Thursday 26 April 2018

Paper : 3 Aliran Filsafat (Rasionalisme, Pragmatisme, Autoritarianisme)


3 Aliran Filsafat : Rasionalisme, Pragmatisme, Autoritarianisme

Disusun Oleh : Nusye B Manuputty
STT Berea Salatiga


BAB I PENDAHULUAN

Pembahasan aliran – aliran filsafat merupakan penelahan salah satu aspek sekaligus menyangkut dengan faham dan pandangan para ahli pikir dan filosuf. Dari kajian ini para ahli melihat sesuatu atau menyeluruh, mendalam dan sistematis. Para filsus menggunakan sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Antara aliran atau paham satu dengan yang lainnya, ada yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar yang sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyak aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh – tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang kita hadapi.
Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri  dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua yang  mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistem, filsafat berkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerja sama faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini di antaranya yang utama ialah sikap dan pandangan hidup, cita karsa dan kondisi alam lingkungan.  Apabila cita karsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya).Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat Rasionalisme,Pragmatisme dan Autoritarianisme.


BAB II BEBERAPA ALIRAN FILSAFAT


Aliran Rasionalisme

·         Defenisi Rasionalisme
Aliran Rasionalisme adalah suatu aliran pemikiran yang muncul dalam era filsafat modern di dunia barat. rasionalisme adalah berasal dari perkataan Latin yaitu “ratio” yang memberi makna “reason” dalam bahasa Inggris. Rasionalisme adalah aliran filsafat yang menekankan rasio,jadi rasionalisme berarti berusaha menghakimi segala sesuatu berdasarkan akal atau pikiran.[1]Kaum rasionalis berupaya untuk tiba pada kebenaran-kebenaran atau prinsip-prinsip pertama yang apodiktis (titik diragukan), prinsip-prinsip ini diketahui kebenarannya hanya melalui nalar, kemampuan berpikir yang sering disebut intuisi.[2]
Ada argumen lain yang menyanggah rasionalisme adalah bahwa nalar hanya mampu menunjukan apa yang mungkin, bukan apa yang nyata. Nalar hanya dapat mengesampingkan keyakinan-keyakinan atau sistem-sistem yang sifatnya memang tidak tetap, akan tetapi orang dihalangi dari mengacu pada pengalaman, jadi tidak mungkin bagi seorang rasionalis untuk menentukan mana yang sebetulnya benar.[3]
Bentukan kata lain dari kata rasio adalah rasionalisasi yang memiliki dua makna umum, yaitu:
1.Makna positif, yaitu membuat rasional (masuk akal) atau membuat sesuatu dengan akal budi atau menjadi masuk akal.
2.Arti negatif, yaitu pembenaran berdasarkan motif-motif tersembunyi.
Adapun rasionalisme adalah prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam menjelaskan sesuatu. Secara umum kata rasionalisme menunjuk pada pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan.[4]
Akhyar Yusuf Lubis yang mengutip pemikiran Lorens Bagus membagi enam pokok ajaran rasionalisme sebagai berikut[5] :
1.      Rasionalisme percaya bahwa melalui proses pemikiran abstrak kita dapat mencapai kebenaran fundamental, yang tidak dapat disangkal, mengenai apa yang ada serta strukturnya dan tentang alam semesta pada umumnya.
2.      Rasionalisme percaya bahwa realitas serta beberapa kebenaran tentang realitas dapat dicapai tanpa menggunakan metode empiris.
3.      Rasionalisme percaya bahwa pikiran mampu mengetahui beberapa kebenaran tentang realitas, mendahului pengalaman apapun juga. Pengetahuan yang diperoleh tanpa pengalaman disebut dengan pengetahuan  priori.
4.      Rasionalisme percaya bahwa akal budi adalah sumber pengetahuan yang utama. Menggunakan sistem deduksi yang dapat dipahami secara rasional yang hanya secara tidak langsung berhubungan dengan pengalaman indrawi.
5.      Rasionalisme percaya bahwa kebenaran tidak diuji melalui verifikasi indrawi, akan tetapi melalui kriteria konsistensi logis. Kaum Rasionalisme menentukan kebenaran yang didasarkan atas konsistensi antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain atau kesesuaian antara pernyataan (teori) dengan kesepakatan (konsesus) para ilmuwan.
6.      Rasionalisme percaya bahwa alam semesta (realitas) mengikuti hukum-hukum alam yang rasional, karena alam semesta adalah sistem yang dirancang secara rasional, yang aturan-aturannya sesuai dengan logika/matematika.
Dalam paradigma Iman Kristen, para reformator abad keenam belas dikuasai oleh minat terhadap Allah. Mereka mengambil titik tolak mereka, yakni tindakan Allah di dalam Kristus, sebagaimana yang disaksikan oleh Alkitab. Dari pola itu mereka dapat melangkah untuk memikirkan tentang dunia.[6] Berbeda pada abad ketujuh belas orang-orang rasionalis tidak terlalu terpikat terhadap Allah melainkan terhadap dunia.
·         Tokoh-tokoh Rasionalisme
1.      Rene Descartes
A.    Pemikiran Rene Descartes
Descartes dianggap sebagai bapak aliran filsafat modern. Ia merupakan filosof yang ajaran filsafatnya sangat populer, karena pandangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada akal atau rasio manusia. Descartes menjelaskan kebenaran melalui metode keragu-raguan.
 Dalam karyanya Anaxemens Discourse on Methode ada 4 hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :
-          Kebenaran baru dinyatakan sahih jika benar-benar indrawi dan realitasnya telah jelas dan tegas (clearly and distincictly), sehingga tidak ada keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
-          Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah sampai sebanyak mungkin sehingga tidak ada keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
-          Bimbinglah pikiran dengan teratur (mulai dari yang sederhana atau mudah diketahui sampai hal yang paling sulit atau kompleks).
-          Pencarian dan pemeriksaan harus dibuat dengan perhitungan yang sempurna serta mempertimbangkan secara menyeluruh sehingga diperoleh keyakinan bahwa tidak ada satupun yang terabaikan atau terlewatkan.
B.     Iman Kristen menurut Descartes
Descartes tertarik akan Allah bukan demi kepentingannya sendiri, melainkan demi kepentingan dunia. Allah menurutnya, sebagai suatu deus ex machina yang menjamin keabsahan pikiran-pikiran tentang dunia. Terpisah dari hal itu Dia selamanya hanya berdiri di samping panggung. Tidaklah mengherankan, pada saat para filsuf kemudian ikut bersama-sama memakai pra-anggapan Descartes tetapi bukan metoden-metodenya.
Kelemahan dalam perspektif Iman Kristen, bahwa Descartes tidak terlalu mementingkan penggunaan hati  nurani sebagai titik tolak anugerah Allah terhadap penjelasan-penjelasan yang ada. Penggunaan penalaran (rasio) hanyalah bagian kecil. Hati nurani merupakan kesadaran pribadi dalam diri manusia untuk memperoleh kebenaran yang utama dan pertama, tetapi bagi Descartes ditempatkan dalam kebenaran yang terakhir.[7]
2.      De Spinoza
A.    Pemikiran De Spinoza
Baruch Spinoza atau Benedictus de Spinoza merupakan salah satu pengikut pemikiran Descartes yang menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam metafisika yang sampai saat ini dikenal dengan mazhab rasionalisme. Spinoza menjawab pertanyaan-pertannyaan kebenaran dengan tentang sesuatu, menggunakan metode deduksi matematis yang meletakkan definisi aksioma, proposisi, kemudian berulang membuat pembuktian atau menyimpulkan.[8]
Seperti Descartes, Spinoza juga mengatakan bahwa kebenaran itu terpusat pada pemikiran dan keluasaan. Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasaan adalah tubuh yang eksistensinya berbarengan.
B.     Iman Kristen menurut Spinoza
Bagi Spinoza hanya ada satu substansi, yaitu Tuhan. Dan satu substansi ini meliputi baik dunia maupun manusia. Itulah sebabnya pendirian Spinoza disebut penteisme yang rasional, Tuhan disamakan dengan segala sesuatu yang ada. Spinoza juga beranggapan bahwa satu substansi itu mempunyai ciri-ciri yang tak terhingga jumlahnya. Namun demkikian kita hanya mengenal dua ciri saja, pemikiran dan keluasan. Pada manusialah kedua ciri tersebut terdapat bersama-sama pemikiran (jiwa) dan serentak juga keluasan tubuh.
Apa yang coba Spinoza buktikan adalah hanya ada satu subtansi, dan subtansi ini dapat dipandang sebagai Allah atau alam. Sebab apa saja yang ada, berada di dalam Allah, dan tanpa Allah tidak ada sesuatupun dipahami atau dapat dipahami. Spinoza juga segera memberikan suatu argumen yang lain yakni Allah tidak berada di luar alam melainkan di dalam alam. Allah adalah penyebab yang selalu ada dan bukan penyebab sementara segala sesuatu.[9]


Aliran Pragmatis

·         Defenisi Pragmatis
Aliran pragmatisme lahir di Amerika, sehingga sering dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun, sebenarnya pragmatisme berpangkal pada filsafat empirisme Inggris.  Pendiri filsafat pragmatisme adalah Charles Sanders Peirce, William James dan John Dewey.[10]
Istilah pragmatisme berasal dari kata pragma, yang berarti praktek atau aku berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan, pragmatis telah dikemukakan sebagai metode untuk menentukan argumen asli dari antara argumen-argumen yang hanya verbal. Inti pragmatisme adalah interpretasi ulang yang radikal atas sifat-sifat pengetahuan.[11]
Secara sederhana, pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.  Oleh karena itu, sifat kebenaran menjadi relatif dan tidak mutlak. Mungkin suatu peraturan sama sekali tidak memberikan manfaat bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti bermanfaat bagi masyarakat yang lain.  Dengan kata lain, pragmatisme tidak mempersoalkan tentang apa hakikat pengetahuan, melainkan menanyakan apa guna pengetahuan tersebut.
·         TOKOH ALIRAN PRAGMATISME
1.      Charles Sanders Peirce (1839-1914)
Pragmatisme Peirce dilandasi oleh fisika dan matematika , serta logika simbolik . Peirce menyatakan bahwa yang penting adalah pengaruh apa yang dapat dilakukan sebuah pengetahuan dalam suatu rencana. Nilai dari suatu pengetahuan bergantung pada penerapannya yang nyata dalam masyarakat. Pengetahuan yang dimiliki manusia dikatakan benar bukan karena pengetahuan itu mencerminkan kenyataan, melainkan dikatakan benar kalau dapat membuktikan manfaatnya bagi umum.  Pragmatisme Peirce ini disebut eksperimentalisme.[12]
2.      William James (1842-1910)
William James adalah seorang profesor di Harvard University. Pragmatisme James adalah personal, psikologis, dan bahkan religius.  Pragmatisme James disebut juga praktikalisme.[13]  Menurut James, teori merupakan alat untuk memecahkan masalah. Karena itu, teori harus dinilai berdasarkan keberhasilannya menjalankan fungsinya. Tidak ada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, bersifat tetap dan berdiri sendiri. Kebenaran itu akan selalu berubah, sejalan dengan perkembangan pengalaman, karena apa yang dikatakan benar dapat dikoreksi pada pengalaman selanjutnya.[14]
3.      John Dewey (1859-1952)
Pragmatisme Dewey dilandasi oleh sains-sains sosial dan biologi.  Dewey memiliki pandangan yang disebut instrumentalisme. Menurut Dewey, berpikir ilmiah merupakan alat untuk memecahkan masalah. Pengalaman manusia membentuk aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Manusia tidak hanya berpikir biasa, melainkan berpikir secara reflektif. Reflective thinking akan terjadi apabila kita menghadapi masalah. Pikiran/akal kita gunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga memperoleh pengetahuan. Eksperimen adalah bagian pokok dalam proses pengetahuan.[15]
Dewey menerapkannya ke dalam proses pendidikan. Ia mengembangkan metode problem solving (metode pemecahan masalah). Dalam problem solving tersebut, peserta didik diajak untuk berpikir ilmiah dengan tahap: anak menghadapi masalah, menganalisis masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis hipotesis, menguji, mencoba dan membuktikan.
·         Kekurangan dari Aliran Pragmatisme.[16]
1.      Pragmatisme membutuhkan pengehentian penggunaan landasan-landasan obyektif untuk menguji keyakinan.
2.      Pragmatisme memeliki pandangan yang terlalu terbatas tentang sifat pengetahuan. Hanya pengetahuan praktis yang dianggap sebagai pengetahuan yang benar.
3.      Pragmatisme hanya mengakui metodologi ilmu alam sebagai metodologi yang sah.
4.      Pragmatisme mengemukakan teori tentang kebenaran yang menurut banyak filsuf tidak benar. Pragmatisme menyatakan bahwa kebenaran didefinisikan sebagai apa yang berguna,apa yang berfungsi, atau apa yang memeliki hasil praktis yang baik.

Aliran Autoritarianisme


Aliran ini menjelaskan bahwa sumber yang paling umum dari keyakinan kita adalah kesaksian orang lain. dengan menerima keyakinan keluarga, guru dan teman-teman kita, bahkan sebagian besar pengetahuan kita tergantung pada kesaksian yang ada dalam buku-buku,surat kabar,radio, televisi,dll. Kita menerima keyakinan sebagai hal yang benar ketika kita merasa bahwa sumbernya baik.[17]
Iman adalah sumber sangat penting dalam pengetahuan.[18]
1.      Sebagai individu kita dibatasi baik oleh waktu maupun ruang, kita tidak mempunyai hubungan langsung dengan kejadian-kejadian pada abad-abad sebelumnya. Jika kita ingin mengetahuinya kita harus bergantung pada kesaksian orang lain.
2.      Kita memiliki kecenderungan  prima facie untuk menerima kesaksian orang lain, kita cenderung mempercayai apa yang disampaikan pada kita kecuali ada alasan yang jelas untuk mencurigai kejujuran atau kompetensi sumber kita.
Walaupun  Autoritarianisme memang perlu dan berguna, ia tidak dapat berfungsi sebagai satu-satunya kriteria untuk membenarkan pengetahuan, ada dua alasan yang meyakinkan untuk hal itu:[19]
1.      Kemustahilan Otoritas sebagai kriteria utama
Selalu bisa saja kita bertanya mengapa kita harus peraya pada suatu otoritas, untuk mendukung otoritas utama,orang dapat mengacu kepada otoritas kedua, akan tetapi bisa saja orang meragukan otoritas kedutan dan berikutnya yang mungkin dijadikan acuan, karena itu harus mengacu pada sesuatu selain ototritas
2.      Konflik otoritas
Ketidaksepakatan otoritas menyebabkan timbulnya pandangan yang saling berlawanan dan tidak selaras.
Ada tiga cara untuk mengukur otoritas.[20]
·         Martabat sumber otoritas
·         Jumlah orang yang berpegang pada keyakinan
·         Ketahanan keyakinan tersebut.

 

BAB III ANALISA TERHADAP 3 ALIRAN FILSFAT TERSEBUT



1.      Aliran Rasionalisme

Dari pengertian dan pembahasan mengenai Rasionalisme, penulis sendiri tidak begitu sepenuhnya setuju dengan paham tersebut, paham tersebut ada benarnya karena bagaimana sesuatu itu dapat dinyatakan benar kalau tidak dapat dipikirkan secara rasio artinya sesuatu itu ada jika ada dalam pemikiran, dan itu berarti bahwa rasio juga merupakan tolak ukur untuk menentukan suatu kebenaran, akan tetapi tidak semua dapat memakai rasio untuk menjelaskan sesuatu yang supranatural, dalam hal ini berkaitan dengan iman kristiani contoh: kebenaran mengenai Yesus Kristus yang lahir dari seorang wanita yang masih perawan, rasio tidak dapat menjelaskan kebenaran tersebut.

2.      Aliran Pragmatisme

Penulis kurang begitu setuju dengan pemahaman aliran pragmatisme, karena setiap orang mempunyai standar kebenaran masing-masing selama itu menguntungkan bagi orang tersebut tanpa memikir bahwa itu bisa menjadi kerugian atau dosa. Akan tetapi pada sisi lain bahwa pragmatisme merupakan bagian dari natur manusia, manusia akan melakukan apapun selama itu berguna, ini bertentangan dengan apa yang dilakukan Yesus, Yesus mau mati bagi manusia bukan untuk keuntungan diri-Nya sendiri melainkan untuk manusia.

3.      Aliran Autoritarianisme

Menurut penulis bahwa aliran ini begitu baik jika menempatkan Alkitab sebagai otoritas utama dalam menemukan suatu kebenaran, dan pada umumnya aliran ini berhubungan dengan iman Kristen karena iman kepada Yesus juga merupakan kesaksian dari Alkitab melalui Rasul-rasul yang dalam dunia perjanjian Baru, akan tetapi aliran ini bisa salah jika hanya diukur dari jumlah orang yang berpegang pada keyakinan, artinya sesuatu akan benar jika banyak orang yang meyakini hal tersebut.
Jadi aliran filsafat bukanlah menjadi sesuatu yang salah jika didasari dengan iman kristen yang benar dan tepat, setiap aliran filsafat mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.


DAFTAR PUSTAKA


Akhyar Yusuf Lubis. Filsafat Ilmu : Klasik hingga Kontemporer. Jakarta: Rajawali Press, 2016.
Brown, Colin. Filsafat & Iman Kristen. Surabaya: Momentum, 1994.
Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Norman L. Geisler, dan Paul D. Feinberg. Filsafat dari Perspektif Kristiani. Gandum Mas: Malang, 2013.
Salam Burhanuddin. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka cipta, 1997.
Tim Dosen Fakulstas Filsafat UGM. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty, 2003.
Uyoh Sadulloh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta, n.d.
Woodhouse, Mark B. Berfilsafat: sebuah langkah awal. Kanisius, 2000.




[1] Colin Brown, Filsafat & Iman Kristen (Surabaya: Momentum, 1994),63.
[2] Norman L. Geisler dan Paul D. Feinberg, Filsafat dari Perspektif Kristiani (Malang: Gandum Mas, 2013),115.
[3] Ibid,117.
[4] Lorens Bagus, Kamus Filsafat  (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002),928-929.
[5] Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu : Klasik hingga Kontemporer (Jakarta: Rajawali Press, 2016).
[6] Brown, Filsafat & Iman Kristen,64.
[7] Ibid,68.
[8] Mark B Woodhouse, Berfilsafat: sebuah langkah awal (Kanisius, 2000),204.
[9] Brown, Filsafat & Iman Kristen,73.
[10] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013.)118.
[11] Norman L. Geisler dan Paul D. Feinberg, Filsafat dari Perspektif Kristiani, 121.
[12] Tim Dosen Fakulstas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty, 2003).
[13] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, 118.
[14] Salam Burhanuddin, Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Rineka cipta, 1997)202-203.
[15] Ibid,203.
[16] Norman L. Geisler dan Paul D. Feinberg, Filsafat dari Perspektif Kristiani,122.
[17] Ibid,108.
[18] Ibid,108.
[19] Ibid,108-109.
[20] Ibid,109.

paper : Tinjauan Teologis Mengenai Ajaran Gereja Mormon Tentang Baptisan Bagi Orang Mati Berdasarkan 1 Korintus 15:29


Tinjauan Teologis Mengenai Ajaran Gereja Mormon Tentang Baptisan Bagi Orang Mati Berdasarkan 1 Korintus 15:29

STT Berea Salatiga

BAB I PENDAHULUAN

Sejarah gereja mencatat bahwa banyak aliran sesat atau yang lebih dikenal dengan Bidat yang berkembang dan mempengaruhi kehidupan kekristenan. Aliran sesat (sering disebut bid’ah atau bidat) dalam suatu agama sudah ada sejak agama tersebut berdiri.[1]Menurut DR. H. Berkhof dan DR. I.H. Enklaar, “Bidat ditinjau dari sudut Historis adalah persekutuan Kristen (yang kecil) yang dengan sengaja memisahkan diri dari Gereja besar dan ajarannya menekankan Iman Kristen secara berat sebelah, sehingga teologianya dan praktek kesalehannya pada umumnya membengkokkan kebenaran Injil.[2]
Gereja pada awalnya mengalami ancaman-ancaman baik dari luar maupun dalam, dan dari dalam sendiri muncullah bidat-bidat yang dengan sengaja memutarbalikan kebenaran itulah yang dialami oleh rasul-rasul saat menyampaikan Injil dan sampai sekarang ini. Dan ada dua kelompok bidat yang paling menonjol dalam PB. Pertama, kelompok Gnostik Yahudi (Kol.2: 8-23) dan Dosetisme (1Yoh.4: 2,3 dan 2 Yoh.7).[3]Masih banyak lagi bidat-bidat atau ajaran sesat yang terus muncul dan mempunyai pengaruh yang cukup kuat sampai sekarang ini yang terus berkembang dengan memakai nama Kristen salah satunya adalah Gereja Mormon, dan dalam paper ini penulis ingin memaparkan ajaran dari Gereja Mormon[4] tentang Baptisan orang mati yang memutarbalikan kebenaran Alkitab, oleh sebab itu ajaran tersebut akan dilihat dari sudut pandang Alkitab sehingga dapat disimpulkan bahwa ajaran dari Gereja Mormon adalah ajaran sesat.

BAB II PENGAJARAN MORMONISME

Sejarah Gereja Mormon

Gereja Mormon atau The Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints (Gereja Orang-orang Kudus dari Yesus Kristus pada Akhir Zaman) didirikan oleh seorang yang bernama Joseph Smith Lahir di Vermont pada tahun 1805,[5]Pada tahun 1829 Joseph Smith dan Oliver Cowdey menerima penyampaian imamat Harus dari Yohanes Pembaptis melalui penumpangan tangan. Kemudian mereka juga dikunjungi tiga rasul (Petrus, Yakobus dan Yohanes) untuk diserahi imamat Melkisedek. Berdasarkan hal itu, Joseph Smith pun mulai mengumpulkan pengikut.[6]
Smith mengklaim pada tahun 1823 bahwa dia telah dikunjungi oleh seorang malaikat Kristen bernama Moroni yang berbicara kepadanya tentang teks Ibrani kuno yang telah hilang selama 1.500 tahun.[7]Setelah ditemukan, ia melihat di atas lempengan emas tersebut tertulis huruf-huruf Mesir. Untuk menerjemahkan huruf-huruf tersebut, ia mendapat bantuan "URIM" dan "TUMIM" (dua batu undian yang ada dalam tutup dada pernyataan keputusan pada baju "efod" yang dipakai imam dan dipergunakan untuk mencari tahu kehendak Allah) (Keluaran 28:30), yang dipinjam dari malaikat, setelah menerjemahkan, malaikat mengambil kembali lempengan- lempengan emas tersebut[8]

Selama enam tahun berikutnya, Smith mendiktekan terjemahan bahasa Inggris dari teks ini kepada istri dan ahli-ahli Taurat lainnya, dan pada tahun 1830 Kitab Mormon diterbitkan. Pada tahun yang sama, Smith mendirikan Gereja Kristus - yang kemudian dikenal sebagai Gereja Yesus Kristus dari Orang Suci Zaman Akhir - di Kota Fayette.[9]
Selain Alkitab[10] Gereja Mormon juga mempunyai kitab-kitab yang lain atau sumber-sumber yang dipercayai merupakan tulisan suci yaitu:[11]
·         Kitab Mormon , buku yang Joseph Smith nyatakan telah diterjemahkan dari lemping emas, berisi sebuah cerita tentang migrasi orang Israel ke Dunia Baru di zaman kuno, dan populasi selanjutnya di benua ini. Ini menggambarkan kunjungan Yesus Kristus kepada keturunan migrasi itu beberapa ratus tahun kemudian. Keturunan tersebut dikatakan sebagai penduduk asli Amerika modern, Joseph Smith mengklaim kitab ini sebagai “kitab yang paling benar” di dunia (the most correct of any book on earth) sebab diterjemahkan dengan kuasa Allah.[12]
·         Ajaran & Perjanjian mengandung apa yang dikatakan hilang dan "dipulihkan" doktrin dan perjanjian yang hilang atau dihapus dari Alkitab. (Gereja LDS mengajarkan bahwa Alkitab telah dikorupsi oleh penerjemah dan transkripsi ceroboh).
·         Pearl of Great Price, kitab suci terkecil, berisi berbagai dokumen historis, termasuk sejarah Joseph Smith dan penglihatannya. Buku ini juga berisi buku yang disengketakan berjudul "Kitab Abraham" yang dikatakan sebagai terjemahan beberapa gulungan papirus Mesir yang Joseph Smith dapatkan dari agen barang antik. Buku ini terdiri dari tiga belas pokok utama kepercayaan kaum Mormonisme.[13]
Agama tersebut dengan cepat mendapatkan orang-orang yang baru bertobat, dan Smith mendirikan komunitas Mormon di Ohio, Missouri, dan Illinois. Namun, sekte Kristen itu juga banyak dikritik karena praktiknya yang tidak ortodoks, seperti poligami, dan pada tanggal 27 Juni 1844, Smith dan saudaranya dibunuh di sel penjara oleh seorang massa anti-Mormon di Carthage, Illinois. Dua tahun kemudian, penerus Smith, Brigham Young, memimpin eksodus Mormon yang teraniaya dari Nauvoo, Illinois, menyusuri jalan kereta barat untuk mencari kebebasan beragama dan politik. Pada bulan Juli 1847, 148 pelopor Mormon awal mencapai Lembah Utah di Great Salt Lake. Saat melihat lembah itu, Young menyatakan, "Inilah tempatnya," dan para perintis memulai persiapan untuk puluhan ribu pendatang Mormon yang akan mengikuti mereka dan menetap di sana.[14]

Kontradiksi Antara Alkitab dan Kitab Mormon

Ada sejumlah kontradiksi antara Alkitab dan Kitab Mormon yaitu:[15]
Kitab Mormon
Alkitab
Keselamatan adalah dengan anugerah dan perbuatan. 2 Nefi 25:23
Keselamatan adalah dengan anugerah saja. Efesus 2: 8 & 9
Kejatuhan manusia adalah bagian penting dari rencana Allah. 2 Nefi 2: 23-25
Kejatuhan manusia adalah pelanggaran terhadap perintah Tuhan. Roma 5: 12-14
Yesus lahir di Yerusalem. Alma 7:10
Yesus lahir di Betlehem. Matius 2: 1
Injil, Gereja, dan Kekristenan ada sebelum masa Kristus (di Amerika).
2 Nefi 26:12
Injil, Gereja, dan Kekristenan mulai mengikuti masa Kristus.
Matius 16:18
Anak-anak terlahir tanpa dosa.
Moroni 8: 8
Anak-anak dilahirkan dengan dosa asal.
Mazmur 51: 5
Imam tidak perlu menjadi orang Lewi.
2 Nefi 5:26 (Lehi berasal dari suku Yusuf.)
Imam hanya bisa melalui keturunan Harun, seorang Lewi.
Bilangan 3: 9-10
Pada penyaliban Kristus, ada tiga hari kegelapan. Helaman 14:27
Pada penyaliban Kristus, ada tiga jam kegelapan. Lukas 23:44
Di menara Babel, orang-orang Yared memiliki bahasa terpisah yang menghindari kebingungan bahasa.
Eter 1: 34-35
Di menara Babel ada satu bahasa, yang kemudian dibingungkan oleh Tuhan.
Kejadian 11: 1

Doktrin Gereja Mormon tentang Baptisan Orang Mati

Salah satu sakramen yang harus dilakukan untuk memperoleh keselamatan adalah pembaptisan.[16] Menurut gereja Mormon bahwa baptisan sesungguhnya adalah … perpindahan, atau kebangkitan dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya—kehidupan dalam dosa ke kehidupan yang rohani.[17]Pembaptisan dengan pencelupan untuk pengampunan dosa yang dilaksanakan ketika orang sudah mampu untuk bertanggungjawab atas tindakan mereka mulai usia 8 tahun dan orang yang membaptiskan harus memiliki wewenang dari Allah, yang disebut "Imamat Harun" dalam teologi gereja.[18]
Cara Pembaptisan orang mati itu dilaksanakan kira-kira sebagai berikut pertama-tama ditentukan siapa di antara mereka itu yang akan dibaptis, yang ditentukan itu bisa saja sanak keluarga dan bisa juga orang lain yang dianggap patut diselamatkan, lalu dipilihlah di antara warga mormon untuk mewakilinya, wakil itu harus terlebih dulu membersihkan diri, lalu mengenakan pakaian putih, kemudian diselenggarakan baptisan itu di dalam bait suci, orang (wakil) itu diselamkan ke dalam bak yang bersandar di atas punggung (patung) 12 ekor labu jantan, lalu kitab Injil dibacakan. Bila upacara itu selesai dipastikanlah bahwa orang mati yang bersangkutan telah menerima Injil dan karena itu telah selamat.[19]
Pembaptisan tidak dapat dilakukan dengan cara lain apa pun selain pencelupan terhadap seluruh tubuh di dalam air, untuk alasan-alasan berikut:[20]
1.      Ini adalah lambang kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus Kristus, dan semua orang lain yang menerima kebangkitan.
2.      Pembaptisan juga merupakan kelahiran dan lambang kelahiran seorang anak ke dalam dunia ini.
3.      Pembaptisan sesungguhnya adalah, dan juga lambang kebangkitan, perpindahan, atau kebangkitan dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya—kehidupan dalam dosa ke kehidupan yang rohani.
Baptisan adalah penting bagi keselamatan di dalam Kerajaan Allah. Dalam Perjanjian Baru bahwa pembaptisan bagi orang mati dilakukan pada masa Rasul Paulus (lihat 1 Korintus 15:29). Praktik ini telah dipulihkan bersama dengan pembentukan Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir. Nabi Joseph Smith pertama kali mengajarkan tata cara pembaptisan bagi orang mati saat memberikan khotbah pemakaman pada bulan Agustus 1840.  Dia membaca banyak dari 1 Korintus 15, termasuk ayat 29, dan mengumumkan bahwa Tuhan akan mengizinkan para anggota Gereja untuk dibaptiskan atas nama para teman dan kerabat mereka yang telah meninggalkan kehidupan ini. Dia memberi tahu mereka “rencana keselamatan diperhitungkan untuk menyelamatkan semua yang bersedia mematuhi persyaratan hukum Allah”[21]





BAB III EKSEGESIS 1 KORINTUS 15: 29 MENGENAI BAPTISAN ORANG MATI


Latar Belakang Kitab 1 Korintus

Paulus Mendirikan gereja di Korintus pada perjalanan penginjilannya yang kedua. 1 Korintus seperti yang ketahui sekarang ditulis dari Efesus atau dari suatu tempat lain dekat Efesus (1 Korintus 16:8).[22] Surat itu dikirim 55 M.[23] Surat Korintus yang pertama ini ditulis untuk membalas surat dari jemaat Korintus itu sendiri. Selain itu Rasul Paulus juga sudah mendapatkan laporan tentang keadaan jemaat di Korintus dari Apolos, dan dari beberapa orang yang lain, Khususnya dari keluarga Kloe, surat ini ditulis untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi di dalam jemaat Korintus, dan untuk menjawab semua perlawanan guru-guru palsu yang mengacaukan jemaat itu dan yang menentang hak kerasulan Paulus.[24]
Pada saat Paulus menulis suratnya, ia mendapat laporan dari keluarga Kloe bahwa ada perselisihan di antara jemaat Korintus ( 1 Kor 1:11), kenyataannya bahwa dalam jemaat Korintus sendiri ada berbagai kelompok-kelompok Kristen yang begitu fanatis yaitu:[25]
·         Kelompok Paulus terdiri dari kaum Libertini  yang menganggap bahwa setelah hidup dalam kekristenan dan menerima Injil mereka merdeka dan dapat hidup sesukanya tanpa menaati hukum Perjanjian Lama (I Kor. 5:1-13).
·         Sedangkan Kelompok Kefas, terdiri dari kaum Legalistik (Ke-Yahudi-an) yang membangkitkan persoalan tentang jenis-jenis makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh orang-orang Kristen (I Kor. 8-9) dan merujuk pada sikap Asketisme (pengekangan diri).
·         Kelompok Apolos, terdiri dari kaum Filsuf yang mengatakan bahwa mereka memiliki semacam hikmat (Gnosis) yang lebih unggul dari yang disampaikan oleh Paulus.
·         Dan kelompok Kristus, terdiri dari kaum Mistik, yang menghendaki hubungan langsung dengan Kristus, sama seperti hubungan mistik yang telah mereka alami langsung dengan dewa-dewa agama Misteri dari Timur.
Selain kelompok-kelompok Kristen yang mempunyai pemimpin-pemimpin tersendiri, ternyata perselisihan juga terjadi antara antara orang Yunani dan Yahudi, orang Yunani yang memang sangat gemar berkecimpungan dalam  dunia ilmu pengetahuan menyombongkan tafsiran menurut filsafat tentang Kristus, sedangkan orang-orang Yahudi menganjurkan gagasannya bahwa orang-orang Yunani tidak dapat menjadi Kristen jika tidak mentaati Taurat Musa.[26]

Latar Belakang Kota Korintus

Kota Korintus terletak di pusat wilayah yang sekarang disebut Yunani, kota Korintus adalah kota yang makmur di teluk Korintus.[27] Sebagai ibu kota Provinsi Akhaya, Korintus menjadi kota kosmopolitan, pusat perdagangan, kota pelabuhan[28] sebagai pintu gerbang ke Roma (Barat) dan Teluk Saronik (Timur), pusat keragamaan agama, pusat pertemuan untuk pertemuan para intelektual Asia dan Eropa (aliran Gnostik).Penduduknya sebagian besar orang Romawi, tapi ada juga yang berasal dari negeri sekitar Laut Tengah. Dan kota Korintus juga merupakan pusat pertemuan untuk pertemuan para intelektual Asia dan Eropa (aliran Gnostik).[29]

Analisa Konteks

Konteks Dekat

Teks I Korintus 15:29 berada dalam satu topik pembahasan dalam I Kor. 15 secara keseluruhan yang membahas tentang Kebangkitan, yang dimulai dengan penjelasan mengenai kebangkitan Yesus yang historis, maka kebangkitan Yesus inilah yang kemudian menjadi jaminan hidup orang Kristen bahwa orang-orang Kristen pun akan dibangkitkan ketika Yesus datang kembali.

Konteks Jauh

Konteks Jauh dari pasal ini adalah keseluruhan kitab 1 Korintus di mana Paulus ingin menjawab masalah-masalah yang ditimbulkan karena perpecahan dalam jemaat ( 1 Kor 1:10-4:21) masalah moral dalam jemaat ( 5:1-6:20), serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditulis dari jemaat Korintus kepada Paulus, termasuk di dalamnya pertanyaan mengenai kebangkitan.

Analisa Arti Teks

1 Kor 15:29
VEpei. ti, poih,sousin oi` baptizo,menoi u`pe.r tw/n nekrw/nÈ eiv o[lwj nekroi. ouvk evgei,rontai( ti, kai. bapti,zontai u`pe.r auvtw/n.......[30]
βαπτιζόμενοι
Kata βαπτιζόμενοι adalah kata kerja participle present passive nominative masculine plural(kata kerja present pasif nominatif maskulin orang ketiga jamak) berasal dari kata βαπτίζω yang berartiuntuk mencelupkan atau dibawah.[31]
u`pe.r tw/n nekrw/n
Kata u`pe.r tw/n nekrw/n adalah kalimat preposisi yang berarti atas nama orang mati atau bagi orang mati.[32] Jadi baptizo,menoi u`pe.r tw/n nekrw/n berarti baptisan yang dilakukan bagi atau atas nama orang mati.
Ada begitu beberapa tafsiran mengenai kalimat ` baptizo,menoi u`pe.r tw/n nekrw/n
Godet mengusulkan bahwa "dibaptis" berarti martir dan bahwa "untuk orang mati " berarti "untuk memasuki tempat orang mati .[33] Menurut pandangan ini, Paulus menyebut orang-orang yang telah "dibaptis dengan darah" (martir) dengan harapan dari kebangkitan sebagai bukti argumennya bahwa kebangkitan itu pasti. Untuk mendukung ini, Godet mengutip penggunaan Yesus dari βαπτίζω di Markus 10:38.Jadi tafsiran ini ingin menjelaskan bahwa kata baptisan itu bukanlah berarti mencelupkan akan tetapi lebih berarti martir. Sedangkan kata u`pe.r tw/n nekrw/n bukan berarti bagi atau atas nama orang mati melainkan untuk memasuki tempat orang mati.
Murphy-O'Connor mendukung kalimat "Baptisan untuk orang mati " adalah sebuah slogan yang digunakan oleh pembuat onar di Korintus yang menolak kebangkitan untuk menjelaskan usaha Paulus untuk orang yang tidak tercerahkan atau mati secara rohani . Di sini pemahaman metaforis tentang βαπτίζω menunjuk pada pencobaan dan penderitaan Paulus untuk Injil, sementara νεκρός mengacu pada " mati secara rohani ".[34]Ayat itu kemudian akan diterjemahkan, "Mengapa mereka (Paulus dan rasul-rasul lainnya) dihancurkan sementara bekerja demi yang terhilang? Jika orang percaya yang mati tidak dibangkitkan, mengapa mereka menderita bagi orang-orang yang terhilang?.
Akan tetapi tafsiran seperti ini akan memunculkan kontra, karena Paulus dengan tegas atau konsisten berbicara mengenai kebangkitan dan yang pasti “ orang mati” dalam ayat ini lebih menunjukan mati  secara fisik bukanlah mati secara rohani, jadi jika tafsiran mengenai katabaptisan dan bagi orang mati yang diartikan sebagai ungkapan metafora digunakan maka muncullah ketidakkonsisten dalam penulisan Paulus dalam pasal 15.
Menurut penulis kata baptizo,menoi di sini adalah baptisan Kristen yang diterjemahkan secara literal. Karena ini menunjukan konsisten Paulus dalam menggunakan kata baptisan dalam surat-suratnya, bahkan selain 1 Korintus 15:29 Paulus menggunakan kata baptisan sebanyak 8 kali yang menunjukan arti secara harafiah sedangkan kata nekrw/n  lebih berarti mati secara fisik karena menunjukan konsisten Paulus  menggunakan kata nekrw/n dalam 1 Korintus 15. Karena dalam pasal 15 ini berbicara mengenai kebangkitan, otomatis kebangkitan orang percaya yang mati secara jasmani.
Baptisan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang berada di Korintus bukan jemaat yang berada di Korintus atau dilakukan oleh Paulus karena menggunakan kata ganti orang ketiga jamak “ mereka”. jikalau praktek baptisan ini dilakukan oleh Paulus atau Paulus menyetujui praktek ini maka sebenarnya kata ganti yang digunakan bukanlah kata ganti orang ketiga jamak melainkan kata ganti orang pertama jamak. Jadi lebih tepat bahwa praktek baptisan bagi atau atas orang mati ini digunakan oleh orang-orang Korintus yaitu kaum-kaum mistik yang memandang baptisan sebagai hal magis, karena bagi kaum mistik baptisan adalah sebagai jalan menjalin hubungan Mistik dengan Kristus dengan menyatu dalam kematian dan kebangkitan-Nya, sehingga orang yang telah mati pun diikutsertakan untuk upacara yang dianggap magis ini. Kaum Mistik ini menganggap bahwa upacara itu memiliki nilai yang lebih tinggi daripada pemahaman akan isi Injil yang diberitakan rasul Paulus.[35]
Jadi bukan Paulus menyetujui atau melakukan praktek baptisan bagi atau atas orang mati melainkan dalam ayat 29,Paulus ingin mengungkapkan suatu argumen[36] yaitu ketidakkonsistenan orang-orang di Korintus bila di satu pihak menjalankan praktek “dibaptis bagi orang mati” dan di lain pihak meragukan adanya kebangkitan orang mati,itulah yang terjadi di Korintus.

 

 

BAB IV KESIMPULAN MENGENAI BAPTISAN ORANG MATI


Kesimpulan:
Berdasarkan ekesegesis yang dilakukan sehingga mencullah tafsiran mengenai Baptisan bagi orang mati, maka penulis menyimpulkan bahwa apa yang diajarkan oleh Gereja Mormon merupakan sebuah ajaran atau doktrin yang keliru atau sesat, karena Paulus sendiri tidak membenarkan mengenai baptisan orang mati, dan jika baptisan bagi orang mati adalah sebuah doktrin yang diajarkan oleh Paulus maka, seharusnya ajaran tersebut akan diajarkan kepada jemaat-jemaat lain yang pernah dilayani oleh Paulus. Tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian.
Maksud Paulus dengan ungkapan baptisan bagi orang mati adalah sebuah sebuah pertanyaan yang ingin Paulus ajukan kepada orang-orang yang tidak percaya akan adanya kebangkitan tetapi orang-orang tersebut melakukan praktek baptisan bagi orang mati, Paulus ingin menjelaskan bahwa apa faedahnya jika itu dilakukan kalau tidak ada kebangkitan bagi orang mati, sekali lagi penulis menekankan bahwa, Paulus tidak pernah melakukan praktek tersebut karena sesuai dengan eksegesis yang dilakukan dalam Bab III, kata ganti yang digunakan adalah kata ganti “mereka” bukan “kami’.
Saran :
Penulis ingin menyarankan bahwa untuk membuat sebuah ajaran atau doktrin dalam Alkitab haruslah melalui proses eksegesis dengan melihat apa maksud mula-mula penulis Alkitab, dan tidak cukup satu kasus dalam Alkitab dijadikan doktrin, seperti yang dilakukan oleh Gereja Mormon sehingga ajaran ini dapat dikatakan ajaran yang menyesatkan.


DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi
Biblework V10.
Buku
———. Handbook of Today’s Religions: Understanding The Cults. San Bernardino: Here’s Life Publishers.
Aritonag, Pdt.Dr. Jan.S. Berbagai Aliran di Dalam di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
Malik, Debora K. Kesatuan dalam kepelbagaian. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Guthrie, Donald. Teologia Perjanjian Baru 3. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Godet, Fredrick. Commentary on First Corinthians. Grand Rapids: Kregel.
Halley, Henry H. Penuntun Ke Dalam Perjanjian Baru. Surabaya: Y A K I N.
Brill, J. Wesley. Tafsiran Surat Korintus Pertama. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Drane, Jhon. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Gerstner, John H. The Theology of the Mayor Sects. Grand Rapids, Michigan: Baker Book  House, 1985.
McDowell, Josh, dan Don Stewart. Consise Guide To Today’s Religions. Raans Road: Scripture Press Foundation, 1989cons.
Kittle, Gehard, dan Gehard Friedrich. Theological Dictionary Of The New Testament. Vol. I. Michigan: WM. B. Eardmans Publishing Company, 1975.
Daun, Pdt. Dr. Paulus, M.Th. Bidat Kristen dari Masa ke Masa. Manado: Yayasan Daun Family.
Spittler, Russell P. Pertama & Kedua Korintus. Malang: Gandum Mas, 1977.
Lumintang, Stevri I. Keunikan Theologia Kristen di Tengah Kepalsuan. Batu: Departemen Literatur, PPII, 2010.
Marxsen, Willi. Pengantar Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.


Internet
“Bab 13: Baptisan.” Diakses 20 Februari 2018. https://www.lds.org/manual/teachings-of-presidents-of-the-church-joseph-fielding-smith/chapter-13-baptism?lang=ind.
“BIDAT (Ajaran Sesat) - SarapanPagi Biblika.” Diakses 19 Februari 2018. http://www.sarapanpagi.org/bidat-ajaran-sesat-vt331.html.
“Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir KUMPULAN ILMU BEBAS Sttbandung.” Diakses 20 Februari 2018. http://juli.sttbandung.web.id/id1/2520-2416/Gereja-Mormon_27934_juli-sttbandung.html.
Nesta, Francisca. “4 Aliran Sesat dalam Agama Kristen di Indonesia.” Tuhan Yesus, 7 November 2017. https://tuhanyesus.org/aliran-sesat-dalam-agama-kristen.
“Mengapa orang Mormon melakukan pembaptisan bagi orang mati? | Mormon.org.” Diakses 20 Februari 2018. https://www.mormon.org/ind/psyd/pembaptisan-bagi-mereka-yang-telah-meninggal.
“Mormon Church established - Apr 06, 1830.” HISTORY.com. Diakses 19 Februari 2018. http://www.history.com/this-day-in-history/mormon-church-established.
“MORMONISME - SarapanPagi.” Diakses 20 Februari 2018. https://www.tapatalk.com/groups/sarapanpagifr/mormonisme-t410.html.
“Scripture Reference Guide - Bible & Book of Mormon Contradictions || Main Street Church of Brigham City (formerly Living Hope).” Diakses 19 Februari 2018. http://www.mscbc.org/ref_biblecontra.htm.
“The LDS Church in Brief || Main Street Church of Brigham City (formerly Living Hope).” Diakses 19 Februari 2018. http://www.mscbc.org/mormonism.htm.
Jurnal
Reaume, John D. “Another Look at 1 Corinthians 15:29, ‘Baptized for the Dead’” BSAC 152:608.


[1]Francisca Nesta, “4 Aliran Sesat dalam Agama Kristen di Indonesia,” Tuhan Yesus, diakses 14 Februari 2018, https://tuhanyesus.org/aliran-sesat-dalam-agama-kristen.

[2]Pdt. Dr. Paulus Daun, Th.M., Bidat Kristen dari Masa ke Masa (Manado: Yayasan Daun Family, t.t.) 6.

[3]“BIDAT (Ajaran Sesat) - SarapanPagi Biblika,” diakses 19 Februari 2018, http://www.sarapanpagi.org/bidat-ajaran-sesat-vt331.html.

[4] Bidat Kristen yang di dirikan pada tahun  1830 dan berpengaruh sampai sekarang ini, banyak ajaran dari bidat ini yang mengajarkan hal-hal di luar Alkitab.
[5]Josh McDowell, Don Stewart, Handbook of Today’s Religions: Understanding The Cults (San Bernardino, t.t.) 83.

[6]“Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir KUMPULAN ILMU BEBAS Sttbandung,” diakses 19 Februari 2018, http://juli.sttbandung.web.id/id1/2520-2416/Gereja-Mormon_27934_juli-sttbandung.html.

[7]John H. Gerstner, The Theology of the Mayor Sects (Grand Rapids, Michigan: Baker Book  House, 1985) 42.

[8]“MORMONISME - SarapanPagi,” diakses 19 Februari 2018, https://www.tapatalk.com/groups/sarapanpagifr/mormonisme-t410.html.
[9]“Mormon Church established - Apr 06, 1830,” HISTORY.com, diakses 19 Februari 2018, http://www.history.com/this-day-in-history/mormon-church-established.

[10]Gereja Mormon percaya Alkitab akan tetapi sejauh mana diterjemahkan dengan tepat, Joseph Smith dan pengikutnya percaya bahwa terdapat banyak kesalahan penerjemahan kalimat dan kata Alkitab atau sengaja diubah dari teks aslinya

[11]“The LDS Church in Brief || Main Street Church of Brigham City (formerly Living Hope),” diakses 19 Februari 2018, http://www.mscbc.org/mormonism.htm.

[12]Josh McDowell dan Don Stewart, Consise Guide To Today’s Religions (Raans Road: Scripture Press Foundation, 1989) 92.

[13]John H. Gerstner, The Theology of the Mayor Sects,43.

[14]“Mormon Church established - Apr 06, 1830.”

[15]“Scripture Reference Guide - Bible & Book of Mormon Contradictions || Main Street Church of Brigham City (formerly Living Hope),” diakses 19 Februari 2018, http://www.mscbc.org/ref_biblecontra.htm.

[16]Stevri I. Lumintang, Keunikan Theologia Kristen di Tengah Kepalsuan (Batu: Departemen Literatur, PPII, 2010) 446.

[17]“Bab 13: Baptisan,” diakses 20 Februari 2018, https://www.lds.org/manual/teachings-of-presidents-of-the-church-joseph-fielding-smith/chapter-13-baptism?lang=ind.

[18]“Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir KUMPULAN ILMU BEBAS Sttbandung.”

[19]Pdt.Dr. Jan.S Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995) 368.

[20]“Bab 13.”

[21]“Mengapa orang Mormon melakukan pembaptisan bagi orang mati? | Mormon.org,” diakses 20 Februari 2018, https://www.mormon.org/ind/psyd/pembaptisan-bagi-mereka-yang-telah-meninggal.
[22]Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 77.

[23]Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012) 348.

[24]J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus Pertama (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1994) 15.

[25]Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru. 351-352
[26]Henry H. Halley, Penuntun Ke Dalam Perjanjian Baru (Surabaya: Y A K I N, 1979) 209.

[27]Russell P. Spittler, Pertama & Kedua Korintus (Malang: Gandum Mas, 1977) 6.

[28] Pelabuhan-pelabuhan menjadikan pentingnya Korintus di bidang perdagangan, Korintus sendiri juga memeliki industri pertambangan dan keramik, pelabuhan-pelabuhan itu juga melambangkan sifat internasional dari kota itu, dimana orang-orang Yahudi, kafir, orang Roma, bangsa-bangsa Timur, pedagang, pemilik tanah dan budak-budak semuanya bergaul satu dengan yang lain dengan bebasnya lihat Pertama & kedua Korintus, Russell P. Spittler.

[29]Debora K. Malik, Kesatuan dalam kepelbagaian (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011) 6-9.

[30] Biblework V10.

[31]Gehard Kittle, dan Gehard Friedrich, Theological Dictionary Of The New Testament, vol. I (Michigan: WM. B. Eardmans Publishing Company, 1975) 529.

[32] Biblework V10.

[33]Fredrick Godet, Commentary on First Corinthians (Grand Rapids: Kregel, 1977) 818.

[34]John D. Reaume, “Another Look at 1 Corinthians 15:29, ‘Baptized for the Dead’” BSAC 152:608 (1995).
[35]Donald Guthrie, Teologia Perjanjian Baru 3 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 83.

[36]suatu argumentasi yang hanya berlaku bagi mereka yang mempraktekkan kebiasaan itu karena praktek tersebut sudah diketahui maksudnya oleh penulis dan penerima surat, sehingga Rasul Paulus sebagai penulis surat 1 Korintus tidak merasa perlu menjelaskan maksud ungkapan tersebut dalam suratnya