Tuesday, 24 April 2018

Paper : Studi Eksegesis Narasi Esau dan Yakub (Kejadian 25:19-34)


Studi Eksegesis Narasi Esau dan Yakub

Disusun Oleh : Riris Salindri Pramasti
STT Berea Salatiga

BAB I PENDAHULUAN
            Pengenalan pertama yang dituliskan dalam Kitab Kejadian adalah mengenai kisah penciptaan hingga menurun ke narasi mengenai Abraham dan keturunannya yang hingga akhirnya melahirkan sebuah bangsa yang besar, yaitu bangsa Israel. Dari keturunan Abraham, yaitu Ishak, dapat dijumpai kisah mengenai Esau dan Yakub. Esau dan Yakub adalah keturunan dari Ishak. Esau dan Yakub adalah hasil doa yang selama ini dinanti-nantikan oleh Ishak dan Ribka. Esau lahir sebagai anak sulung yang lalu disusul oleh Yakub sebagai anak yang bungsu. Sebagai anak sulung, Esau memiliki satu hak berkat yang disebut dengan hak kesulungan. Hak kesulungan ini sangat berharga dan bahkan sangat berpengaruh kepada masa depan keturunan seseorang. Namun pada kenyataannya, Esau yang sebenarnya secara otomatis menjadi penerima hak kesulungan justru memandang rendah mengenai hak kesulungan yang seharusnya menjadi berkat bagi Esau serta keturunan Esau pada masa yang akan datang nanti, serta menjual hak kesulungan tersebut kepada Yakub.
            Dalam paper ini, penulis akan membahas mengenai hak kesulungan yang diremehkan dan yang telah dengan mudah dijual oleh Esau kepada Yakub. Selain itu, di dalam paper ini juga akan menjelaskan betapa pentingnya hak kesulungan yang telah diremehkan oleh Esau dan sangat diinginkan oleh Yakub tersebut.
           
Kitab Kejadian adalah kitab dari segala permulaan yang berisikan dasar-dasar bagi sebagian dari teori dalam Perjanjian Lama. Kitab Kejadian bukanlah Kitab sejarah, sekalipun di dalamnya tertulis mengenai jalan-jalan sejarah. Kejadian adalah Kitab teologi. Walauun dalam Kitab Kejadian ini tidak tertulis secara sistematis mengenai sebuah teologi.[1]Nama kitab Kejadian dalam bahasa Inggris berarti Genesis yang diterjemahkan dari bahasa Yunani berarti permulaan, yang dipakai dalam versi septuaginta (LXX).[2] Nama Kitab ini sangat cocok karena di dalam kitab ini terdapat  permulaan dari banyak hal. Namun lebih dari pada itu, kitab Kejadian juga memperkenalkan Allah sebagai Sang Pencipta yang Agung dari segala sesuatu yang ada. Kejadian bukan hanya kitab sejarah, ini adalah kitab dengan pesan mendalam, yang dapat dirangkum dalam satu kalimat yaitu, manusia tidak sempurna tanpa Allah. Itulah keseluruhan tema kitab ini.[3]
Penulis Kitab Kejadian
Penulis kitab Kejadian adalah Musa. Menurut tradisi Yahudi dan Kristen kelima kitab Taurat ditulis oleh Musa.  Namun diantara para ahli pada masa kini terdapat perbedaan pendapat tentang berapa banyak bahan dalam kitab-kitab tersebut yang benar-benar berasal dari Musa.[4] Akan tetapi para pakar menyetujui bahwa Musa adalah penulis kitab ini. Oleh karena itu cerita-cerita dalam Kejadian dianggap bersikulasi di antara orang-orang Israel di Mesir selama sebelum Musa.[5]
Gaya Sastra
Kitab Kejadian berbeda sekali dari gaya sastra kitab Keluaran, kitab pertama dari Taurat menekankan susunan narasi yang terutama memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh (misalnya: Adam, Habel, Nuh, Abraham, Ishak,Yakub, dan Yusuf). Kitab Kejadian merupakan sebuah contoh prosa Ibrani klasik dan umumnya dapat dibaca dengan sangat mantap dan lancar. Naskah asli Kitab kejadian berbeda dengan beberapa kitab Perjanjian lama lainnya.[6]

 BAB III EKSEGESIS
            Ishak menikah dengan Ribka pada usia yang ke-40 tahun. Ribka adalah anak Betuel seorang dari Aram dari padan-Aram. Setelah menikah, kehidupan Ishak dan Ribka mengalami pencobaan yang cukup berat. Dimana Ishak dan Ribka tidak langsung dikaruniai anak, Ishak dan Ribka memohon kepada Tuhan untuk memberikan keturunan. Doa Ishak dan Ribka lalu dijawab oleh Tuhan, setelah 20 tahun lamanya menanti akan lahirnya keturunan.[7]
            Pada akhirnya Ribka mengandung keturunan dari Ishak. Didalam rahim Ribka mengandung anak kembar, dimana anak yang sedang dikandungnya ini saling bertolak-tolakan di dalam rahim. Pada saat proses persalinan, Esau dilahirkan terlebih dahulu, artinya Esau adalah anak sulung dari Ishak dan Ribka. Anak sulung diberi nama Esau oleh karena warna tubuhnya merah dan seluruh tubuhnya memiliki banyak bulu selayaknya jubah berbulu. Setelah itu, keluarlah anak Ishak yang bungsu yang lahir dengan memegang tumit Esau, oleh karena itu, nama Yakub lalu diberikan kepadanya. Esau dan Yakub lahir ketika Ishak berusia 60 tahun.
            Keduanya lalu bertumbuh semakin besar. Namun, kasih sayang yang diberikan oleh Ishak dan Ribka berbeda kepada Esau dan Yakub. Ishak lebsih mengasihi Esau yang suka berburu, akan tetapi Ribka lebih menaruh kasih sayang bagi Yakub yang tenang dan suka tinggal di dalam kemah.
            Penyerahan hak kesulungan bermula dari, ketika Esau baru saja kembali dari padang. Esau yang melihat Yakub sedang memasak sesuatu, dan Esau yang kala itu merasa kelaparan hendak meminta masakan yang sedang dibuat oleh Yakub. Akan tetapi, Yakub tidak berkenan untuk memberikan makanan itu begitu saja. Yakub lalu memberikan sebuah penawaran kepada Esau, apabila Esau memberikan kepada Yakub hak kesulungan yang menjadi hak seorang anak sulung, maka Yakub akan memberikan kepadanya makanan yang sedang diamasak itu. Esau dengan mudahnya bersumpah kepada Yakub dan menyetujui untuk memberikan hak kesulungannya kepada Yakub. Esau mengambil keputusan dengan tergesa-gesa dan membunuh hak yang menjadi karunia kelahiran serta menukarnya hanya dengan sebuah makanan demi memuaskan rasa lapar untuk sesaat.[8] Esau tidak berpikir panjang mengenai pentingnya hak kesulungan yang dimiliki. Hak kesulungan yang diberikan hanya untuk anak sulung ini, menjadikan seorang anak sulung harus lebih diutamakan ketimbang saudara-saudara yang lainnya.[9]
Konteks Dekat
            Konteks dekat dari narasi Esau dan Yakub adalah mengenai silsilah keturunan dari Abraham ( Kejadian 25:1-18 ). Serta mengenai Yakub yang akan diberkati oleh Ishak sebagai anak sulung (Kejadian 27:1-40), karena Esau telah menjual hak kesulungan yang seharusnya menjadi milik Esau. Hal ini berkaitan dengan pasal yang ke 25, dimana Esau menjual hak kesulungan dengan semangkuk makanan untuk memuaskan rasa lapar kala itu.
Konteks Jauh
Konteks jauh dari kisah Esau dan Yakub adalah dari Kejadian 12- Kejadian 50 yaitu mengenai narasi para leluhur. Dan dari pasal 12-22 menyajikan sejarah yang berganti-ganti dari penetapan perjanjian Abraham dan Tuhan.[10]Jika melihat dalam pasal-pasal tersebut bagaimana Allah berjanji kepada Abraham keturunan yang sangat banyak, dan bahkan dari keturunan Abraham akan muncul sebuah bangsa yang besar.
Analisa Arti Kata
 הוֹלִ֥ידyalad {yaw-lad'} memiliki arti yaitu melahirkan, keturunan.[11] Kata ini sering dipakai dalam kitab kejadian yang menandakan bahwa Ishak adalah keturunan dari Abraham yang secara otomatis menerima janji berkat yang sebelumnya telah diberikan oleh Allah kepada Abraham.
עָקָר `aqar {aw-kawr'} yang berarti tandus, yang berkaitan dengan tandusnya kandungan atau rahim Ribka. Kata ini merupakan adjective feminim singular absolut.[12] Kata ini menunjukan bahwa kemandulan yang dialami oleh Ribka, istri Ishak adalah kemandulan yang mutlak. Kemandulan yang mutlak ini juga dialami oleh Sara istri dari Abraham.
רָצַץ ratsats {raw-tsats'} diterjemahkan dalam KJV menjadi struggled yang berarti berjuang, tetapi dapat juga memakai kata dalam bahasa Inggris to crush yang berarti untuk menghancurkan dan oppress yang berarti menindas.[13]Kata ini terdapat dalam ayat 22 yang akan diperjelas dalam ayat 23 yaitu bahwa akan ada dua  bangsa besar dalam rahim yang akan saling menindas atau yang satunya lebih berkuasa dari yang satunya, dan dalam ayat 23 sangat jelas ada suatu nubuatan bahwa yang tua ( sulung ) akan menjadi hamba kepada anak yang muda ( bungsu ). Dari sini dapat dilihat bahwa hak kesulungan itu akan jatuh kepada yang muda ( bungsu ) dan bukan anak yang tua ( sulung ).
מָכַר makar {maw-kar'} berarti menjual atau menyerahkan.[14] Kata ini menjelaskan bahwa Yakub meminta Esau untuk menjual hak kesulungan yang dimiliki oleh Esau tersebut.
Dalam ayat yang ke-32 Esau menjawab Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?”.  Ini menandakan bahwa Esau tidak terlalu memperdulikan hak keselungan tersebut, bahkan pada ayat 33 Esau bersumpah, kata yang digunakan adalah [15]הִשָּׁ֤בְעָהsuatu pernyataan janji yang diucapkan oleh Esau kepada Yakub, dengan pernyataan ini Esau telah memandang rendah hak kesulungan tersebut, dan itu juga dijelaskan dalam ayat 34.


Tingkat Pribadi
            Yakub begitu menginginkan hak kesulungan yang menjadi milik Esau. Di dalam pasalnya yang ke 25 : 31, Yakub memberikan penawaran kepada Esau, dimana Yakub akan memberi makanan kepada Esau apabila Esau mau menjual hak kesulungan yang dimiliki oleh Esau. Bukan hanya menawarkan kepada kepada Esau untuk menukar hak kesulungan dengan sebuah makanan, namun Yakub juga berjuang untuk mendapatkan berkat hak kesulungan yang seharusnya menjadi milik Esau dengan cara menyamar menjadi Esau ketika sang ayah, yaitu Ishak hendak memberkati Esau dengan berkat kesulungan yang menjadi hak milik dari setiap anak-anak sulung. Dengan bantuan sang ibu yaitu Ribka, pada akhirnya Yakub berhasil mendapatkan berkat dari hak kesulungan milik Esau. Jadi disini, Yakub tidak hanya mendapatkan hak kesulungan dari Esau secara langsung melalui kesepakatan Esau dan Yakub dengan cara menukar hak kesulungan Esau dengan makanan yang tengah dimasak oleh Yakub. Namun Yakub memantapkan hak kesulungan yang telah diberi oleh Esau sebelumnya dengan mendapatkan berkat kesulungan dari Ishak sang ayah. Ribka memberikan bantuan dengan caramenolong Yakub untuk menyamar menjadi seperti Esau ketika menemui Ishak.  Ribka juga memasakkan makanan yang menjadi kesukaan Ishak, dimana makanan tersebut sudah dipesan oleh Ishak sebelumnya, supaya Esau membuatkan bagi Ishak masakan kesukaan Ishak dan setelah itu, Ishak akan memberkati Esau dengan hak kesulungan. Ribka membuat kondisi pada kala itu seolah-olah Yakub adalah Esau, ketika Yakub menemui Ishak untuk mengantarkan makanan pesanan Ishak sekaligus merebut berkat kesulungan yang seharusnya menjadi milik Esau.Hingga pada akhirnya, Ishak memberkati Yakub untuk menerima berkat kesulungan, bukan Esau anak sulung yang selayaknya sebagai penerima hak kesulungan tersebut.
            Berbeda dengan Yakub yang begitu mengingini hak kesulungan dan bahkan begitu berjuang untuk dapat memperoleh berkat kesulungan, namun tidak demikian halnya dengan Esau.Sebagai pemilik sesungguhnya dari hak kesulungan yang menjadi hak setiap anak sulung, Esau justru meremehkan hak kesulungan dan memandang hak kesulungan itu dengan rendah seolah tidak memandang bahwa hak kesulungan tersebut penting.Pada mulanya, Esau rela menukar hak kesulungan dengan makanan untuk sekedar memuaskan rasa lapar.Jika Esau memandang berharga sebuah hak kesulungan, tidak selayaknya Esau merelakan hak kesulungan untuk memuaskan rasa kedagingan. Namun dari persetujuan Esau dengan menuruti kemauan Yakub untuk menukar hak kesulungan dengan masakan Yakub, menandakan bahwa Esau sama sekali tidak menghargai adanya hak kesulungan. Rasa lelah yang dirasakan oleh Esau telah membuat Esau kehilangan rasa sadar akan pentingnya sebuah hak kesulungan. Dalam pikiran Esau kala itu hanyalah bagaimana menghilangkan rasa lapar dengan mendapatkan makanan. Bagi Esau, hak kesulungan tidak menjamin rasa kekenyangan bagi jasmani Esau sendiri. Namun pemikiran Esau yang demikian berakibat fatal, membuat hak kesulungan jatuh ke tangan Yakub.[16]
            Namun demikian, pada akhirnya Tangisan dan penyesalan muncul dari diri Esau[17] ketika menyadari bahwayang teramat dalam ketika Esau menyadari bahwa hak kesulungan yang dari Ishak bukan lagi menjadi milik Esau, melainkan telah menjadi milik Yakub seutuhnya.Esau menyesal, sangat menyesal. Bahkan karena saking menyesalnya, Esau sampai meminta berkat yang lain dari Ishak agar Esau juga menerima berkat, sama seperti Yakub. Namun Ishak sudah melimpahkan semua berkat kepada Yakub dan sudah tidak ada lagi berkat bagi Esau.
Tingkat Bangsa
            Dikatakan sebelumnya pada ayat ke-22, ketika Ribka tengah mengandung Esau dan Yakub, Ribka merasakan sakit yang teramat sangat hingga Ribka berseru kepada Tuhan tentang rasa sakit yang dirasakan Ribka ketika sedang hamil.Esau dan Yakub bertolak-tolakan di dalam kandungan artinya, sejak di dalam kandungan Esau dan Yakub sudah melakukan pertengkaran dengan saling menindas satu dengan yang lain.Hal ini berkaitan dengan dua keturunan bangsa yang kemudian berasal dari keturunan Esau dan juga Yakub.Yaitu bangsa Israel yang merupakan keturunan dari Yakub, dan bangsa Edom yang adalah keturunan dari Esau.Bangsa Israel bukanlah bangsa yang kecil, namun bangsa Israel adalah bangsa yang besar besar.Bukan hanya bangsa besar, namun Israel juga adalah bangsa kepunyaan Allah, bangsa yang begitu dikasihi oleh Allah.Buktinya adalah ketika Allah menyertai, melindungi, serta memelihara perjalanan bangsa Israel dari tanah perbudakan menuju ke tanah perjanjian yaitu tanah Kanaan.Hal ini adalah bukti dari besarnya kuasa hak kesulungan yang telah diterima oleh Yakub. Ketika diberkati oleh Ishak,
Tingkat Allah
            Ribka, ibu dari Esau dan Yakub, serta istri dari Ishak sebelumnya adalah mandul. Selama 20 tahun lamanya Ribka  dan Ishak menanti akan karunia Tuhan yang akan memberikan keturunan. Ishak dan Ribka bukan hanya menanti saja. Namun juga berdoa, datang kepada Tuhan  Ishak berdoa kepada Tuhan mendoakan Ribka agar Ribka segera mengandung. Hingga pada akhirnya, Ribka mengandung anak kembar, yaitu Esau dan Yakub.Ini adalah salah satu wujud dalam penggenapan janji Tuhan. Dimana Tuhan akan menjandikan keturunan Abraham menjadi sebanyak pasir di laut dan bintang-bintang dilangit. Ketika Ribka belum mengandung, dan ketika begitu lama penantian untuk segera memperoleh keturunan itu datang, penantian Ribka nyatanya tidaklah sia-sia namun memberikan sebuah hasil.Dimana pada akhirnya Ribka memiliki keturunan dan keturunan dari Ribka dan Ishak dapat melahirkan sebuah bangsa yang besar, bangsa yang begitu dikasihi oleh Allah.
            Sebelumnya Sara, istri Abraham juga mengalami hal yang sama. Sara dan Abraham menunggu dalam penantian yang cukup lama untuk menanti penggenapan janji Tuhan atas hidup Abraham.Dalam penantian akan keturunan oleh Abraham dan Sara, Abraham bahkan sempat berkata kepada Tuhan bahwa jika Tuhan tidak memberikan keturunan bagi Abraham dan Sara, maka seluruh harta yang dimiliki Abraham akan jatuh ke tangan seorang hamba. Abraham berkata demikian, karena Abraham telah menanti dalam waktu yang cukup panjang untuk memperoleh keturunan dari Tuhan.Janji itutak kunjung datang, hingga pada Kejadian pasal yang ke- 18, Allah mengulangi janji akan keturunan bagi Abraham. Abraham dan sara tetap menunggu hingga Ishak lahir bagi Abraham dan juga bagi Ishak.
            Kelahiran Ishak adalah kebahagiaan bagi Sara dan Abraham yang telah lama menantikan kehadiran seorang anak. Selain itu, kelahiran Ishak juga adalah penggenapan akan janji Tuhan bagi Abraham yang akan memberikan anak laki-laki bagi Abraham dan Sara.[18]
            Sara dan Ribka memiliki kesamaan dalam hal penantian akan datangnya keturunan. Menunggu, merasakan kesakitan sudah dirasakan oleh Sara dan Ribka.Namun pada akhirnya Allah tetap menggenapi janji-Nya kepada Sara dan Ribka untuk mendapatkan keturunan.Bahkan bukan hanya sekedar janji untuk beroleh keturunan saja, namun juga pemeliharaan bagi setiap keturunan Abraham, hingga keturunan Abraham menjadi bangsa-bangsa yang besar.

            Sebagai orang percaya, saudara dan saya adalah penerima hak kesulungan pada masa kini.Bukan hanya berupa kepemimpinan dalam keluarga saja, namun hak kesulungan kita adalah mengenai keselamatan dari Tuhan bagi kita.Supaya kita tidak jatuh ke dalam maut, namun memperoleh hidup yang kekal.Cara Tuhan memberikan hak kesulungan bagi kita memang berbeda dengan cara Allah yang langsung menyatakan janji-Nya kepada Abraham di jaman dulu. Namun Tuhan menyampaikan hak kesulunan kepada kita adalah dengan langsung menebus kita di kayu salib, demi keselamatan saudara dan saya.Oleh karena itu, janganlah kita meremehkan atau memandang rendah pengorbanan yang sudah Tuhan lakukan.Kita mungkin tidak menyadari bahwa kita sedang memandang rendah pengorbanan Tuhan.Namun tingkah laku kita sehari-hari turut menentukan hal ini. Jika kita menganggap bahwa diri kita tidak memandang rendah hak kesulungan, maka kita akan selalu menaruh kasih kepada sesama, bersyukur senantiasa kepada Tuhan, menjauhi dosa sekalipun kita menganggap bahwa dosa tersebut adalah hal yang biassa dilakukan oleh banyak orang. Tetap setia di dalam ketaatan sekalipun tidak ada seorangpun yang sedang melihat. Namun jika kita memandang rendah hak kesulungan yang ada pada kita, artinya kita akan bersikap acuh terhadap segala yang menjadi kehendak Tuhan di dalam kehidupan kita. Ketika kita tidak menuruti perintah-Nya, ketika kita bersikap seenaknya terhadap perintah Tuhan dan ketika kita hanya mau melakukan apa yang menjadi keinginan kita bukan apa yang menjadi kehendak Tuhan, disaat itulah kita sedang memandang remeh hak kesulungan yang telah Tuhan anugerahkan bagi setiap kita anak-anak-Nya.
            Setia dalam sebuah penantian. Hal ini juga diajarkan dalam kisah Yakub dan Esau dalam perebutan hak kesulungan. Kita mengetahui, bahwa Sara dan juga Ribka pada kala itu menantikan kehadiran seorang anak dalam waktu yang cukup lama. Bukan hanya penantian yang lama, namun keduanya mengalami penderitaan ketika sedang berada di dalam proses penggenapan janji Tuhan digenapi. Sara harus merelakan Abraham untuk memperoleh keturunan dari wanita lain, yaitu hambanya sendiri. Sedangkan Ribka menderita sakit yang teramat sangat karena kedua anaknya yakni Esau dan Yakub bertolak-tolakan di dalam kandungannya. Namun ditengah itu semua, Ribka dan Sara berhasil mencapai titik kemenangan, dimana mereka bertahan untuk menanti datangnya janji Tuhan dalam hidup mereka yaitu hadirnya keturunan bagi Ribka dan juga Sara. Ketika sedang di dalam pencobaan, mengalami kesulitan dan banyak hal yang lain, seringkali kita mengeluh, berpaling menuju ketidaktaatan, dan menyerah terhadap proses yang kita alami. Namun Ribka dan Sara dalam kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa kesetiaan sampai akhirnya janji Tuhan itu digenapi tidaklah sia-sia. Nyatanya Tuhan tidak ingkar akan apa yang telah dijanjikan-Nya, nyatanya benar bahwa Tuhan akan memberkati keturunan mereka. Seringkali pencobaan yang kita alami membuat diri kita jauh dari Tuhan dan melupakan kasih serta karunia-Nya di dalam kehidupan kita. Namun apapun yang terjadi, Tuhan akan tetap setia akan janji-Nya.
BAB VI KESIMPULAN
            Hak kesulungan dalam perjanjian lama, terkhususnya dalam jaman para bapa leluhur adalah pelimpahan hak kepada anak sulung, yang sebelumnya hak itu adalah menjadi hak milik sang ayah. Hak kesulungan terdiri atas kepemimpinan baik itu dalam keluarga maupun ibadah, bagian ganda dalam harta warisan, seperti yang tertera dalam Ulangan 21:17, serta hak untuk memperoleh berkat perjanjian yang dijanjikan oleh Allah kepada Abraham.
            Hak kesulungan ini penting karena hak ini merupakan harta yang lebih berharga ketimbang materi, namun hak ini begitu berguna untuk masa depan. Hak ini menyangkut mengenai berkat terhadap setiap keturunan-keturunan selanjutnya nanti. Hak kesulungan yang diberikan hanya untuk anak sulung ini, menjadikan anak sulung harus lebih diutamakan ketimbang saudara-saudara yang lainnya. Tidak dipungkiri, bahwa hal ini menjadi alasan mengapa Yakub begitu menginginkan hak kesulungan dari saudaranya, yakni Esau dan berjuang untuk mendapat berkat kesulungan dari ayahnya, Ishak.


Andrew.E Hill. John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang : Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1996).
Anne K Davis,Chafer Theological Seminary Journal (Volume: CTSJ 13:1 (Spring 2008).
Brown. Francis, S. R. Driver, and Charles A. Briggs. The Brown-Driver-Briggs Hebrew and English Lexicon: With an appendix containing Biblical Aramaic. Oxford: Clarendon, 1907. BibleWorks, v.9. 
David L Baker. Mari Mengenal Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2005).
Green Denis. Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas. 1984).
Hill Andrew. Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1996).
Holladay. William L. A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament: Based upon the Lexical Work of Ludwig Koehler and Walter Baumgartner. Leiden: Brill, 2000. BibleWorks, v.9.
John J.Davis,Eksposisi Kitab Kejadian (Malang : Gandum Mas,2001).
Parlaungan Gultom, Diktat Teologi Perjanjian Lama Kejadian-Ester (Yogyakarta: STII, 1999).
R.A. Jaffray.D.D. Tafsiran Kitab Kejadian (Bandung : Kantor Kalam Hidup, 1966).
Ray.C Stedmat. Janus D.Denney. Petualangan Menjelajahi Perjanjian Lama (Jakarta : PT.Duta Harapan Dunia,2010).




[1] Andrew .E Hill, John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang : Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1996),141.

[2]Denis Green, Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1984), 47.

[3]Ray.C Stedmat ,Janus D.Denney,Petualangan Menjelajahi Perjanjian Lama (Jakarta : PT.Duta Harapan Dunia,2010),69.

[4]David L Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 25

[5]Parlaungan Gultom, Diktat Teologi Perjanjian Lama Kejadian-Ester (Yogyakarta: STII, 1999), 1-2.

[6]John J.Davis,Eksposisi Kitab Kejadian (Malang : Gandum Mas,2001),31.

[7] R.A. Jaffray,D.D, Tafsiran Kitab Kejadian (Bandung : Kantor Kalam Hidup, 1966),211.

[8]Anne K Davis,Chafer Theological Seminary Journal (Volume: CTSJ 13:1 (Spring 2008).

[9]John J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian (Malang:Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001), 249.

[10] Hill Andrew, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1996), 152.

[11] Brown, Francis, S. R. Driver, and Charles A. Briggs. The Brown-Driver-Briggs Hebrew and English Lexicon: With an appendix containing Biblical Aramaic. Oxford: Clarendon, 1907. BibleWorks, v.9. 

[12]Brown, Francis, S. R. Driver, and Charles A. Briggs. The Brown-Driver-Briggs Hebrew and English Lexicon: With an appendix containing Biblical Aramaic. Oxford: Clarendon, 1907. BibleWorks, v.9.

[13] Ibid.

[14] Holladay, William L. A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament: Based upon the Lexical Work of Ludwig Koehler and Walter Baumgartner. Leiden: Brill, 2000. BibleWorks, v.9.

[15] Biblework, V9.

[16]Dr. Walter Lempp, Tafsiran Kejadian 25:19-31:55 Kej.4 /  bg.1 ( Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1974),42.

[17]John J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian (Malang:Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001), 255.
[18]Ibid,227.

No comments:

Post a Comment