Studi Eksegesis Narasi Esau dan Yakub
Disusun Oleh : Riris Salindri Pramasti
STT Berea Salatiga |
BAB
I PENDAHULUAN
Pengenalan pertama yang dituliskan
dalam Kitab Kejadian adalah mengenai kisah penciptaan hingga menurun ke narasi mengenai
Abraham dan keturunannya yang hingga akhirnya melahirkan sebuah bangsa yang
besar, yaitu bangsa Israel. Dari keturunan Abraham, yaitu Ishak, dapat dijumpai
kisah mengenai Esau dan Yakub. Esau dan Yakub adalah keturunan dari Ishak. Esau
dan Yakub adalah hasil doa yang selama ini dinanti-nantikan oleh Ishak dan
Ribka. Esau lahir sebagai anak sulung yang lalu disusul oleh Yakub sebagai anak
yang bungsu.
Sebagai anak sulung, Esau memiliki satu hak berkat yang disebut dengan hak
kesulungan. Hak kesulungan ini sangat berharga dan bahkan sangat berpengaruh
kepada masa depan keturunan seseorang. Namun pada kenyataannya, Esau yang
sebenarnya secara otomatis menjadi penerima hak kesulungan justru memandang
rendah mengenai hak kesulungan yang seharusnya menjadi berkat bagi Esau serta
keturunan Esau pada masa yang akan datang nanti, serta menjual hak kesulungan
tersebut kepada Yakub.
Dalam paper ini, penulis akan
membahas mengenai hak kesulungan yang diremehkan dan yang telah dengan mudah
dijual oleh Esau kepada Yakub. Selain itu, di dalam paper ini juga akan menjelaskan
betapa pentingnya hak kesulungan yang telah diremehkan oleh Esau dan sangat
diinginkan oleh Yakub tersebut.
Kitab Kejadian adalah kitab dari segala
permulaan yang berisikan dasar-dasar bagi sebagian dari teori dalam Perjanjian
Lama. Kitab Kejadian bukanlah Kitab sejarah, sekalipun di dalamnya tertulis
mengenai jalan-jalan sejarah. Kejadian adalah Kitab teologi. Walauun dalam
Kitab Kejadian ini tidak tertulis secara sistematis mengenai sebuah teologi.[1]Nama
kitab Kejadian dalam bahasa Inggris berarti Genesis yang diterjemahkan dari
bahasa Yunani berarti permulaan, yang dipakai dalam versi septuaginta (LXX).[2]
Nama Kitab ini sangat cocok karena di dalam kitab ini terdapat permulaan dari banyak hal. Namun lebih dari
pada itu, kitab Kejadian juga memperkenalkan Allah sebagai Sang Pencipta yang Agung
dari segala sesuatu yang ada. Kejadian bukan hanya kitab sejarah, ini adalah
kitab dengan pesan mendalam, yang dapat dirangkum dalam satu kalimat yaitu,
manusia tidak sempurna tanpa Allah. Itulah keseluruhan tema kitab ini.[3]
Penulis Kitab Kejadian
Penulis kitab Kejadian adalah Musa.
Menurut tradisi Yahudi dan Kristen kelima kitab Taurat ditulis oleh Musa. Namun diantara para ahli pada masa kini
terdapat perbedaan pendapat tentang berapa banyak bahan dalam kitab-kitab
tersebut yang benar-benar berasal dari Musa.[4]
Akan tetapi para pakar menyetujui bahwa Musa adalah penulis kitab ini. Oleh
karena itu cerita-cerita dalam Kejadian dianggap bersikulasi di antara
orang-orang Israel di Mesir selama sebelum Musa.[5]
Gaya Sastra
Kitab Kejadian berbeda sekali dari gaya
sastra kitab Keluaran, kitab pertama dari Taurat menekankan susunan narasi yang
terutama memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh (misalnya: Adam, Habel, Nuh, Abraham,
Ishak,Yakub, dan Yusuf). Kitab Kejadian merupakan sebuah contoh prosa Ibrani
klasik dan umumnya dapat dibaca dengan sangat mantap dan lancar. Naskah asli
Kitab kejadian berbeda dengan beberapa kitab Perjanjian lama lainnya.[6]
Ishak menikah dengan Ribka pada usia
yang ke-40 tahun. Ribka adalah anak Betuel seorang dari Aram dari padan-Aram. Setelah
menikah, kehidupan Ishak dan Ribka mengalami pencobaan yang cukup berat. Dimana
Ishak dan Ribka tidak langsung dikaruniai anak, Ishak dan Ribka memohon kepada
Tuhan untuk memberikan keturunan. Doa Ishak dan Ribka lalu dijawab oleh Tuhan,
setelah 20 tahun lamanya menanti akan lahirnya keturunan.[7]
Pada akhirnya Ribka mengandung
keturunan dari Ishak. Didalam rahim Ribka mengandung anak kembar, dimana anak
yang sedang dikandungnya ini saling bertolak-tolakan di dalam rahim. Pada saat
proses persalinan, Esau dilahirkan terlebih dahulu, artinya Esau adalah anak
sulung dari Ishak dan Ribka. Anak sulung diberi nama Esau oleh karena warna
tubuhnya merah dan seluruh tubuhnya memiliki banyak bulu selayaknya jubah
berbulu. Setelah itu, keluarlah anak Ishak yang bungsu yang lahir dengan
memegang tumit Esau, oleh karena itu, nama Yakub lalu diberikan kepadanya. Esau
dan Yakub lahir ketika Ishak berusia 60 tahun.
Keduanya lalu bertumbuh semakin
besar. Namun, kasih sayang yang diberikan oleh Ishak dan Ribka berbeda kepada
Esau dan Yakub. Ishak lebsih mengasihi Esau yang suka berburu, akan tetapi
Ribka lebih menaruh kasih sayang bagi Yakub yang tenang dan suka tinggal di
dalam kemah.
Penyerahan hak kesulungan bermula dari, ketika Esau baru
saja kembali dari padang. Esau yang melihat Yakub sedang memasak sesuatu, dan
Esau yang kala itu merasa kelaparan hendak meminta masakan yang sedang dibuat
oleh Yakub. Akan tetapi, Yakub tidak berkenan untuk memberikan makanan itu
begitu saja. Yakub lalu memberikan sebuah penawaran kepada Esau, apabila Esau
memberikan kepada Yakub hak kesulungan yang menjadi hak seorang anak sulung,
maka Yakub akan memberikan kepadanya makanan yang sedang diamasak itu. Esau
dengan mudahnya bersumpah kepada Yakub dan menyetujui untuk memberikan hak
kesulungannya kepada Yakub. Esau mengambil keputusan dengan tergesa-gesa dan
membunuh hak yang menjadi karunia kelahiran serta menukarnya hanya dengan
sebuah makanan demi memuaskan rasa lapar untuk sesaat.[8]
Esau tidak berpikir panjang mengenai pentingnya hak kesulungan yang dimiliki. Hak
kesulungan yang diberikan hanya untuk anak sulung ini, menjadikan seorang anak
sulung harus lebih diutamakan ketimbang saudara-saudara yang lainnya.[9]
Konteks
Dekat
Konteks dekat dari narasi Esau dan Yakub adalah mengenai silsilah
keturunan dari Abraham ( Kejadian 25:1-18 ). Serta mengenai Yakub yang akan
diberkati oleh Ishak sebagai anak sulung (Kejadian 27:1-40), karena Esau telah
menjual hak kesulungan yang seharusnya menjadi milik Esau. Hal ini berkaitan
dengan pasal yang ke 25, dimana Esau menjual hak kesulungan dengan semangkuk
makanan untuk memuaskan rasa lapar kala itu.
Konteks
Jauh
Konteks jauh dari kisah Esau dan Yakub
adalah dari Kejadian 12- Kejadian 50 yaitu mengenai narasi para leluhur. Dan
dari pasal 12-22 menyajikan sejarah yang berganti-ganti dari penetapan
perjanjian Abraham dan Tuhan.[10]Jika
melihat dalam pasal-pasal tersebut bagaimana Allah berjanji kepada Abraham
keturunan yang sangat banyak, dan bahkan dari keturunan Abraham akan muncul
sebuah bangsa yang besar.
Analisa Arti Kata
הוֹלִ֥ידyalad {yaw-lad'} memiliki arti yaitu melahirkan, keturunan.[11] Kata
ini sering dipakai dalam kitab kejadian yang menandakan bahwa Ishak adalah
keturunan dari Abraham yang secara otomatis menerima janji berkat yang sebelumnya
telah diberikan oleh Allah kepada Abraham.
עָקָר `aqar {aw-kawr'} yang berarti tandus, yang berkaitan dengan tandusnya
kandungan atau rahim Ribka. Kata ini merupakan adjective feminim singular
absolut.[12]
Kata ini menunjukan bahwa kemandulan yang dialami oleh Ribka, istri Ishak adalah kemandulan yang mutlak. Kemandulan yang mutlak ini juga
dialami oleh Sara istri dari Abraham.
רָצַץ ratsats {raw-tsats'} diterjemahkan dalam KJV menjadi struggled yang berarti
berjuang, tetapi dapat juga memakai kata dalam bahasa Inggris to crush yang
berarti untuk menghancurkan dan oppress yang berarti menindas.[13]Kata
ini terdapat dalam ayat 22 yang akan diperjelas dalam ayat 23 yaitu bahwa akan
ada dua bangsa besar dalam rahim yang
akan saling menindas atau yang satunya lebih berkuasa dari yang satunya, dan
dalam ayat 23 sangat jelas ada suatu nubuatan bahwa yang tua ( sulung ) akan
menjadi hamba kepada anak yang muda ( bungsu ). Dari sini dapat dilihat bahwa
hak kesulungan itu akan jatuh kepada yang muda ( bungsu ) dan bukan anak yang
tua ( sulung ).
מָכַר makar {maw-kar'} berarti menjual atau menyerahkan.[14] Kata
ini menjelaskan bahwa Yakub meminta Esau untuk menjual hak kesulungan yang
dimiliki oleh Esau tersebut.
Dalam
ayat yang ke-32 Esau menjawab “Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?”. Ini menandakan bahwa Esau tidak
terlalu memperdulikan hak keselungan tersebut, bahkan pada ayat 33 Esau
bersumpah, kata yang digunakan adalah [15]הִשָּׁ֤בְעָהsuatu pernyataan janji yang
diucapkan oleh Esau kepada Yakub,
dengan pernyataan ini Esau telah memandang rendah hak kesulungan tersebut, dan
itu juga dijelaskan dalam ayat 34.
Tingkat Pribadi
Yakub begitu
menginginkan hak kesulungan yang menjadi milik Esau. Di dalam pasalnya yang ke
25 : 31, Yakub memberikan penawaran kepada Esau, dimana Yakub akan memberi
makanan kepada Esau apabila Esau mau menjual hak kesulungan yang dimiliki oleh
Esau. Bukan hanya menawarkan kepada kepada Esau untuk menukar hak kesulungan
dengan sebuah makanan, namun Yakub juga berjuang untuk mendapatkan berkat hak
kesulungan yang seharusnya menjadi milik Esau dengan cara menyamar menjadi Esau
ketika sang ayah, yaitu Ishak hendak memberkati Esau dengan berkat kesulungan
yang menjadi hak milik dari setiap anak-anak sulung. Dengan bantuan sang ibu
yaitu Ribka, pada akhirnya Yakub berhasil mendapatkan berkat dari hak
kesulungan milik Esau. Jadi disini, Yakub tidak hanya mendapatkan hak
kesulungan dari Esau secara langsung melalui kesepakatan Esau dan Yakub dengan
cara menukar hak kesulungan Esau dengan makanan yang tengah dimasak oleh Yakub.
Namun Yakub memantapkan hak kesulungan yang telah diberi oleh Esau sebelumnya
dengan mendapatkan berkat kesulungan dari Ishak sang ayah. Ribka memberikan
bantuan dengan caramenolong Yakub untuk menyamar menjadi seperti Esau ketika
menemui Ishak. Ribka juga memasakkan
makanan yang menjadi kesukaan Ishak, dimana makanan tersebut sudah dipesan oleh
Ishak sebelumnya, supaya Esau membuatkan bagi Ishak masakan kesukaan Ishak dan
setelah itu, Ishak akan memberkati Esau dengan hak kesulungan. Ribka membuat
kondisi pada kala itu seolah-olah Yakub adalah Esau, ketika Yakub menemui Ishak
untuk mengantarkan makanan pesanan Ishak sekaligus merebut berkat kesulungan
yang seharusnya menjadi milik Esau.Hingga pada akhirnya, Ishak memberkati Yakub
untuk menerima berkat kesulungan, bukan Esau anak sulung yang selayaknya sebagai
penerima hak kesulungan tersebut.
Berbeda dengan Yakub
yang begitu mengingini hak kesulungan dan bahkan begitu berjuang untuk dapat
memperoleh berkat kesulungan, namun tidak demikian halnya dengan Esau.Sebagai
pemilik sesungguhnya dari hak kesulungan yang menjadi hak setiap anak sulung, Esau
justru meremehkan hak kesulungan dan memandang hak kesulungan itu dengan rendah
seolah tidak memandang bahwa hak kesulungan tersebut penting.Pada mulanya, Esau
rela menukar hak kesulungan dengan makanan untuk sekedar memuaskan rasa
lapar.Jika Esau memandang berharga sebuah hak kesulungan, tidak selayaknya Esau
merelakan hak kesulungan untuk memuaskan rasa kedagingan. Namun dari
persetujuan Esau dengan menuruti kemauan Yakub untuk menukar hak kesulungan
dengan masakan Yakub, menandakan bahwa Esau sama sekali tidak menghargai adanya
hak kesulungan. Rasa lelah yang dirasakan oleh Esau telah membuat Esau
kehilangan rasa sadar akan pentingnya sebuah hak kesulungan. Dalam pikiran Esau
kala itu hanyalah bagaimana menghilangkan rasa lapar dengan mendapatkan makanan.
Bagi Esau, hak kesulungan tidak menjamin rasa kekenyangan bagi jasmani Esau
sendiri. Namun pemikiran Esau yang demikian berakibat fatal, membuat hak
kesulungan jatuh ke tangan Yakub.[16]
Namun demikian, pada
akhirnya Tangisan dan penyesalan muncul dari diri Esau[17]
ketika menyadari bahwayang teramat dalam ketika Esau menyadari bahwa hak
kesulungan yang dari Ishak bukan lagi menjadi milik Esau, melainkan telah
menjadi milik Yakub seutuhnya.Esau menyesal, sangat menyesal. Bahkan karena
saking menyesalnya, Esau sampai meminta berkat yang lain dari Ishak agar Esau
juga menerima berkat, sama seperti Yakub. Namun Ishak sudah melimpahkan semua
berkat kepada Yakub dan sudah tidak ada lagi berkat bagi Esau.
Tingkat Bangsa
Dikatakan sebelumnya
pada ayat ke-22, ketika Ribka tengah mengandung Esau dan Yakub, Ribka merasakan
sakit yang teramat sangat hingga Ribka berseru kepada Tuhan tentang rasa sakit
yang dirasakan Ribka ketika sedang hamil.Esau dan Yakub bertolak-tolakan di
dalam kandungan artinya, sejak di dalam kandungan Esau dan Yakub sudah
melakukan pertengkaran dengan saling menindas satu dengan yang lain.Hal ini
berkaitan dengan dua keturunan bangsa yang kemudian berasal dari keturunan Esau
dan juga Yakub.Yaitu bangsa Israel yang merupakan keturunan dari Yakub, dan
bangsa Edom yang adalah keturunan dari Esau.Bangsa Israel bukanlah bangsa yang
kecil, namun bangsa Israel adalah bangsa yang besar besar.Bukan hanya bangsa
besar, namun Israel juga adalah bangsa kepunyaan Allah, bangsa yang begitu
dikasihi oleh Allah.Buktinya adalah ketika Allah menyertai, melindungi, serta
memelihara perjalanan bangsa Israel dari tanah perbudakan menuju ke tanah
perjanjian yaitu tanah Kanaan.Hal ini adalah bukti dari besarnya kuasa hak
kesulungan yang telah diterima oleh Yakub. Ketika diberkati oleh Ishak,
Tingkat Allah
Ribka, ibu dari Esau
dan Yakub, serta istri dari Ishak sebelumnya adalah mandul. Selama 20 tahun
lamanya Ribka dan Ishak menanti akan
karunia Tuhan yang akan memberikan keturunan. Ishak dan Ribka bukan hanya
menanti saja. Namun juga berdoa, datang kepada Tuhan Ishak berdoa kepada Tuhan mendoakan Ribka
agar Ribka segera mengandung. Hingga pada akhirnya, Ribka mengandung anak
kembar, yaitu Esau dan Yakub.Ini adalah salah satu wujud dalam penggenapan
janji Tuhan. Dimana Tuhan akan menjandikan keturunan Abraham menjadi sebanyak
pasir di laut dan bintang-bintang dilangit. Ketika Ribka belum mengandung, dan
ketika begitu lama penantian untuk segera memperoleh keturunan itu datang,
penantian Ribka nyatanya tidaklah sia-sia namun memberikan sebuah hasil.Dimana
pada akhirnya Ribka memiliki keturunan dan keturunan dari Ribka dan Ishak dapat
melahirkan sebuah bangsa yang besar, bangsa yang begitu dikasihi oleh Allah.
Sebelumnya Sara, istri
Abraham juga mengalami hal yang sama. Sara dan Abraham menunggu dalam penantian
yang cukup lama untuk menanti penggenapan janji Tuhan atas hidup Abraham.Dalam
penantian akan keturunan oleh Abraham dan Sara, Abraham bahkan sempat berkata
kepada Tuhan bahwa jika Tuhan tidak memberikan keturunan bagi Abraham dan Sara,
maka seluruh harta yang dimiliki Abraham akan jatuh ke tangan seorang hamba.
Abraham berkata demikian, karena Abraham telah menanti dalam waktu yang cukup
panjang untuk memperoleh keturunan dari Tuhan.Janji itutak kunjung datang,
hingga pada Kejadian pasal yang ke- 18, Allah mengulangi janji akan keturunan
bagi Abraham. Abraham dan sara tetap menunggu hingga Ishak lahir bagi Abraham
dan juga bagi Ishak.
Kelahiran Ishak adalah
kebahagiaan bagi Sara dan Abraham yang telah lama menantikan kehadiran seorang
anak. Selain itu, kelahiran Ishak juga adalah penggenapan akan janji Tuhan bagi
Abraham yang akan memberikan anak laki-laki bagi Abraham dan Sara.[18]
Sara dan Ribka memiliki
kesamaan dalam hal penantian akan datangnya keturunan. Menunggu, merasakan
kesakitan sudah dirasakan oleh Sara dan Ribka.Namun pada akhirnya Allah tetap
menggenapi janji-Nya kepada Sara dan Ribka untuk mendapatkan keturunan.Bahkan
bukan hanya sekedar janji untuk beroleh keturunan saja, namun juga pemeliharaan
bagi setiap keturunan Abraham, hingga keturunan Abraham menjadi bangsa-bangsa
yang besar.
Sebagai orang percaya,
saudara dan saya adalah penerima hak kesulungan pada masa kini.Bukan hanya
berupa kepemimpinan dalam keluarga saja, namun hak kesulungan kita adalah
mengenai keselamatan dari Tuhan bagi kita.Supaya kita tidak jatuh ke dalam
maut, namun memperoleh hidup yang kekal.Cara Tuhan memberikan hak kesulungan
bagi kita memang berbeda dengan cara Allah yang langsung menyatakan janji-Nya
kepada Abraham di jaman dulu. Namun Tuhan menyampaikan hak kesulunan kepada
kita adalah dengan langsung menebus kita di kayu salib, demi keselamatan saudara
dan saya.Oleh karena itu, janganlah kita meremehkan atau memandang rendah
pengorbanan yang sudah Tuhan lakukan.Kita mungkin tidak menyadari bahwa kita
sedang memandang rendah pengorbanan Tuhan.Namun tingkah laku kita sehari-hari
turut menentukan hal ini. Jika kita menganggap bahwa diri kita tidak memandang
rendah hak kesulungan, maka kita akan selalu menaruh kasih kepada sesama,
bersyukur senantiasa kepada Tuhan, menjauhi dosa sekalipun kita menganggap
bahwa dosa tersebut adalah hal yang biassa dilakukan oleh banyak orang. Tetap
setia di dalam ketaatan sekalipun tidak ada seorangpun yang sedang melihat.
Namun jika kita memandang rendah hak kesulungan yang ada pada kita, artinya
kita akan bersikap acuh terhadap segala yang menjadi
kehendak Tuhan di dalam kehidupan kita. Ketika kita tidak menuruti
perintah-Nya, ketika kita bersikap seenaknya terhadap perintah Tuhan dan ketika
kita hanya mau melakukan apa yang menjadi keinginan kita bukan apa yang menjadi
kehendak Tuhan, disaat itulah kita sedang memandang remeh hak kesulungan yang
telah Tuhan anugerahkan bagi setiap kita anak-anak-Nya.
Setia dalam sebuah penantian. Hal ini juga diajarkan
dalam kisah Yakub dan Esau dalam perebutan hak kesulungan. Kita mengetahui,
bahwa Sara dan juga Ribka pada kala itu menantikan kehadiran seorang anak dalam
waktu yang cukup lama. Bukan hanya penantian yang lama, namun keduanya
mengalami penderitaan ketika sedang berada di dalam proses penggenapan janji
Tuhan digenapi. Sara harus merelakan Abraham untuk memperoleh keturunan dari
wanita lain, yaitu hambanya sendiri. Sedangkan Ribka menderita sakit yang
teramat sangat karena kedua anaknya yakni Esau dan Yakub bertolak-tolakan di
dalam kandungannya. Namun ditengah itu semua, Ribka dan Sara berhasil mencapai
titik kemenangan, dimana mereka bertahan untuk menanti datangnya janji Tuhan
dalam hidup mereka yaitu hadirnya keturunan bagi Ribka dan juga Sara. Ketika
sedang di dalam pencobaan, mengalami kesulitan dan banyak hal yang lain,
seringkali kita mengeluh, berpaling menuju ketidaktaatan, dan menyerah terhadap
proses yang kita alami. Namun Ribka dan Sara dalam kisah ini mengajarkan kepada
kita bahwa kesetiaan sampai akhirnya janji Tuhan itu digenapi tidaklah sia-sia.
Nyatanya Tuhan tidak ingkar akan apa yang telah dijanjikan-Nya, nyatanya benar
bahwa Tuhan akan memberkati keturunan mereka. Seringkali pencobaan yang kita
alami membuat diri kita jauh dari Tuhan dan melupakan kasih serta karunia-Nya
di dalam kehidupan kita. Namun apapun yang terjadi, Tuhan akan tetap setia akan
janji-Nya.
BAB
VI KESIMPULAN
Hak kesulungan dalam perjanjian lama, terkhususnya dalam
jaman para bapa leluhur adalah pelimpahan hak kepada anak sulung, yang
sebelumnya hak itu adalah menjadi hak milik sang ayah. Hak kesulungan terdiri
atas kepemimpinan baik itu dalam keluarga maupun ibadah, bagian ganda dalam
harta warisan, seperti yang tertera dalam Ulangan 21:17, serta hak untuk
memperoleh berkat perjanjian yang dijanjikan oleh Allah kepada Abraham.
Hak kesulungan ini penting karena hak ini merupakan harta
yang lebih berharga ketimbang materi, namun hak ini begitu berguna untuk masa
depan. Hak ini menyangkut mengenai berkat terhadap setiap keturunan-keturunan
selanjutnya nanti. Hak kesulungan yang diberikan hanya untuk anak sulung ini,
menjadikan anak sulung harus lebih diutamakan ketimbang saudara-saudara yang
lainnya. Tidak dipungkiri, bahwa hal ini menjadi alasan mengapa Yakub begitu
menginginkan hak kesulungan dari saudaranya, yakni Esau dan berjuang untuk
mendapat berkat kesulungan dari ayahnya, Ishak.
Andrew.E Hill. John H. Walton, Survei Perjanjian
Lama (Malang : Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1996).
Anne
K Davis,Chafer Theological Seminary Journal (Volume: CTSJ 13:1 (Spring 2008).
Brown. Francis, S. R. Driver, and Charles A. Briggs.
The Brown-Driver-Briggs Hebrew and English Lexicon: With an appendix containing
Biblical Aramaic. Oxford: Clarendon, 1907. BibleWorks, v.9.
David L Baker. Mari
Mengenal Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2005).
Green Denis. Pembimbing
Pada Pengenalan Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas. 1984).
Hill Andrew. Survei
Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1996).
Holladay. William L. A Concise Hebrew and Aramaic
Lexicon of the Old Testament: Based upon the Lexical Work of Ludwig Koehler and
Walter Baumgartner. Leiden: Brill, 2000. BibleWorks, v.9.
John
J.Davis,Eksposisi Kitab Kejadian (Malang : Gandum Mas,2001).
Parlaungan
Gultom, Diktat Teologi Perjanjian Lama Kejadian-Ester (Yogyakarta: STII, 1999).
R.A.
Jaffray.D.D. Tafsiran Kitab Kejadian (Bandung : Kantor Kalam Hidup, 1966).
Ray.C Stedmat. Janus D.Denney. Petualangan
Menjelajahi Perjanjian Lama (Jakarta : PT.Duta Harapan Dunia,2010).
[1]
Andrew .E Hill, John H. Walton, Survei
Perjanjian Lama (Malang : Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1996),141.
[2]Denis
Green, Pembimbing Pada Pengenalan
Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1984), 47.
[3]Ray.C
Stedmat ,Janus D.Denney,Petualangan
Menjelajahi Perjanjian Lama (Jakarta : PT.Duta Harapan Dunia,2010),69.
[4]David
L Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 25
[5]Parlaungan
Gultom, Diktat Teologi Perjanjian Lama
Kejadian-Ester (Yogyakarta: STII, 1999), 1-2.
[6]John
J.Davis,Eksposisi Kitab Kejadian (Malang
: Gandum Mas,2001),31.
[7]
R.A. Jaffray,D.D, Tafsiran Kitab Kejadian
(Bandung : Kantor Kalam Hidup, 1966),211.
[8]Anne K Davis,Chafer Theological Seminary Journal (Volume: CTSJ 13:1 (Spring
2008).
[10]
Hill Andrew, Survei Perjanjian Lama (Malang:
Gandum Mas, 1996), 152.
[11] Brown, Francis, S. R. Driver,
and Charles A. Briggs. The Brown-Driver-Briggs Hebrew and English Lexicon: With
an appendix containing Biblical Aramaic. Oxford: Clarendon, 1907. BibleWorks,
v.9.
[12]Brown, Francis, S. R. Driver, and
Charles A. Briggs. The Brown-Driver-Briggs Hebrew and English Lexicon: With
an appendix containing Biblical Aramaic. Oxford: Clarendon, 1907.
BibleWorks, v.9.
[13] Ibid.
[14] Holladay, William L. A Concise
Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament: Based upon the Lexical Work of
Ludwig Koehler and Walter Baumgartner. Leiden: Brill, 2000. BibleWorks, v.9.
[15] Biblework, V9.
[16]Dr. Walter Lempp, Tafsiran Kejadian 25:19-31:55 Kej.4 / bg.1 ( Jakarta : BPK Gunung Mulia,
1974),42.
[18]Ibid,227.
No comments:
Post a Comment