Tuesday 11 December 2018

Paper: Eksegesis Markus 4:35-41 (angin ribut diredahkan)


 BAB I  PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

            Dalam masa pelayanan, Yesus melakukan banyak sekali perbuatan mukjizat. Baik menyembuhkan orang sakit, membuat yang lumpuh berjalan, membangkitkan orang yang telah mati, dan masih banyak mukjizat yang dilakukan Yesus selama masa pelayanan-Nya.
            Paper ini akan membahas mengenai salah satu mukjizat yang dilakukan oleh Yesus ketika sedang bersama dengan murid-muridNya. Mukjizat yang dilakukan Yesus adalah meredakan angin ribut. Mukjizat ini adalah salah satu yang terkenal di antara banyak mukjizat yang dibuat oleh Yesus. Dalam Injil sinoptik, yakni Matius, Markus dan Lukas menceritakan satu mukjizat yang dibuat oleh Yesus ini dengan judul/perikop yang sama. Namun di dalamnya ada beberapa perbedaan penulisan. Sebenarnya, secara garis besar ketiga Injil sinoptik ini menceritakan hal yang sama. Atas dasar ini, penulis memilih Kitab Markus 4:35-41 untuk menjadi dasar pembahasan Paper ini. Penulis akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan “Angin Ribut Diredakan”.
            Apa sebenarnya angin ribut itu? Apa yang terjadi pada para murid sehingga menjadi gentar dan takut? Apa yang Yesus lakukan dan bagaimanakah respons Yesus terhadap angin dan bahkan kepada para murid itu sendiri? Semua jawaban atas pertanyaan tersebut akan dibahas dalam Paper ini.
  
BAB II EKSEGESIS

Pendahuluan Injil Markus

                Penulis Injil Markus adalah Yohanes Markus[1] dan Injil Markus merupakan Injil yang paling tertua dari ketiga Injil lainnya, karena Injil ini ditulis antara tahun 65-68 M.[2] Oleh sebab itu Injil Markus diyakini merupakan Injil yang pertama kali ditulis jika dibandingkan dengan ketiga Injil lainnya yaitu Matius, Lukas dan Yohanes. Menurut tradisi dan sejarah, Markus menerima sumber dari Petrus.[3] mungkin juga Markus melihat dengan mata kepala sendiri perbuatan Yesus akan tetapi yang paling terpenting adalah saksi mata yang utama adalah Simon Petrus.[4]
Penerima pertama Injil Markus adalah orang-orang bukan Yahudi karena terdapat ungkapan-ungkapan seperti bahasa Aram seperti talitakum atau Efrata (Markus 5:41 ; 7:34) diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani demi kepentingan para pembaca Markus.[5] Diyakini bahwa Injil Markus ditulis karena orang-orang Romawi[6] meminta kepada Petrus untuk menuliskan mengenai kisah Yesus.[7] Oleh sebab itu tujuan penulisan Injil Markus adalah memperkuat dasar iman orang percaya di Roma, dan untuk mendorong orang percaya di Roma untuk dengan setia menderita demi Injil dan menunjukkan kepada kehidupan, penderitaan, kematian, Kebangkitan Tuhan Yesus.[8]
Tema dari Injil Markus adalah Yesus disajikan sebagai “Hamba Tuhan,” sebuah tema yang ditemukan dalam nabi Perjanjian Lama (misalnya, Yes. 42: 1, 53: 1–11; Zak. 3: 8). Markus menulis Injil yang menekankan apa yang Kristus lakukan sebagai Hamba Tuhan. Ini akan menarik bagi orang Romawi yang adalah seorang yang beraksi dengan sedikit perhatian pada nubuat Ibrani atau filsafat Yunani. Markus menekankan perbuatan kuat Kristus dan relatif tidak banyak berbicara tentang kata-kata Kristus. (Orang-orang tertarik dengan apa yang dapat dilakukan seorang hamba tetapi tidak tertarik pada apa yang dikatakan seorang hamba.) Mukjizat-mukjizat Kristus yang luar biasa dan pelayanan yang membantu orang-orang adalah fokus dari Injil ini.[9] 

Perbandingan Teks


Matius 8:23-27
Markus 4:35-41
Lukas 8:22-25
8:23 Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya.
8:24  Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur.
8:25  Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa.
 8:26  Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.
8:27  Dan heranlah orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"

4:35  Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."
4:36  Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.
4:37  Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
4:38  Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
4:39  Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
4:40  Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
4:41  Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"
8:22  Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang danau." Lalu bertolaklah mereka.
8:23  Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya.
8:24  Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Guru, Guru, kita binasa!" Iapun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan danau itu menjadi teduh.
8:25  Lalu kata-Nya kepada mereka: "Di manakah kepercayaanmu?" Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepada-Nya?"


Kisah mengenai angin ribut diredakan ditulis dalam 3 Injil yaitu Matius, Markus dan Lukas. Dalam kisah tersebut ada beberapa perbedaan atau kesamaan yang terdapat dalam ketiga Injil yaitu, dalam Markus 4:35 dikatakan bahwa “Pada hari itu, waktu hari sudah petang,........” ini menunjukkan waktu kejadian itu terjadi, berbeda dengan Lukas dan Matius yang tidak mencatat mengenai waktu.
Markus dan Lukas mencatat bahwa Yesus lah yang mengajak murid-murid untuk bertolak ke seberang (Markus 4:35, Lukas 8: 22), sedangkan dalam Matius 8:23, dikatakan bahwa ketika Yesus naik ke dalam perahu, murid-murid-Nya pun mengikuti Yesus, jadi Matius tidak mencatat bahwa ada suatu ajakan Yesus kepada murid-murid untuk menyeberang. Ketika Yesus dan murid-murid menyeberang menggunakan perahu, Markus menjelaskan sesuatu yang tidak ditulis oleh Matius dan Lukas yaitu adanya perahu-perahu lainnya yang juga ikut bersama-sama dengan Yesus dan murid-muridNya (Markus 4:36). Jadi bukan hanya satu perahu melainkan ada beberapa perahu.
Ketika dalam perjalanan Matius dan Lukas mencatat bahwa adanya badai dan angin ribut yang datang secara tiba-tiba, walaupun Markus tidak mencatat bahwa itu datang secara tiba-tiba, akan tetapi baik Matius, Markus dan Lukas mencatat hal yang sama, bahwa adanya badai, angin ribut sehingga membuat perahu kemasukan air. Kesamaan lain yang dicatat oleh ketiga Injil yaitu pada saat yang sama Yesus sedang tertidur. (Matius 8:24, Markus 4:34, Lukas 8:23), oleh sebeb itu murid-murid Yesus datang membangunkan Yesus.
Hal yang paling menarik adalah Matius, Markus dan Lukas mencatat perkataan murid-murid saat membangunkan Yesus. Dalam Matius 8:25 “...Tuhan, tolonglah, kita binasa”, berbeda dengan Markus 4:38 "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" sedangkan Lukas 8:24 "Guru, Guru, kita binasa!", ada hal yang menarik dari tiga ungkapan yang berbeda yang dicatat oleh ketiga Injil. Jika dilihat Matius mencatat bagaimana ada ungkapan minta tolong yang diucapkan oleh murid-murid, berbeda dengan Markus yang mencatat ungkapan yang pesimis, yaitu sebuah pertanyaan “Engkau tidak peduli kalau kita binasa?”. Sedangkan Lukas mencatat ungkapan yang hampir sama dengan apa yang dituliskan oleh Matius. Akan tetapi satu hal yang sama dicatat dalam tiga Injil tersebut adalah murid-murid mengeluarkan ungkapan “kita binasa”.
Ketika Yesus bangun dan menghardik angin dan danau tersebut sehingga menjadi teduh. Matius, Markus dan Lukas sama-sama mencatat bahwa ada satu teguran yang diberikan oleh Yesus kepada murid-murid, dengan sebuah pertanyaan yaitu “kenapa takut? Kenapa tidak percaya? (Matius 8:26, Markus 4:40, Lukas 8: 25). Dalam ketiga Injil juga mencatat pada saat orang-orang melihat angin dan danau teduh, orang-orang tersebut heran dan takut, dan berkata “Siapakah orang ini? Sehingga angin dan danau pun taat kepada Dia.”

Analisa Konteks

                Setelah Yesus mengajar di Galilea, pada waktu hari sudah petang Yesus mengajak murid-muridnya untuk bertolak ke seberang melewati Danau Galilea[10] menuju ke Gerasa (Markus 5:1), dan pada saat itu bukan Yesus dan murid-murid saja melainkan ada beberapa perahu yang mengikuti Yesus (Markus 4:36). Ketika melakukan perjalanan tiba-tiba ada taufan yang sangat dahsyat serta ombak membuat perahu mulai kemasukan air. Akan tetapi di saat yang sama Yesus sedang tertidur dan murid-murid membangunkan Yesus. Ketika Yesus bangun, Yesus menghardik angin dan danau itu sehingga danau itu pun menjadi tenang, sehingga orang-orang yang pada saat itu mengikuti Yesus menjadi heran dan takut dengan apa yang dilakukan oleh Yesus.
           

Analisa Kata dan Tafsiran

Mark 4:35 Καὶ λέγει αὐτοῖς ἐν ἐκείνῃ τῇ ἡμέρᾳ ὀψίας γενομένης· διέλθωμεν εἰς τὸ πέραν.
Mark 4:36 καὶ ἀφέντες τὸν ὄχλον παραλαμβάνουσιν αὐτὸν ὡς ἦν ἐν τῷ πλοίῳ, καὶ ἄλλα πλοῖα ἦν μετ᾽ αὐτοῦ.
Mark 4:37 καὶ γίνεται λαῖλαψ μεγάλη ἀνέμου καὶ τὰ κύματα ἐπέβαλλεν εἰς τὸ πλοῖον, ὥστε ἤδη γεμίζεσθαι τὸ πλοῖον.
Mark 4:38 καὶ αὐτὸς ἦν ἐν τῇ πρύμνῃ ἐπὶ τὸ προσκεφάλαιον καθεύδων. καὶ ἐγείρουσιν αὐτὸν καὶ λέγουσιν αὐτῷ· διδάσκαλε, οὐ μέλει σοι ὅτι ἀπολλύμεθα;
Mark 4:39 καὶ διεγερθεὶς ἐπετίμησεν τῷ ἀνέμῳ καὶ εἶπεν τῇ θαλάσσῃ· σιώπα, πεφίμωσο. καὶ ἐκόπασεν ὁ ἄνεμος καὶ ἐγένετο γαλήνη μεγάλη.
Mark 4:40 καὶ εἶπεν αὐτοῖς· τί δειλοί ἐστε; οὔπω ἔχετε πίστιν;
Mark 4:41 καὶ ἐφοβήθησαν φόβον μέγαν καὶ ἔλεγον πρὸς ἀλλήλους· τίς ἄρα οὗτός ἐστιν ὅτι καὶ ὁ ἄνεμος καὶ ἡ θάλασσα ὑπακούει αὐτῷ;
            Dalam ayat 35 kata bertolak dalam bahasa Yunani berasal dari kata διέλθωμεν.  Aorist aktif orang pertama jamak, yang apabila diterjemahkan,  kata διέλθωμεν memiliki arti go from place to place, yang dalam bahasa Indonesia memiliki makna berpindah atau pergi dari satu tempat ke tempat yang lain.[11] Secara sederhana, διέλθωμεν juga memiliki arti dalam bahasa Inggris yaitu go atau pergi. Dalam terjemahan yang lain, KJV διέλθωμεν dituliskan sebagai pas over, sedangkan terjemahan NIV menggunakan kata go over.[12] Baik terjemahan KJV maupun NIV pada dasarnya memiliki arti yang tidak jauh berbeda. Di mana keduanya dimaknai sebagai sebuah ungkapan perpindahan atau meninggalkan suatu tempat dan menuju ke tempat yang lain.
Jadi, διέλθωμεν adalah merupakan ajakan Yesus kepada murid-muridNya untuk pergi meninggalkan suatu tempat untuk kemudian pergi ke tempat yang lainnya. Pada waktu itu, Yesus dan para murid sedang berada di Galilea dan hendak menuju ke daerah Gerasa. Ketika Yesus mengajak para murid untuk bertolak / pergi, ternyata bukan hanya rombongan Yesus dan para murid-Nya saja yang hendak bertolak ke Gerasa, tetapi juga ada rombongan perahu lain yang mengikuti Dia.
Setelah Yesus dan murid- murid sudah berada dalam perahu Dalam Ayat 37 dikatakan mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak, dalam bahasa Yunani menggunakan γίνεται λαῖλαψ μεγάλη ἀνέμου yang berarti suatu badai, atau angin besar atau hebat dalam hal ini sesuatu yang paling terbesar dan mengejutkan.[13] Jadi Ini yang membuat murid-murid menjadi sangat ketakutan karena badai yang dihadapi tidak biasanya, kalau dilihat bahwa hampir sebagian murid-murid Yesus adalah nelayan dan orang-orang yang sudah terbiasa di laut dan jika berdasarkan struktur geografi danau Galilea, angin dan badai yang muncul secara tiba-tiba sudah sering terjadi, akan tetapi kali ini murid-murid sangat ketakutan
Pada saat badai itu datang dikatakan bahwa Yesus sedang tidur, dan murid-murid datang membangunkan-Nya dan berkata “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa” kata binasa yang digunakan dalam bahasa Yunani adalah ἀπολλύμεθα dari kata dasar ἀπόλλυμι yang berarti hancur, hilang, binasa.[14] Ini adalah perkataan murid-murid yang meragukan Yesus dan tidak percaya, jika murid-murid percaya seharusnya murid-murid tidak mengeluarkan kata “binasa”. Bahkan dalam Injil Matius murid-murid meminta tolong kepada Yesus akan tetapi diakhiri dengan kata binasa.  Murid-murid menganggap Yesus tidak peduli dengan badai tersebut. Karena pada saat itu Yesus tertidur.
Setelah itu Yesus bangun dan menghardik angin dan danau itu dan berkata “diam” “tenanglah” kedua kata ini memakai bentuk kata perintah. Ini berarti Yesus mempunyai kuasa dan mempunyai otoritas atas alam. Pada saat itu Yesus tidak langsung menegur murid-murid karena takut dan kurang percaya, tetapi yang Yesus lakukan adalah menghardik angin dan danau itu. Setelah itu barulah Yesus menegur murid-murid karena takut, karena kurang percaya. murid-murid yang selalu bersama-sama dengan Yesus, yang selalu melihat bagaimana Yesus melakukan mukjizat, akan tetapi pada saat yang sama saat Yesus berada dengan murid-murid ketika badai itu datang, murid-murid malah tidak percaya dan merasa takut. Ketika angin dan danau itu menjadi teduh orang-orang yang ada di situ menjadi takut dan bertanya-tanya siapakah Yesus ini yang bisa membuat angin dan danau menjadi tenang.
BAB III APLIKASI

Sebagai orang percaya, kita selalu berpikir bahwa jika orang yang tidak taat mengalami masalah itu wajar, bagaimana dengan kita yang sudah taat, dari kisah angin ribut diredakan, Yesuslah yang mengajak murid-murid untuk bertolak ke seberang, dan murid-murid taat dengan apa yang dikatakan Yesus, akan tetapi badai itu juga tetap ada.
Seberapa sering kita merasakan penyertaan dan pertolongan Tuhan di dalam hidup kita. Ia menyatakan kuasa-Nya melalui pertolongan yang Ia berikan kepada kita pada saat badai atau sebuah permasalahan sedang mendera. Namun, hal ini tidaklah cukup untuk menjadikan kita semua orang-orang percaya yang seutuhnya. Buktinya, ketika sedang menghadapi sebuah persoalan hidup sering kali kita lupa bahwa selama ini Tuhan sudah menolong kita melalui semua permasalahan itu. sehingga pada waktu yang sama kita merasa tidak percaya dan takut. Kita tidak menyadari bahwa Yesus ada bersama-sama dengan kita, sehingga kita sering kali menjadi putus asa dan hilang harapan bahkan mengatakan Yesus tidak peduli.

BAB IV KESIMPULAN


            Kisah angin ribut diredakan ditulis dalam ketiga Injil, ini berarti bahwa kisah ini tidak bisa diragukan lagi kebenarannya, dan kisah ini juga begitu penting, karena ingin menunjukkan bahwa Yesus berkuasa atas alam. Ketika Yesus memerintah angin dan danau itu diam dan tenang, angin dan danau menjadi tenang. Walaupun dalam ketiga Injil ada beberapa perbedaan, akan tetapi tidak mengubah kebenaran. Bahkan perbedaan tersebut memperkaya, dan saling melengkapi sehingga cerita tersebut semakin utuh dan lengkap.
            Kisah angin Ribut diredakan merupakan kisah yang bisa dijadikan pelajaran buat orang-orang percaya agar tidak merasa takut, dan tetap percaya kepada Yesus, karena Yesus berkuasa atas alam semesta ini.










DAFTAR PUSTAKA

_______, Ensiklopedia Masa Kini, Sabda, v.4.30.

Benware, Paul N. Survey Of The New Testament Revised (Chicago: Moody Publishers, 1990).

Bruggen, Jacob Van. Markus: Injil Menurut Petrus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006)

Carson, D. A. dan Douglas J. Moo. An Introduction to the New Testament. Second Edition, (Michigan: Zondervan Grand Rapids, 1992).

Danker. 2nd ed. Chicago: University of Chicago Press, 1983. BibleWorks. v.10

Drane, John. Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005).

Enns, Paul. The Moody HandBook of Theology (Malang: SAAT, 2014).

Gingrich, F. Wilbur. Shorter Lexicon of the Greek New Testament. Edited by Frederick W. Danker. 2nd ed. Chicago: University of Chicago Press, 1983. BibleWorks. v.10.  

Horton, Stanley M. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas 1994)

Kittel, Gerhard, Gerhard Friedrich, and Geoffrey W. Bromiley. Theological Dictionary of the New Testament (Abridged). Grand Rapids: Eerdmanns, 1985. BibleWorks, v.10.

Newman, Jr., Barclay M. A Concise Greek-English Dictionary of the New Testament. Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1993. BibleWorks, v.10.

Tenney, Merril C. Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1992).




[1]Markus pertama kali disebutkan namanya dalam Kisah Para Rasul 12:12 (“Yohanes yang juga disebut Markus”). Seperti banyak orang pada zamannya dia dikenal dengan dua nama. Yohanes adalah nama Ibraninya dan Markus adalah nama Latinnya. Tiga kali dalam Perjanjian Baru dia disebutkan dengan kedua nama yang digunakan (Kis. 12:12, 25; 15:37); dua kali dia dibicarakan sebagai Yohanes (Kis. 13: 5, 13); dan lima kali sebagai Markus (Kis. 15:39; Kol. 4:10; Filemon 24; 2 Tim. 4:11; 1 Pet. 5:13). Lihat  Paul N. Benware, Survey Of The New Testament, Revised (Chicago: Moody Publishers, 1990), 101.

[2]Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1992), 200.

[3]D. A. Carson dan Douglas J. Moo, An Introduction to the New Testament, Second Edition, (Michigan: Zondervan Grand Rapids, 1992), 173.

[4]Jacob Van Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 11

[5]John Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 209.

[6]Several considerations are said to confirm a Roman provenance: (1) the large number of Latinisms in the gospel;22 (2) The incidental mention of Simon of Cyrene’s sons, Alexander and Rufus, at least one of whom may have been known to Mark in Rome (when writing to The Roman church, Paul greets a Rufus [16:13]); (3) the apparently Gentile audience of the gospel; (4) the many allusions to suffering, which would be appropriate if the gospel was written under the shadow of persecutions of the church in Rome; (5) the fact that 1 Peter 5:13 locates Mark in Rome with Peter in the Erly sixties; and (6) the connection with an important early center of Christianity, which would have explained the gospel’s quick acceptance. Lihat D. A. Carson dan Douglas J. Moo, An Introduction to the New Testament, Second Edition, (Michigan: Zondervan Grand Rapids, 1992), 178.

[7]Paul Enns, The Moody HandBook of Theology (Malang: SAAT, 2014), 89.

[8]Horton, Stanley M. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas 1994), 1578.

[9]Paul N. Benware, Survey Of The New Testament, Revised (Chicago: Moody Publishers, 1990), 104.
[10]Danau Galilea memiliki panjang kira-kira 21 KM, lebar11 KM dan terletak 211 M di bawah permukaan laut. Sungai Yordan, yang mengalir dari utara ke selatan, bermuara di danau Galilea; karena itu airnya tawar  —  berbeda dari air Laut Mati  —  dan usaha perikanannya yang begitu terkenal dalam cerita-cerita PB dan di seluruh kekaisaran Romawi, merupakan usaha ekspor yang maju. Pada pihak lain danau itu berada di tengah lembah Yordan dan dikelilingi bukit-bukit, membuatnya beroleh angin kering yang meniup turun dan badai yang dapat datang secara tiba-tiba. Lihat “Galilea, Laut” Ensiklopedia Masa Kini, Sabda, v.4.30.
[11]Gingrich, F. Wilbur. Shorter Lexicon of the Greek New Testament. Edited by Frederick W. Danker. 2nd ed. Chicago: University of Chicago Press, 1983. BibleWorks. v.10

[12]Bibleworks. v.10

[13]Newman, Jr., Barclay M. A Concise Greek-English Dictionary of the New Testament. Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1993. BibleWorks, v.10.

[14] Kittel, Gerhard, Gerhard Friedrich, and Geoffrey W. Bromiley. Theological Dictionary of the New Testament (Abridged). Grand Rapids: Eerdmanns, 1985. BibleWorks, v.10.

Baca Juga

Khotbah Ekspositori Berseri (Kej 25:19-34, 27:1-40) Belajar Dari Kisah Esau dan Yakub


Penulis: Riris Salindri Pramasti
STT Berea Salatiga


SERI PERTAMA: BELAJAR DARI ISHAK
Tema                          : Sikap terhadap janji Tuhan
Teks                            : Kej 25:19-34, 27:1-40
Pendahuluan             : Semua kita pernah membuat janji, dan mungkin kita juga pernah menerima janji baik dari orang tua, pasangan hidup, teman, pacar atau bahkan orang-orang di sekitar kita, dan tidak banyak juga dari antara janji-janji yang kita terima yang ditepati, mungkin kita pernah kecewa dan bahkan pernah marah karena janji-janji itu tidak ditepati. Bahkan orang terdekat sekalipun dapat melanggar janji yang pernah dibuatnya. Saya dulu pernah dijanjikan mendapatkan sesuatu yang saya inginkan dan saya sukai, akan tetapi janji itu tidak ditepati, otomatis pada saat itu saya merasa kecewa dan kesal. Yah namanya manusia, saya juga terkadang masih ingkar janji. Akan tetapi beda dengan Tuhan. saat Tuhan berjanji, Tuhan tidak pernah ingkari, janji-janji Tuhan ya dan amin. Kita semua percaya ain hal itu. Walaupun terkadang janji kita ke Tuhan selalu kita ingkari, seperti: Tuhan saya mau berubah, Tuhan saya tidak mau lagi lakukan ini, Tuhan saya mau setia pergi ibadah, akan tetapi kenyataannya berbeda. Kita bahkan pura-pura lupa dengan janji kita kepada Tuhan. kalau kita melihat Janji Tuhan selalu Ia tepati. Oleh sebab itu
Preposisi                     : sebagai Orang percaya harus merespons janji Tuhan
Kalimat tanya            : Apa sikap-sikap yang harus dicontohi dan  tidak boleh dicontohi dari       Ishak dalam merespons janji Tuhan?
Kalimat Peralihan     : Sikap-sikap yang harus dicontohi dan tidak boleh dicontohi dari Ishak  dalam merespons janji Tuhan adalah
Bagut 1: Yakin dan percaya terhadap janji Tuhan (25:21)
“Berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung.”
Ishak adalah anak Abraham yang menerima janji berkat itu, yaitu salah satunya adalah keturunannya akan menjadi bangsa yang besar, akan tetapi pada saat Ishak menikahi Ribka, Firman Tuhan mengatakan bahwa Ribka istri Ishak mandul. Bagaimana janji itu tergenapi jika Ribka mandul. Akan tetapi dalam ayat 21 dikatakan bahwa Ishak datang berdoa kepada Tuhan, karena Ishak yakin dan percaya bahwa Janji Tuhan akan tergenapi ini merupakan sikap yang harus dicontohi. Alkitab tidak pernah mencatat bahwa Ishak pergi mencari wanita lain, seperti yang dilakukan ayahnya Abraham, saat ibunya Sara mandul, Ishak tahu bahwa kalau Tuhan sudah menggenapi janjinya kepada Ayahnya yaitu dengan kelahiran dirinya yang bisa dikatakan mustahil karena ibunya Sara juga mandul, maka Tuhan juga akan menggenapi janji-Nya bagi Ishak,karena Ishak merupakan anak yang menerima perjanjian itu.

Batam 1: Tekun dalam Berdoa
Keyakinan dan percaya Ishak ditunjukkan lewat dia datang berdoa dengan tekun, kalau kita membaca ayat 21 seakan-akan pada saat Ishak berdoa Tuhan langsung menjawab doa Ishak. Akan tetapi jika kita melihat bahwa sebenarnya Ishak sudah lama berdoa kepada Tuhan dengan tekun karena pada saat Ishak mengambil Ribka menjadi istrinya, umur Ishak sekitar 40 tahun (ayat 20) akan tetapi mereka baru memperoleh anak ketika Ishak berumur 60 tahun (ayat 26), ini menggambarkan bahwa Ishak bukan hanya berdoa sekali dua kali saja, melainkan doa Ishak selalu berdoa dengan tekun dalam menanti janji Tuhan.
Batam 2: Bersabar dalam Menanti Janji Tuhan
            Keyakinan dan percaya Ishak ditunjukkan lewat kesabaran dia dalam menanti janji Tuhan, Ishak tidak melakukan kesalahan yang pernah dilakukan Ayahnya Abraham ketika ibunya Sara mandul, Abraham mengambil wanita lain yaitu Hagar untuk memperoleh keturunan. Berbeda dengan Abraham, Ishak dengan sabar menanti janji Tuhan, seperti yang telah kita ketahui, bahwa untuk memperoleh keturunan Ishak harus menanti selama 20 tahun lamanya. Itu bukan waktu yang singkat, akan tetapi karena keyakinan dan percaya Ishak terhadap janji Tuhan oleh sebab itu Ishak tetap sabar dalam menanti janji Tuhan.
Inilah sikap yang ditunjukkan oleh Ishak terhadap janji Tuhan yang harus dicontohi,.
Aplikasi: sebagai orang percaya, banyak janji Tuhan dalam kehidupan kita, baik janji dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan datang, tapi apakah kita yakin dan percaya terhadap janji Tuhan? Seharusnya sebagai orang percaya kita harus memiliki sikap seperti Ishak yang dengan keyakinan penuh terhadap janji Tuhan. Kita dapat menunjukkan keyakinan dan percaya kita terhadap janji Tuhan dengan cara kita datang berdoa kepada Tuhan dengan tekun dan sabar.
Ilustrasi: sepasang burung yang saling mencintai, hari-hari mereka diisi dengan cinta. Akan tetapi ketika suatu hari terjadi peperangan antara bangsa burung dan bangsa Ayam, membuat burung jantan harus pergi ikut berperang. Burung jantan berjanji kepada burung betina, setelah pulang dari perang, ia akan menikahi burung betina di salah satu pohon paling indah. Burung betina mengiakan dan mengikhlaskan kepergian burung jantan dengan tangisan, akan tetapi hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, akan tetapi burung jantan belum pulang. Suatu ketika saat ada kabar bahwa semua pasukan burung yang ikut berperang akan pulang, burung betina sangat senang dan dengan sukacita menunggu dengan burung-burung yang lainnya, akan tetapi tidak dilihatnya sang kekasihnya, air mata burung betina bertetesan, akan tetapi dia yakin bahwa sang kekasihnya akan pulang, tapi yang terjadi adalah burung jantan tidak kunjung pulang, akhirnya burung betina pergi menikah dengan teman dari sang kekasihnya, singkat cerita setelah mereka menikah, tiba-tiba burung jantan pun datang, bung betina kaget, dan dia bertanya dari mana saja kau? Aku sudah menunggumu terlalu lama, sehingga aku menikahi temanmu, dengan terkesan air mata yang keluar  dari mata burung jantan, ia menjawab, “setelah aku pulang berperang, aku pergi mencari pohon yang indah, buat kita nikah dan untuk rumah kita berdua,dan aku sudah menemukannya”.
Dari Ilustrasi di atas, kalau seandainya burung betina percaya dan yakin dengan janji burung jantan, dan mau bersabar sedikit saja, mungkin mereka berdua akan bersama-sama. terkadang sebagai orang percaya kita juga seperti itu, Jangan sampai kita tidak tidak sabar dalam menanti janji Tuhan, mungkin tinggal sedikit lagi kita janji Tuhan tergenapi dalam kehidupan kita, akan tetapi karena kita tidak sabar, membuat semuanya jadi fatal, sama seperti apa yang dilakukan oleh Abraham.
Kalimat Peralihan     : Sikap-sikap yang harus dicontohi dan tidak boleh dicontohi dari Ishak  dalam merespons janji Tuhan adalah
Bagut 2: Menentang Janji Tuhan (25:23, 27: 4)
Pada bagian ini merupakan sikap yang tidak boleh dicontohi dari Ishak, yaitu Ishak menentang janji Tuhan atau apa yang sudah ditetapkan oleh Tuhan, kalau kita membaca secara teliti bahwa Firman Tuhan pada ayat 23 sudah mengatakan bahwa anak yang Tua akan akan menjadi hamba kepada anak yang muda, dilanjutkan dengan ayat 26 yang mengatakan bahwa ketika Yakub lahir, Yakub memegang tumit Esau, ini merupakan suatu nubuatan kalau Yakub akan lebih berkuasa dari pada kakaknya Esau. Akan tetapi Ishak mengabaikan apa yang dikatakan oleh Tuhan dalam ayat 23, Ishak tahu bahwa Yakublah yang akan menjadi ahli waris untuk menerima janji itu, akan tetapi karena Ishak lebih sayang kepada Esau, karena Ishak suka makan daging buruan Esau (ayat 28). Sehingga pada pasal 27 ayat 4 dikatakan bahwa Ishak menyuruh Esau pergi berburu untuk masak hasil buruannya dan berikan kepada Ishak setelah itu Ishak akan memberkati Esau, lagi-lagi Ishak menentang apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan, seperti apa yang dikatakan dalam ayat 23.
Aplikasi: kita sebagai orang percaya jangan sampai kita mempunyai sikap seperti yang dilakukan oleh Ishak, mungkin Tuhan sudah berjanji kepada kita, akan tetapi janji Tuhan tidak sesuai dengan apa yang kita sukai, dan kita berperan sepertinya mau menentang apa yang telah dikatakan Tuhan kepada kita, dengan melakukan apa yang menjadi keinginan kita. Atau mungkin kita dengan sengaja mengeraskan hati kita terhadap Firman Tuhan yang disampaikan oleh hamba Tuhan kepada kita. Karena kita mau apa yang kita sukai itu yang seharusnya terjadi. Janganlah sampai kita melakukan hal tersebut.

Kesimpulan: Dari poin-poin di atas dapat disimpulkan bahwa kita dapat belajar dari Ishak, bagaimana ada sikapnya yang baik untuk kita contohi dalam merespons janji Tuhan dan ada juga sikap yang tidak boleh kita contohi dalam merespons janji Tuhan.
Altar Call: Pilihan di tangan kita masing-masing. Akan tetapi saya ingin mengajak kita semua untuk memiliki sikap yang benar terhadap janji Tuhan. Sehingga janji Tuhan akan tergenapi dalam kehidupan kita. Amin
Lagu:_______________






SERI KEDUA: BELAJAR DARI RIBKA
Tema                          : Sikap terhadap janji Tuhan
Teks                            : Kej 25:19-34, 27:1-40
Pendahuluan             : Pada seri pertama kita sudah membahas mengenai sikap-sikap yang diberikan oleh Ishak terhadap janji Tuhan, ada juga sikap-sikap yang dapat dicontohi dan ada juga yang tidak boleh dicontohi terhadap janji Tuhan. dan pada saat ini saya akan berbagi mengenai sikap-sikap Ribka terhadap janji Tuhan dan masih tetap sama sebagai
Preposisi                     : Orang percaya harus merespons janji Tuhan
Kalimat tanya            : Apa sikap-sikap yang harus dicontohi dan  tidak boleh dicontohi dari       Ribka dalam merespons janji Tuhan?
Kalimat Peralihan     : Sikap-sikap yang harus dicontohi dan tidak boleh dicontohi dari Ribka dalam merespons janji Tuhan adalah
Bagut 1: Bersungut-sungut (25: 22a)
Pada ayat ini bagaimana pada saat Tuhan menjawab doa Ishak sehingga Ribka bisa mengandung, dan pada saat ada masalah dalam kandungan dikatakan bahwa anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya, yang terjadilah adalah Ribka bersungut-sungut kepada Tuhan, dengan mengatakan “jika demikian halnya,mengapa aku hidup?” kalimat ini menunjukkan bahwa Ribka tidak mempunyai sikap yang benar terhadap janji Tuhan, padahal Ribka sebenarnya tahu bahwa Tuhan akan menggenapi janjinya, akan tetapi ketika masalah itu datang, yang dilakukan oleh Ribka adalah persungutan. Pernyataan sekaligus pertanyaan yang dikeluarkan Ribka merupakan sebuah kalimat pengeluhan. Ribka bukannya bersyukur karena yang awalnya dia adalah seorang yang mandul, akan tetapi Tuhan yang menepati janjinya kepada Abraham dan Ishak telah membuka kandungannya, sehingga Ribka bisa mengandung. Ini merupakan sikap yang tidak benar dalam menanggapi janji Tuhan.
Aplikasi:
            Terkadang kita sebagai orang percaya kita masih seperti Ribka, dalam merespons janji Tuhan. Saat Tuhan mau menepati janji-Nya, dan di waktu yang sama ada masalah yang datang, sehingga membuat kita mempersalahkan Tuhan, membuat kita bersungut-sungut, dan bisa saja mengeluarkan kalimat seperti yang dikeluarkan oleh Ribka, buat apa aku hidup? Akan tetapi dari kisah Ribka ini kita dapat belajar sesuatu yaitu, jangan sampai kita memiliki sikap seperti ini dalam merespons janji Tuhan.
Ilustrasi:
            Kisah perjalanan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, pada saat Tuhan berjanji akan membawa mereka ke tanah Perjanjian, melepaskan mereka dari perbudakan. Mereka sudah keluar dari Mesir, akan tetapi dalam perjalanan menuju tanah Perjanjian banyak masalah, yang mereka hadapi, sehingga membuat mereka bersungut-sungut, dan mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya mereka ucapkan, yaitu pada saat mereka mengatakan kepada Musa, buat apa kamu bahwa kami keluar dari tanah Mesir kalau untuk mati di padang gurun? 
Dari Ilustrasi di atas, dengan bagaimana mereka bersikap, sama halnya dengan Ribka, saat adanya masalah, yang terjadi adalah persungutan, kita bisa belajar bahwa, seharusnya mereka bersyukur, karena saat Tuhan berjanji pasti akan di tepati, walaupun di dalamnya ada masalah. seperti contoh Ribka, seharusnya dia bersyukur kalau dia bisa hamil, yang awalnya adalah seorang perempuan mandul. Apakah kita juga seperti itu? saat Tuhan berjanji yaitu ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus, dosa kita telah di ampuni, dan akan masuk ke dalam kehidupan kekal setelah kematian. Yang dulunya kita adalah hamba dosa, akan tetapi tetapi di angkat menjadi anak-anakNya. Dan pada saat yang sama ada begitu banyak masalah, sehingga membuat kita melupakan janji Tuhan, dan kita mulai bersungut-sungut, mengeluh sama Tuhan, dan mengatakan kayaknya lebih enak sebelum menjadi anak Tuhan.. Sikap seperti ini bukan sikap yang benar terhadap janji Tuhan.
Kalimat Peralihan: Sikap-sikap yang harus dicontohi dan tidak boleh dicontohi dari Ribka dalam merespons janji Tuhan adalah
Bagut 2: Minta Petunjuk Tuhan (25: 22b)
Pada saat Ribka mulai mendapatkan masalah dalam kandungannya, dan dia bersungut-sungut. Satu hal yang dapat kita pelajari dari Ribka, Alkitab mencatat bahwa setelah itu Ribka meminta petunjuk Tuhan, ini merupakan suatu sikap yang benar, ketika Tuhan berjanji akan memberkati, dan menjadikan keturunan Abraham bangsa yang besar, dan Ishak menerima janji itu, akan tetapi masalah datang sehingga membuat Ribka istri Ishak bersungut-sungut dan tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh Ribka adalah meminta petunjuk Tuhan atas apa yang terjadi dalam kandungannya, sehingga Tuhan menjawab apa yang menjadi masalah Ribka (ayat 23). Karena Ribka tahu, Tuhan yang sudah berjanji untuk memberi keturunan juga akan menjawab apa yang menjadi masalah dengan kandungannya. Bahkan masalah tersebut bukanlah sebuah masalah, karena Ribka sedang mengandung dua orang anak yang akan menjadi dua suku bangsa yang besar. Kalau Kita membaca pada pasal-pasal berikutnya, anak yang pertama yaitu Esau menjadi bangsa Edom, dan anak yang kedua yaitu Yakub menjadi bangsa Israel.
Aplikasi: Masalah selalu ada dalam kehidupan kita, seiring dengan janji Tuhan dalam kehidupan kita, saat itulah kita akan benar-benar di uji apakah kita akan tetap datang kepada Tuhan minta petunjuk Tuhan, ataukah kita akan mencari jalan lain. satu hal yang dapat kita contohi dari Ribka adalah mencari petunjuk Tuhan, karena Tuhan lebih mengetahui apa yang terjadi, jangan Tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, ingatlah bahwa Tuhanlah yang memberikan janji itu, dan Tuhanlah yang mempunyai janji itu, jadi saat masalah datang, dan kita berpikir seakan-akan janji Tuhan tidak tergenapi, ingat kita harus tetapi datang kepada Tuhan dan minta petunjuk Tuhan.
Kalimat Peralihan     : Sikap-sikap yang harus dicontohi dan tidak boleh dicontohi dari Ribka dalam merespons janji Tuhan adalah
Bagut 3:  Melakukan hal yang tidak benar dengan berpikir akan membantu Tuhan untuk menggenapi janji-Nya ( 27:9-16)
Dalam kejadian 27:9-16, merupakan tindakan Ribka yang tidak benar yaitu bersekongkol dengan anaknya Yakub untuk melakukan kebohongan terhadap Ishak, karena Ribka ingin bahwa yang akan diberkati adalah Yakub, karena Yakub merupakan anak kesayangan Ribka (25:28), selain itu juga Ribka tahu bahwa yang seharusnya menerima janji berkat itu adalah Yakub, karena sesuai dengan apa yang difirmankan Tuhan kepadanya (25:23), bahwa anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda. Seharusnya Ribka memahami bahwa itu merupakan nubuatan, sekaligus pilihan Tuhan kepada Yakub, bahwa Yakublah yang akan menerima janji berkat itu. Akan tetapi karena Ribka terobsesi agar anak kesayangannya Yakub haruslah diberkati. Dari hal ini ada dua kesalahan yang dilakukan oleh Ribka :
Batam 1: Tidak yakin dengan apa yang difirmankan Tuhan
Seharusnya jika Ribka yakin dengan apa yang difirmankan Tuhan, Ribka tidak akan melakukan dengan caranya sendiri untuk menggenapi apa yang telah dijanjikan Tuhan, walaupun Ishak ingin memberkati Esau, karena Esau adalah anak kesayangannya selain itu adalah anak tertua, tidak akan membatalkan apa yang telah difirmankan Tuhan, bahwa Yakublah akan menjadi tuan atas Esau. Tetapi karena pada saat Ribka, mendengar bahwa Ishak ingin memberkati Esau (27:2-4), timbullah keraguan dalam diri Ribka, apa benar bahwa Yakub akan menjadi tuan atas Esau, bagaimana bisa,kalau seandainya Esaulah yang diberkati Ishak. Karena kurang yakin membuat Ribka melakukan persekongkolan dengan Yakub.
            Batam 2: Melakukan dan mengajarkan untuk berbohong
            Karena tidak percayanya kepada yang telah dijanjikan Tuhan, Ribka mengajak Yakub untuk melakukan kebohongan kepada Ishak, sehingga dengan begitu Yakublah yang akan menjadi ahli waris janji berkat itu (27: 10-16). Ini merupakan sikap yang salah, Ribka bukan saja melakukan kebohongan melainkan mengajarkan kebohongan.
            Sebenarnya apa yang dilakukan Ribka dipikirnya untuk membantu Tuhan agar janji mengenai bahwa Yakub akan menjadi tuan atas Esau akan tergenapi, akan tetapi ini merupakan sikap yang tidak benar terhadap janji Tuhan.
Aplikasi: Saat kita menerima janji Tuhan, dan saat itu juga sepertinya ada yang mau menutup jalan atau ada halangan sehingga kita berpikir kayanya janji Tuhan itu tidak tergenapi dalam kehidupan kita, sehingga kita melakukan hal-hal yang tidak benar, atau melakukan hal-hal yang kita anggap benar seakan-akan kita dapat membantu Tuhan menggenapi janji-Nya dalam kehidupan kita. Tuhan punya berbagai macam cara untuk menggenapi janji-Nya dalam kehidupan kita, biar cara/kehendak Tuhan yang terjadi bukan cara/kehendak kita. Karena apa yang kita pikir benar belum tentu benar buat kita, tapi apa yang benar buat Tuhan itu sudah tentu benar. Oleh sebab itu kita haus yakin dan jangan pernah meragukan janji Tuhan dalam kehidupan kita.
Kesimpulan: Dari sikap Ribka terhadap janji Tuhan, kita bisa belajar banyak hal, ada sikap yang harus dicontohi dan ada sikapnya yang tidak harus kita contohi, melainkan menjadi pelajaran buat kita, agar kita tidak melakukan hal-hal seperti itu.  Saat masalah datang kita berpikir masalah itu dapat membatalkan janji Tuhan, yang perlu kita lakukan adalah minta petunjuk Tuhan, jangan sampai kita bersungut-sungut apalagi kita melakukan hal-hal yang tidak benar seakan-akan kita dapat membantu Tuhan menggenapi janji-Nya dalam kehidupan kita.
Altar Call: Saat ini saya memberi waktu buat kita semua, mengintropeksi diri kita asing-masing, apakah saat ini sikap kita sudah benar terhadap janji Tuhan? Marilah kita berdoa kepada Tuhan, minta petunjuk Tuhan, agar rencana/janji Tuhan tergenapi dalam kehidupan kita. Amin
Lagu:_________________

SERI KETIGA: BELAJAR DARI ESAU DAN YAKUB
Tema                          : Sikap terhadap janji Tuhan
Teks                            : Kej 25:19-34, 27:1-40
Pendahuluan             : Pada seri terakhir khotbah saya mengenai sikap terhadap janji Tuhan kali ini mengenai 2 orang bersaudara, yaitu anak-anak dari Ishak dan Ribka yang merupakn orang-orang yang menerima janji dari Tuhan. oleh sebab itu
Preposisi                     : Sebagai Orang percaya harus merespons janji Tuhan
Kalimat tanya            : Apa sikap-sikap yang harus dicontohi dan  tidak boleh dicontohi dari Esau dan Yakub dalam merespons janji Tuhan?
Kalimat Peralihan     : Sikap-sikap yang harus dicontohi dan tidak boleh dicontohi dari Esau dan Yakub dalam merespons janji Tuhan adalah
Bagut 1: Menukarkan hal Rohani demi kesenangan dunia (25:32-34)
Pada poin yang pertama merupakan sikap yang ditunjukkan Esau terhadap janji Tuhan. walaupun sebenarnya telah ada nubuat dalam Kej 25:23 bahwa Yakub akan menjadi tuan atas Esau, akan tetapi satu kesalahan yang dibuat oleh Esau adalah menukarkan hak kesulungan. Esau berpikir buat apa itu hak kesulungan, toh dia juga akan mati (Kej. 25:32) Esau tidak berpikir panjang, karena yang dipikirkannya adalah bagaimana dia bisa mengisi perutnya, dia tidak peduli lagi dengan hak kesulungan. Ini merupakan sikap yang tidak benar yang ditujukan oleh Esau. Esau hanya berpikir pada saat itu, dia tidak berpikir jauh ke depan, kalau kita baca dalam Kej. 27:36, di situlah ada penyesalan dan kesadaran Esau dengan apa yang terjadi, berbeda pada Kej 25:32-34, dikatakan bahwa Esau bahkan bersumpah, dan menikmati makanan yang diberikan Yakub tanpa ada penyesalan. Hal itu dapat kita lihat dalam Kej 25:34, dikatakan bahwa Esau setelah makan dan minum, ia langsung berdiri dan pergi. Kata berdiri dan pergi meruapakan sebuah frase yang berarti Esau tidak peduli atau menganggap remeh, karena tujuan untuk menikmati makanan sudah dia dapatkan.
Aplikasi:
            Dari sikap Esau kita dapat mengambil sebuah pelajaran bahwa jangan sampai kita menukarkan hal rohani demi kesenangan duniawi, karena kesengajaan duniawi hanya bersifat sementara. Jangan hanya karena harta, pasangan hidup, kedudukan, kita menjual iman percaya kita. Yang seharusnya kita mendapatkan Janji keselamatan itu, akan tetapi karena kita lebih mementingkan hal-hal duniawi akhirnya kita lupa bahwa kita telah kehilangan hal-hal rohani yang bersifat kekal yaitu kehidupan kekal bersama Tuhan. Jangan sampai kita menyesal seperti apa juga yang telah dirasakan oleh Esau. Oleh sebab itu sikap Esau merupakan sebuah contoh agar kita tidak mengikuti kesalahan yang dilakukan oleh Esau.
Kalimat Peralihan     : Sikap-sikap yang harus dicontohi dan tidak boleh dicontohi dari Esau dan Yakub dalam merespons janji Tuhan adalah
Bagut 2: Mengejar hal Rohani dan merelakan kesenangan dunia (25:31,34)
Berbeda dengan Esau, pada poin kedua merupakan sikap yang ditujukan Yakub terhadap janji Tuhan, kalau kita membaca dalam Kej 25:31,34, Yakub merelakan makanannya, mungkin pada saat itu Yakub juga membutuhkan makanan tersebut, tidak dikatakan dalam Alkitab, apakah Yakub sengaja memasak agar dapat menukarkan dengan hak kesulungan yang dimiliki Esau atau tidak? Akan tetapi yang terpenting di sini adalah, Yakub lebih mengejar hal-hal yang bersifat kekal, dan menghiraukan hal-hal yang bersifat sementara. Ini merupakan suatu sikap yang Yakub tunjukan.
Aplikasi: Dari poin ini kita bisa mengambil sebuah pelajaran dari sikap Yakub, yaitu Yakub lebih mementingkan hal-hal yang bersifat kekal dan merelakan hal-hal yang bersifat dunia. Mungkin pada saat kita mengikuti Tuhan, dan janji Kehidupan kekal sudah kita miliki. Akan tetapi di satu sisi mungkin kita harus kehilangan pekerjaan, teman-teman, atau harta. Jangan pernah menyesal karena janji keselamatan yang Tuhan berikan itu bersifat kekal.
Kalimat Peralihan     : Sikap-sikap yang harus dicontohi dan tidak boleh dicontohi dari Esau dan Yakub dalam merespons janji Tuhan adalah
Bagut 3: Melakukan tipu muslihat agar  janji Tuhan tergenapi (27:18-24)
Kalau pada poin kedua merupakan sikap benar yang ditujukan Yakub terhadap janji Tuhan, maka pada poin ketiga merupakan sikap yang tidak boleh dicontohi, karena apa yang dilakukan oleh Yakub merupakan suatu pelanggaran dan merupakan kesalahan, sebab ia telah melakukan kebohongan kepada ayahnya Ishak (Kej 27:19, 24) pada ayat-ayat tersebut, dikatakan bahwa, pada saat Ishak menanyakan apakah engkau Esau? Dan Yakub menjawab ia, sebenarnya apa yang dilakukan oleh Yakub merupakan persekongkolan yang telah direncanakan oleh Ribka dan Yakub. Kalau kita lihat bahwa Yakub merupakan anak kesayangan Ribka, dan pastinya Ribka telah bercerita kepada Yakub mengenai janji Tuhan ( Kej. 25:23) tentang Yakub akan menjadi tuan atas Esau kakaknya, oleh sebab itu untuk mewujudkan itu, Yakub rela melakukan suatu kebohongan agar janji itu tergenapi, tanpa berpiir, bahwa Tuhan dengan caranya bisa menggenapi janji tersebut dalam kehidupan Yakub.
Aplikasi: apa yang dilakukan oleh Yakub merupakan suatu sikap yang tidak benar, walaupun dengan Tujuan yang baik, dari sini kita bisa tarik kesimpulan bahwa, untuk mencapai tujuan yang baik, harus juga dengan cara yang baik dan benar. Apa yang Tuhan janjikan dalam kehidupan kita. Pasti Tuhan akan genapi, tapi sekali lagi jangan pernah memakai cara kita agar tujuan itu tercapai. Biarlah cara Tuhan terjadi.

Kesimpulan: Dari sikap-sikap yang ditunjukkan baik dari Esau maupun Yakub terhadap janji Tuhan, dapat kita simpulkan bahwa, kita harus lebih mengejar hal-hal yang bersifat kekal dan jangan pernah menukarkannya dengan hal-hal yang bersifat sementara, seperti kita menukarkan kehidupan kekal dengan hal-hal yang bersifat duniawi dan biarlah Tuhan dengan caranya menggenapi rencana/Janji Tuhan dalam kehidupan kita
Altar call: saya mengajak kita semua, membuat suatu keputusan, apakah kita mau seperti Esau yang merelakan berkat rohani demi kesenangan duniawi atau seperti Yakub yang merelakan hal-hal duniawi demi berkat Rohani.? Biarlah keputusan yang kita ambil adalah merupakan komitmen kita sehingga tidak ada di antara kita yang meninggalkan iman percaya yang olehnya kita memperoleh keselamatan dengan kesenangan duniawi.