diperintahkannya. Jika hal ini terus dilakukan maka pepatah Jawa: Jarkoni (isa ngajar ora isa ngelakoni) berlaku bagi pemimpin itu. Lalu apakah yang harus kita lakukan terhadap
pemimpin yang tidak dapat menjadi teladan?
Jalan
Keluar yang diusulkan:
·
Dengarkan saja perintahnya
Bila pemimpin kita menyuruh kita untuk melakukan sesuatu, sebagai
seorang bawahan, hal yang harus dilakukan hanyalah menaatinya. Yaa walaupun itu bukan merupakan satu
hal yang mudah untuk dilakukan. Setiap orang dengan egonya masing-masing akan
mengatakan “siapa sih lo, enak banget
nyuruh-nyuruh mulu”. Sebenarnya reflek setiap orang ketika mendengar suatu
perintah yang secara khusus ditujukan kepadanya pasti akan dengan alaminya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Walaupun mungkin terkesan tidak sungguh-sungguh
dalam mendengarkannya, tapi itu hanyalah casingnya
saja. Karena setiap orang yang mendapat suatu perintah atau mandat akan
merasa bertanggung jawab atas perintah tersebut. Selain daripada itu, saat kita
mendengarkan perintah pemimpin kita, kita akan diberi label sebagai orang yang
baik, karena mau mendengarkan perintah orang lain. Dengan demikian, adalah
sebuah hal yang baik bila kita mau mendengarkan perintah orang lain dengan
sugguh-sungguh.
·
Lakukan perintahnya tanpa berpikir
macam-macam karena pikiran itu pasti membuat kita untuk tidak melakukannya
Manusia biasanya melakukan apa yang sedang ada dipikirannya. Manusia
biasanya melakukan apa yang menurutnya menyenangkan dan yang mudah diterima di
pikiran. Suatu perintah baru yang diterima seseorang biasanya akan diproses
terlebih dahulu dengan kesadaran. Tetapi apabila seseorang memikirkan perintah
itu dengan waktu yang cukup lama dan mempertimbangkan terlalu lama, akan
memancing seseorang untuk berpikir lebih keras. Berpikir keras yang dimaksud
adalah berpikir siapa yang menyuruh, apa yang diperintahkan dan apa manfaatnya
bagi saya yang mengerjakan.
Bila
kita berpikir demikian, kita akan ingat bahwa pemimpin itu tidak melakukan apa
yang diperintahkannya juga, maka ia tidak akan mau melakukannya. Padahal kalau kita tidak melakukannya kita juga akan membuat diri sendiri
menjadi malas dan membunuh inisiatif kita. Jika tidak ada hal yang dilakukan
dan terlalu banyak pertimbangan, maka “penyakit” (malas) yang satu ini akan
mudah menyerang, merajalela dan membunuh diri kita sendiri.
Hikmat
Alkitab :
·
Amsal 5:7 -Sebab itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku, janganlah kamu menyimpang dari
pada perkataan mulutku.-
Amsal mengingatkan kepada kita untuk berhati-hati dalam melakukan
sesuatu hal. Untuk dapat berhati-hati dalam melakukannya, Amsal juga telah
menasihatkan untuk mendengarkan dengan seksama. Salomo dengan bijaknya
memberikan sebuah peringatan kepada setiap kita terhadap setiap perintah yang
diberikan kepada kita, kita dengarkan dengan baik-baik. Karena dengan itulah,
kita akan menjadi bijak dalam mengambil keputusan. Segala apa yang
diperintahkan oleh atasan kita, oleh pemimpin kita, kita harus belajar untuk
mendengarkannya dengan seksama, dengan sungguh-sungguh. Mendengarkan dengan
sungguh-sungguh beda dengan
mendengarkan sambil lalu. Dan Amsal memberikan nasihat untuk mendengarkan
perintah itu dengan sungguh-sungguh karena Amsal juga mengatakan bahwa
mendengarkan perintah dan nasihat itu dapat menuntun orang menjadi orang yang
bijak. Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya
engkau menjadi bijak di masa depan. (Ams 19:20)
·
Kolose 3:23 -Apapun juga yang kamu perbuat,
perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.-
Firman
Tuhan mengingatkan kepada setiap kita untuk melakukan segala sesuatu yang telah
diperintahkan kepada kita dengan kesungguhan hati dan dengan ketulusan. Semua
ini dikerjakan seperti sedang melakukan perintah itu untuk Tuhan bukan untuk
manusia, walaupun secara nyata memang hal tersebut dilakukan untuk manusia.
Paulus mengingatkan kita untuk selalu melakukan segala sesuatu seperti untuk
Tuhan. Ini berarti kita harus
melakukan segala apa yang “diperintahkan” kepada kita dengan kesungguhan dan
ketulusan hati, tanpa memandang siapa yang menyuruhnya.
Menjawab
Pertanyaan : (Cara mengatasi
pemimpin yang tidak bisa jadi teladan)
Pemimpin yang tidak
dapat menjadi teladan harus diingatkan oleh orang yang dipimpinnya dengan
tindakan yang dapat dijadikan sebagai contoh. Menjadi teladan bagi orang lain
adalah sebuah kebanggaan.
Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena
engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam
tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. (I
Timotius 4:12)
·
Ketaatan kepada pemimpin juga
menyiratkan takut akan Tuhan
·
Sikap yang sungguh-sungguh
untuk melakukan sesuatu adalah
kesenangan bagi Tuhan
·
Menjadi teladan bagi orang yang
lebih “tinggi” merupakan sebuah suatu kebanggaan.
Aplikasi :
·
Taatlah kepada pemimpin! karena
itu berarti kita takut akan Tuhan.
·
Bersungguh-sungguhlah untuk
melakukan segala sesuatu karena itu untuk Tuhan.
·
Jadilah teladan bagi semua
orang, termasuk bagi pemimpin yang tidak dapat menjadi teladan!
No comments:
Post a Comment