Tuesday 8 May 2018

Paper Studi Eksegesis Matius 20:20-28


 STUDI EKSEGESIS MATIUS 20: 20-28

Penulis: Yerikho Simaremare ; STT Berea: Salatiga

BAB I PENDAHULUAN
Injil sinoptik adalah injil yang banyak menuliskan kisah mengenai kehidupan atau pelayanan Yesus, salah satunya adalah injil Matius. Di dalam kitab Matius banyak dituliskan kisah tentang Yesus yang melakukan mujizat, Yesus memberikan pengajaran dan pada kitab ini ada di tuliskan mengenai Yesus berkhotbah di bukit.
Namun ada satu pengajaran Tuhan Yesus, yang sepertinya bertolak belakang dengan pemikiran banyak orang, menjadi suatu keunikan yang akan di teliti oleh penulis. Kisah tersebut dicatat dalam Matius 20 : 20 – 28. Dan yang memberikan keunikannya adalah mengenai perkataan Yesus (Matius 20 : 26-28), “26Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."[1] Jawaban Yesus ini, seperti bertolak belakang dengan kenyataan dalam kehidupan, bagaimana mungkin, seorang pelayan menjadi yang terbesar, dan bagaimana mungkin, seorang hamba menjadi yang terkemuka.
            Paper ini akan berusaha menjelaskan maksud dari perkataan Yesus tersebut melalui sudut pandang Injil Matius dengan melakukan beberapa analisa yang memperhatikan prinsip dan langkah penafsiran yang tepat, selanjutnya sedikit eksposisi untuk penerapan masa kini yang dapat dipelajari sebagai suatu acuan untuk selanjutnya dalam kehidupan

                                                            BAB II EKSEGESIS TEKS
Pendahuluan Injil Matius
Injil Matius ditulis oleh Matius Lewi, yaitu seorang pemungut cukai, yang dipanggil oleh Yesus menjadi salah seorang dari bagian kedua belas murid-Nya.[2] Penulis injil Matius mungkin terdidik dalam lingkungan dimana ada ahli Taurat, dan Matius mengeluarkan dari kekayaannya hal-hal baru dan lama. Di dalam keselurahan injil Matius penulis kitab menggunakan pengetahuannya tentang Perjanjian lama untuk mendukung anggapan-anggapan Kristen. Contoh silsilah Yesus,  yang diangkat lansung dari Perjanjian Lama.[3] Oleh karena penulis memiliki cara berpikir yang sama dengan orang Yahudi, maka Matius banyak menuliskan sesuai dengan pemahaman orang Yahudi pada saat itu. Dan Matius mencatat injil ini serta menghubungkan dengan ajaran Yesus tentang etika.
            Injil ini ditulis untuk orang percaya berkebangsaan Yahudi. Menginjak abad pertama, orang Israel Yahudi telah terbagi dalam berbagai sekte-sekte diantaranya orang Farisi, orang-orang Saduki, orang Esseni, orang Samaria, dan para pengikut Yohanes Pembaptis, di mana sekte-sekte ini telah mengubah kepercayaan Yahudi.[4] Latar belakang Yahudi dari injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk dalam ketergantunganya terhadap janji dan nubuatan PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan, dan juga penyebutan Kerajaan Sorga (yang searti dengan kerajaan Allah), bangsa Yahudi menyebutnya Kerajaan Sorga sebagai bukti rasa hormat dan segan dalam penyebutan nama Allah secara lansung, dan injil ini kemungkinan di tulis pada tahun 60-an atau sebelum tahun 70.[5]
 Injil ini ditulis untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Sorga dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. orang Israel tidak percaya bahwa Yesus datang sebagai Mesias yang rohani melainkan sebagai Mesias politis.[6] Orang Yahudi beranggapan bahwa Yesus akan menjadi Raja, namun Yesus menjadi Raja secara Politik. Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.

           

Berpikir secara Horizontal: Paralelisme

20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya.
 21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."
 22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat."
 23 Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."
 24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.
 25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
 26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
 27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
 28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."


35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!"
 36 Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?"
 37 Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu."
 38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?"
 39 Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.
 40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan."
 41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.
 42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
 43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
 44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.
 45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

 

Ada beberapa perbedaan yang dapat dilihat dari kedua injil tersebut, sekalipun membicarakan topik yang sama, topik tersebut adalah tentang permintaan ibu Yakobus dan Yohanes. Pada saat itu Ibu dari Yakobus dan Yohanes anak Zebedeus meminta agar Yesus memerintahkan kedua anaknya tersebut untuk duduk di sebelah Yesus, satu berada di sebelah kanan, seorang yang lain duduk di sebelah kiri. Perbedaannya terletak pada ibu Yakobus tersebut, Injil Matius menulis permintaan Ibu Yakobus dan Yohanes adalah untuk duduk di kerajaan Allah. Sedangkan injil Matius menuliskan untuk duduk di Kemuliaan-Mu.
Ungkapan Kerajaan Surga adalah satu idiom bahasa Semit di mana surga adalah pengganti untuk nama ilahi di dalam penulisan Injil Matius. Karena tradisi Injil menunjukkan bahwa Yesus tidak selalu menghindari kata Allah, sangatlah mungkin bahwa ungkapan kerajaan surga adalah cocok dengan lingkungan orang Kristen-Yahudi, yang memelihara tradisi injil Matius daripada memantulkan berita mencerminkan pemakaian yang nyata oleh Yesus.[7] Namun di balik perbedaan tersebut ada kesamaan susunan penulisan kedua injil ini, yaitu injil Matius dan Markus menuliskannya setelah pemberitahuan ketiga tentang penderitaan Yesus. Dan yang perlu diketahui adalah konsep kerajaan Allah itu adalah sama, namun dituliskan sesuai dengan konsep budaya dari penerima injil mula-mula.

 Berpikir Secara Vertikal : Konteks Historis Yesus dan Konteks Historis Penulis
Konteks historis Yesus
Politik dan Agama
            Pada waktu Yesus berada dalam dunia, kekaisaran Romawi menjajah bangsa Israel. Kekaisaran Romawi meliputi sebagian besar Eropa, Afrika dan Asia. Hirkanus raja Israel menggantikan Alexandra ibunya, tetapi adiknya Aristobulus ingin merebut kekuasaan kakaknya. Mereka meminta bantuan kepada jenderal Romawi Pompeyus, tetapi lebih memihak kepada Hirkanus dan berakhirlah pemberontakan Aristobulus. Hirkanus menjadi raja Israel dan harus tunduk dalam segala hal kepada kekuasaan Romawi.
            Ketika Yerusalem diserang oleh orang-orang Partia, Herodes anak Antipater yang memerintah Galilea, dibawah kekuasaan Hirkanus meminta bantuan ke Roma. Hirkanus dan Herodes dibebaskan tetapi Herodeslah yang dipilih Roma. Herodes menjadi raja atas Israel pada tahun 37 sM, tanpa kesalahan apapun Herodes membunuh Hirkanus. Yesus lahir pada masa pemerintahan raja Herodes yang disebut juga Herodes Agung.
            Herodes adalah raja yang kejam dan ingin di sembah. Setelah mati Herodes digantikan oleh anaknya yang pertama Arkhelaus (Matius 2:22). Orang-orang Yahudi memberontak Kaisar Agustus karena Agustus mengambil keputusan untuk membagi kerajaan tersebut. Arkhelaus memerintah propinsi-propinsi Yudea dan Samaria. Herodes Antipas memerintah di Galilea dan Filipus memerintah Iturea dan Trakhonitis. Enam tahun setelah kelahiran Yesus, Arkhelaus dibuang oleh kaisar dan tidak lagi memerintah Yudea dan Samaria, yang tekenal ialah Pontius Pilatus. Herodes Antipati hidup bersama Herodias istri saudaranya, Herodias inilah yang membunuh Yohanes Pembaptis (Matius 14:3). Filipus menikah dengan Salome puteri Heordias (Matius 14:6.)
            Selama kekaisaran Romawi menguasai Israel, orang-orang Yahudi berulang kali memberontak dengan gerakan-gerakan kemerdekaan yang bersarang di Yudea, mungkin orang-orang ini disebut orang Zelot. Masa-masa inilah Israel merindukan Mesias, Raja yang dijanjikan Allah. Orang Israel memiliki pengharapan bahwa Allah akan menyuruh Mesias untuk memerdekakan Israel.
            Kerangka dasar teologi Perjanjian Baru bersifat eskatologis. Orang-orang Yahudi berfikir secara eskatologis, dimana Orang Yahudi hidup pada zaman yang hampir berakhir. Orang Yahudi menantikan Mesias untuk mengakhiri zaman ini dan menghantarkan ke zaman yang akan datang. Pemikiran eskatologis orang-orang Yahudi berarti sedang menantikan akhir zaman.[8]
            Zaman yang akan datang (masa pemerintahan Allah), zaman Mesias disebut kerajaan Allah adalah masa dimana ditandai dengan kehadiran Roh, kebenaran, kesehatan dan kedamaian dinyatakan. Berbeda dengan zaman ini yang dikuasai oleh dosa, penyakit, kerasukan setan dan orang jahat yang berjaya.
            Orang-orang Kristen mula-mula memahami konsep eskatologi orang Yahudi dan hidup sebagai umat eskatologis. Orang Yahudi hidup masa antara permulaan dan perwujudan masa kesudahan. Eskatologis Perjanjian Baru berbicara dalam pengertian peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi dan sebagian lagi belum terjadi. Karakter utamanya adalah ketegangan antara yang sudah terjadi dan sebagian lagi belum terjadi, yang telah tergenapi dan yang belum tergenapi dan yang belum datang sepenuhnya.
            Dan yang perlu diketahui injil Matius memberitakan kerajaan sorga sebanyak 32 kali dan kerajaan Allah sebanyak 5 kali (ITB), lebih banyak daripada Injil sinoptik lainnya.[9]

Sosial dan Budaya

            Pada masa hidup Yesus, seluruh tanah Palestina dipengaruhi oleh Hellenisme (budaya Yunani). Pembangunan berkembang pesat, jalan-jalan dibangun. Bahasa yang dipergunakan adalah Yunani, Aram dan Ibrani.
            Di kalangan Yudaisme terdapat kaum ningrat yang kaya, orang tersebut adalah kelompok alim ulama yang memperoleh bagian keuntungan dari hasil penjualan hewan korban serta hasil pertukaran uang dalam hubungannya dengan pajak Bait Suci. Dalam masyarakat kafir terdiri atas kaum ningrat, kelas menengah, rakyat jelata, kaum budak dan penjahat.
            Murid-murid Yesus sebagian besar adalah nelayan, salah satunya adalah Simon Petrus, dan beberapa orang yang terpelajar, termasuk Matius. Sebagai orang Yahudi, murid-murid Yesus memiliki konsep pemikiran yang sama tentang Mesias. Mesias akan memulihkan dan membebaskan Israel dari penjajahan Romawi. Murid-murid Yesus berpikir Mesias secara politik bukan secara rohani. Oleh karena inilah Yesus mengajarkan tentang penyempurnaan kerajaan ketika kedatangan-Nya kedua kalinya.[10]

Konteks Historis Yesus – Secara Khusus
            Sebelum permintaan Ibu Yakobus dan Yohanes ini diajukan kepada Yesus, Yesus telah banyak melakukan pelayanan, Yesus banyak menyembuhkan orang, dan Yesus juga memberikan banyak pengajaran. Beberapa contoh yang Yesus berikan adalah tentang upah, dan hidup kekal serta tentang Kerajaan Surga. Dan yang menariknya Yesus juga memperingatkan tentang penderitaan-Nya untuk ketiga kalinya kepada murid-murid-Nya, sebelum permintaan ini diajukan.           
            Yesus sebagai pengajar, Yesus mengajar khususnya tentang Kerajaan Surga tidak hanya sekali. Sebelum permintaan Ibu Yakobus dan Yohanes ini diajukan Yesus telah banyak mengajar hal Kerajaan Surga, mungkin Yesus mengetahui bahwa untuk mengerti tentang Kerajaan Surga bukanlah hal yang mudah, terlebih Yesus harus mengajarkannya sesuai dengan pemahaman kebudayaan orang Yahudi tentang Kerajaan Surga. Oleh sebab itu Yesus perlu mengajarkan hal Kerajaan Surga berkali-kali agar murid-murid-Nya dapat mengerti akan hal itu.
            Kemungkinan besar Ibu Yakobus dan Yohanes masih kurang mengerti konsep Kerajaan Surga yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya, sehingga seakan-akan untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus dapat diberikan dengan mudahnya.
          
Konteks Historis Penulis
            Matius (Lewi) adalah salah satu dari kedua belas murid Yesus. Sebelumnya Matius adalah seorang pemungut cukai yang dianggap hina oleh orang banyak, tetapi hidupnya diubahkan ketika Matius dipanggil oleh Yesus. Matius menuliskan injil ini kepada sesamanya orang-orang Yahudi, untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias dan Raja yang kekal serta untuk menjelaskan tentang kerajaan Allah.
            Matius memulai kisahnya dengan memberikan silsilah Yesus. Kemudian Matius menceritakan tentang kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus, termasuk penyingkiran keluarga itu ke Mesir menghindari Herodes yang mau membunuh, dan kepulangan Maria dan Yusuf ke Nazaret. Sesudah Yesus dibaptis oleh Yohanes dan mengalahkan iblis di padang gurun, Yesus memulai pelayanan-Nya dengan memanggil murid-murid pertama dan menyampaikan khotbah di bukit. Matius menunjukkan otoritas Kristus dengan menceritakan berbagai Mujizat yang Yesus lakukan, yaitu menyembuhkan orang-orang sakit dan kerasukan roh jahat, bahkan membangkitkan orang mati.
            Meski ada perlawanan dari orang-orang Farisi dan penguasa-penguasa agama lainnya, Yesus terus mengajar tentang Kerajaan Surga, Yesus terus memberi tahu murid-murid-Nya bahwa kematian dan kebangkitan-Nya akan segera terjadi dan Ia menyatakan identitas-Nya yang sejati kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes.[11] Matius menggunakan Perjanjian Lama khususnya dalam kutipan-kutipannya dengan maksud menunjukkan bukti-bukti Kitab Suci, Matius  menuliskan dengan bahasa Perjanjian Lama dengan maksud mengungkapkan sifat eskatologis dari apa yang terjadi.[12]

Studi Kata
Matius 20:20-28
20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. 21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." 22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." 23 Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." 24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. 25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; 28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Ayat 20 – 21

            20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. 21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."
            20 Τότε προσῆλθεν αὐτῷ ἡ μήτηρ τῶν υἱῶν Ζεβεδαίου μετὰ τῶν υἱῶν αὐτῆς προσκυνοῦσα καὶ αἰτοῦσά τι ἀπ᾽ αὐτοῦ.21  ὁ δὲ εἶπεν αὐτῇ· τί θέλεις; λέγει αὐτῷ· εἰπὲ ἵνα καθίσωσιν οὗτοι οἱ δύο υἱοί μου εἷς ἐκ δεξιῶν σου καὶ εἷς ἐξ εὐωνύμων σου ἐν τῇ βασιλείᾳ σου.

Matius sebagai penulis injil ini menuliskan kata sujud dalam bahasa Yunani προσκυνοῦσα, dalam Perjanjian Baru diartikan dengan berlutut atau bersujud untuk melakukan penghormatan kepada seseorang, dengan maksud mengekspresikan rasa hormat atau untuk membuat permohonan, kata ini mengandung arti lebih dari sekedar tanda penghormatan, namun berlutut sampai dahi menyentuh tanah, dan kata ini biasanya dipakai untuk penghormatan kepada Allah dan Kristus yang telah naik, atau untuk menyembah Dia.[13] Oleh sebab itu Ibu Yakobus dan Yohanes tidak sekedar sujud, namun menyembah Yesus untuk meminta sesuatu. Sama dengan terjemahan dalam KJV kata sujud diterjemahkan sebagai “worshiping” yang artinya menyembah.[14] Dengan demikian adalah lebih baik mengartikan sujud sebagai menyembah.
Perminataan ibu Yakobus dan Yohanes adalah agar Yesus memberikan perintah kepada kedua anak Salome (Ibu Yakobus dan Yohanes), terlihat dari kata εἰπὲ, dapat dilihat dari modus kata ini menggunakan kata kerja imperatif, yaitu kata kerja berbentuk perintah. Kata kerja ini  maksudnya agar Yesus memberikan sebuah perintah agar Yakobus dan Yohanes duduk di sebalah kanan dan kiri Yesus dalam kerajaan-Nya.
Matius menggunakan kata kerajaan dalam bahasa Yunani adalah βασιλείᾳ  yang penjelasannya adalah sebuah kerajaan dengan kekuasaan, dimana kerajaan ini tunduk kepada seorang raja , kata ini digunakan dalam Perjanjian Baru yang merujuk kepada pemerintahan Mesias. Namun tidak ada penjelasan yang menerangkan bahwa kerajaan yang dimaksud disini kerajaan rohani, namun lebih mengarah kepada tentang perpolotikan karena kerajaan pada bagian ini lebih mendominasi tentang kekuasaan dan aturannya.[15]

Ayat 22- 23

            22 ἀποκριθεὶς δὲ ὁ Ἰησοῦς εἶπεν· οὐκ οἴδατε τί αἰτεῖσθε. δύνασθε πιεῖν τὸ ποτήριον ὃ ἐγὼ μέλλω πίνειν; λέγουσιν αὐτῷ· δυνάμεθα.23  λέγει αὐτοῖς· τὸ μὲν ποτήριόν μου πίεσθε, τὸ δὲ καθίσαι ἐκ δεξιῶν μου καὶ ἐξ εὐωνύμων οὐκ ἔστιν ἐμὸν [τοῦτο] δοῦναι, ἀλλ᾽ οἷς ἡτοίμασται ὑπὸ τοῦ πατρός μου.
            22Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." 23Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."

            Pada bagian ini menjelaskan jawaban Yesus mengenai pertanyaan dari Ibu Yakobus dan Yohanes. “Yesus mengatakan dapatkah kamu meminum cawan”. Meminum dalam bahasa Yunani adalah πιεῖν yang memiliki arti  umum, yang berkaitan dengan tanah atau tanaman, namun dapat diartikan untuk memenuhi atau untuk menerima.[16] Dan kata cawan dalam bahasa Yunani ποτήριον, secara harafiah artinya adalah cangkir, wadah minum. Secara Metaforis adalah takdir seseorang baik atau jahat, dan ada pengertian tentang minum secangkir artinya sangat menderita.[17]

Ayat 24-27

            24 Καὶ ἀκούσαντες οἱ δέκα ἠγανάκτησαν περὶ τῶν δύο ἀδελφῶν. 25 ὁ δὲ Ἰησοῦς προσκαλεσάμενος αὐτοὺς εἶπεν· οἴδατε ὅτι οἱ ἄρχοντες τῶν ἐθνῶν κατακυριεύουσιν αὐτῶν καὶ οἱ μεγάλοι κατεξουσιάζουσιν αὐτῶν. 26 οὐχ οὕτως ἔσται ἐν ὑμῖν, ἀλλ᾽ ὃς ἐὰν θέλῃ ἐν ὑμῖν μέγας γενέσθαι ἔσται ὑμῶν διάκονος, 27καὶ ὃς ἂν θέλῃ ἐν ὑμῖν εἶναι πρῶτος ἔσται ὑμῶν δοῦλος·

            24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.
 25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 26Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
 27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;

            Pada ayat yang ke- 25 terjemahan NIV “Jesus called them together and said, "You know that the rulers of the Gentiles lord it over them, and their high officials exercise authority over them”. Yang artinya “Yesus memanggil mereka bersama-sama dan berkata, "Kamu tahu bahwa penguasa orang-orang bukan Yahudi yang memerintah mereka, dan pejabat tinggi mereka menjalankan otoritas atas mereka”. Dan di ayat yang ke- 26 Yesus mengatakan untuk tidak seperti pemimpin tersebut, karena pemimpin-pemimpin itu memerintah  sesuai dengan otoritas dan sesuai dengan kehendak yang kuat, namun siapa yang ingin menjadi besar, hendaklah menjadi pelayan. Kata pelayan dalam bahasa Yunani adalah διάκονος, yang artinya menunggu orang yang menunggu di meja. Namun pelayan disini dimaksudkan adalah sebuah pekerjaan melayani yang melibatkan komitmen pribadi. Tetapi perhatian para murid dalam konteks ini adalah kerajaan Allah, dimana menuju kerajaan itu melalui penderitaan yang memiliki pelayanan sebagai intinya.[18]
            Lalu di ayat yang ke- 27 Yesus melanjutkan dengan mengatakan : “dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”. Kata hamba dalam bahasa Yunani adalah δοῦλος yaitu budak, diartikan secara umum adalah orang yang melayani dalam ketaatan kepada oranglain. Budak adalah  orang yang tidak perlu di pertanyakan lagi ketaatannya, budak akan taat baik atau tidak baik keadaannya. Seorang budak juga menyerahkan diri dan hak-hak pribadi kepada orang lain.[19]

Ayat 28

            28ὥσπερ ὁ υἱὸς τοῦ ἀνθρώπου οὐκ ἦλθεν διακονηθῆναι ἀλλὰ διακονῆσαι καὶ δοῦναι τὴν ψυχὴν αὐτοῦ λύτρον ἀντὶ πολλῶν.
            28sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

            Pada ayat ini, Yesus mengatakan bahwa Yesus datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani. Konsep melayani sama dengan konsep di ayat-ayat sebelumnya. Yesus datang untuk melaksanakan tugas yang tidak menguntungkan dirinya sendiri, tetapi menjadi berkat buat orang lain dengan memberikan hidupnya dalam penebusan.[20] Dan memberikan nyawa-Nya, maksudnya ialah memberikan kehidupan-Nya, Yesus mati secara sukarela, karena memang itulah tugas Yesus. Yesus menjadi sebuah harga untuk penebusan orang yang berdosa.
Penafsiran Teks
            Kisah ini adalah kisah dimana Isteri Zebedues, yaitu Ibu Yakobus dan Yohanes meminta jabatan yang tertinggi di tahta yang akan di pegang oleh Yesus. Namun jawaban Yesus atas permintaan tersebut seakan-akan membingungkan dan memberi pertanyaan bagi orang percaya yang hidup pada masa kini. Bagaimana mungkin seorang pelayan dapat menjadi yang terbesar diantara sesamanya, dan menjadi seorang hamba untuk dapat menjadi yang terkemuka.
            Ibu Yakobus dan Yohanes pada saat itu sujud menyembah kepada Yesus, karena pada saat itu sujud menyembah adalah suatu tindakan untuk menyatakan permohonan. Ibu Yakobus dan Yohanes menyembah Yesus karena ada sesuatu yang diinginkannya dari Yesus.    Permohonan yang diberikan kepada Yesus tersebut oleh Ibu Yakobus dan Yohanes membuktikan bahwa Ibu Yakobus dan Yohanes tidak memiliki pemahaman yang baik tentang kerajaan yang akan di pegang oleh Yesus. Sesuai dengan penjelasan kata Kerajaan (βασιλείᾳ) dalam ayat ke- 21 yaitu kerjaan yang di perintah oleh seseorang raja. Ibu Yakobus dan Yohanes mengira bahwa Yesus yang telah melakukan banyak mujizat dan dianggap sebagai Mesias, akan bertahta di sebuah kerajaan, yaitu sebuah kerajaan Politik. Padahal sebelum permohonan ini diajukan Ibu Yakobus dan Yohanes tersebut,  Yesus telah mengajarkan banyak hal tentang Kerajaan Surga kepada murid-murid-Nya, malahan Yesus juga telah menyatakan jati diri-Nya kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes. Mungkin Yakobus dan Yohanes juga masih tidak mengerti konsep Kerajaan Surga yang Yesus telah ajarkan. Yakobus dan Yohanes mengira Yesus akan memerintah sebagai raja di kerajaan politik juga.
            Oleh sebab itu jawaban Yesus kepada Ibu Yakobus dan Yohanes seperti mengingatkan kembali tentang Kerajaa Surga, yang telah diajarkan kepada murid-murid. Yesus mengatakan kepada Ibu Yakobus “kalian tidak mengerti apa yang kalian minta”.[21]  Lalu Yesus mengatakan dapatkah kamu meminum cawan yang harus Ku minum ? maksud Yesus pada bagian ini adalah, apakah kalian dapat menanggung penderitaan yang akan ku tanggung. Dan mereka mengatakan kami dapat, Namun Yesus berkata bahwa untuk duduk di sebalah kanan dan kiri Yesus bukanlah hak Yesus, namun itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku menyediakanNya.
            Hal meminum cawan yang Yesus maksud adalah penderitaan yang harus Yesus tanggung, sama seperti peringatan yang telah di katakan-Nya (Matius 20:17-19) sebelum kisah ini terjadi, yaitu bahwa Yesus harus menderita, oleh sebab itu pengikut-Nya juga akan mengalami hal yang sama, di hari yang akan datang murid-murid Yesus akan menderita demi nama Yesus.
            Oleh sebab itu Yesus mengatakan jangan meniru para pemimpin dan pembesar bangsa-bangsa yang bukan Yahudi, pemimpin dan pembesar tersebut memerintah dengan kekerasaan untuk menjadi yang terbesar. Yesus berkata demikian karena Yesus ingin mengatakan bahwa kerajaan yang akan Yesus pegang berbeda dengan kerajaan yang di ada di dunia. Lalu Yesus berkata “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” karena menjadi pelayan yang Yesus maksud adalah orang yang memiliki komitmen pribadi, untuk menjadi berkat bagi orang lain sekalipun dianggap hina. Karena orang seperti itulah yang akan menjadi besar dalam kerajaan Surga yaitu tempat Yesus berotoritas dan bukan kerajaan politik. Sama halnya dengan menjadi seorang hamba untuk menjadi yang terkemuka. Seorang hamba yang Yesus maksud adalah orang yang menyerahkan diri dan hak-hak pribadinya kepada Tuhan, untuk menjadi berkat juga, karena dengan begitulah kita menjadi menjadi yang terkemuka di kerajaan Surga, dan bukan kerajaan politik.
            Lewat Kisah ini, Yesus membuktikan bahwa Yesus memang akan memerintah dalam sebuah Kerajaan, namun bukanlah sebuah kerajaan politik, dan bukan kerajaan yang sama dengan kerajaan yang ada di dunia ini. Dimana pemimpinnya memerintah dengan kekerasaan untuk menjadi yang terbesar. Oleh sebab itu pernyataan Yesus mengenai pelayan dan hamba menjelaskan, bahwa untuk menjadi yang terbesar dalam Kerajaan-Nya adalah dengan melayani dan memberi diri sebagai hamba Tuhan. Bukan dengan memerintah melainkan dengan melayani.






BAB III EKSPOSIS
            Yesus adalah Raja yang kekal atas seluruh umat-Nya, oleh sebab itu kita perlu menyembah Yesus dengan ketulusan hati kita, bukan karena ada  sesuatu yang hendak kita peroleh dari Dia, namun karena memang kita mengakui Dia adalah Raja yang bertahta dalam kehidupan kita. Yesus datang ke bumi untuk menyatakan kerajaan Surga lewat diri-Nya, dan bukan kerajaan poitik, jadi kita sebagai orang yang percaya seharusnya memikirikan hal-hal yang rohani dan bukan perbuatan-perbuatan yang menguntungkan diri kita sendiri. Karena itulah yang Yesus ajarkan bagi kita semua, untuk melayani sesama kita manusia, sekalipun kita terkadang mendapat hal yang tidak baik, harus menderita demi nama Yesus, Namun dengan begitu kita akan menerima hasil yang sesuai dengan perbuatan kita tersebut. Karena Yesus sendirilah telah menunjukkan teladan bagi kita semua.
            Saat kita mau melayani Tuhan, dengan sendirinya berkat Tuhan akan datang pada kita, meski kita harus melalui sebuah perbuatan yang terkadang membuat kita kecewa, namun mengikut Tuhan untuk mendapat bagian dalam kerajaan-Nya bukanlah sebuah hal yang mudah, diperlukan sebuah pengorbanan, ketaatan dan komitmen pribadi.
            Oleh sebab itu kita perlu mengikut teladan Yesus yang benar-benar memberikan segala yang Yesus punya untuk melakukan kehendak Bapa, Yesus rela meninggalkan seluruh milik kepunyaan-Nya dan menjadi sama dengan kita, bahkan memberikan nyawa-Nya bagi kita kita, supaya kita dibebaskan dari belenggu dosa.

 BAB IV KESIMPULAN
            Jawaban Yesus kepada Ibu Yakobus dan Yohanes, bukanlah sebuah hal yang membingunkan bagi orang percaya pada masa kini, jika sudah mengetahui latar belakang dari perkataan Yesus tersebut.
            Setelah melakukan penafsiran dengan memperhatikan cara penafsiran yang baik, akan dapat dimengerti bahwa Yesus sebenarnya berkata sesuai dengan konsep Kerajaan Surga yang benar, yaitu kerajaan Rohani, dan bukan kerajaan politik, namun Ibu Yakobus dan Yohanes menganggapnya sebagai kerajaan politik. Oleh sebab itu jawaban Yesus adalah benar dan tidak membingungkan orang percaya pada masa kini, karena bukan dengan memerintah melainkan dengan melayani dan memberi diri sebagai hamba Tuhan.
            Menjadi seorang pelayan dan hamba untuk menjadi yang terbesar dan terkemuka adalah benar jika dipahami sesuai dengan konsep kerajaan Surga, yaitu kerajaan Rohani, oleh sebab itu Yesus sebenarnya tidak membingungkan orang percaya pada masa kini, namun Yesus ingin mempertegas kembali konsep kerajaan Surga dan etika kerajaan Surga. Agar Ibu Yakobus dan Yohanes tidak mengira Kerajaan Yesus adalah kerajaan politik yang sama dengan kerajaan yang ada di dunia ini.



 DAFTAR PUSTAKA
Bauer Walter, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, ed. Frederick W. Danker, 3rd ed. Chicago: University of Chicago Press, 2000. BibleWorks. v.9. 
Fee Gordon D, Douglas Stuart, Hermeneutik. Malang: Gandum Mas, 1989.
Frieberg Timothy and Barbara Friberg, Analytical Greek New Testament. GNM. 2nd ed. n.p.: Timothy and Barbara Friberg, 1994. BibleWorks, v.9.  
Kittel Gerhard, Gerhard Friedrich, and Geoffrey W. Bromiley, Theological Dictionary of the New Testament. Abridged. Grand Rapids: Eerdmanns, 1985. BibleWorks, v.9.
Ladd George Eldon, Teologi Perjanjian Baru, jilid 1. Bandung: Kalam Hidup, 2013.
Marxsen Willi, Pengantar Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Morris Leon, Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2006.
Packer, J. I, Merrill, White, JR,  Dunia Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas.  
Tenney Merril C, Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas.
Thayer Joseph, A Greek-English Lexicon of the New Testament: Abridged and Revised Thayer Lexicon. Ontario, Canada: Online Bible Foundation, 1997. BibleWorks, v.9.  
W. R. F. Browning, Kamus Alkitab. Jakarta: Gunung Mulia, 2009.
---------, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas, 1994.
---------, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan: Life Application Studi Bible. Malang: Gandum Mas, 2016.
---------, Alkitab Perjanjian Baru: Dalam Terjemahan Sederhana. Yogyakarta: ANDI, 2014.




[1] Bible Work, v.10.
[2] Merrill C. Tenney, Survey Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2013), 183.
[3] W. R. F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), 258.
[4] J. I. Packer, Merrill, White, JR, Dunia Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas), 117.  
[5]  ---------, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 1994), 1496.
[6] Ibid,.
[7]  George Eldon ladd, Teologi Perjanjian Baru, jilid 1 (Bandung: Kalam Hidup, 2013), 83.
[8] Gordon D. Fee, Douglas Stuart, Hermeneutik (Malang: Gandum Mas, 1989), 133- 134.
[9] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2006), 175.
[10]  Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2013) 59- 72.
[11] ---------, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan: Life Application Studi Bible (Malang: Gandum Mas, 2016), 1846.
[12] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 176.
[13] Joseph Thayer, A Greek-English Lexicon of the New Testament (Abridged and Revised Thayer Lexicon) (Ontario, Canada: Online Bible Foundation, 1997), BibleWorks, v.9.  
[14] Bible Work, v.10 “Worshiping”.
[15] Joshep Thayer, Bible Work, v.9.
[16] Gerhard Kittel, Gerhard Friedrich, and Geoffrey W. Bromiley, Theological Dictionary of the New Testament (Abridged) (Grand Rapids: Eerdmanns, 1985), BibleWorks, v.9.
[17] Timothy Friberg and Barbara Friberg, Analytical Greek New Testament (GNM), 2nd ed. (n.p.: Timothy and Barbara Friberg, 1994), BibleWorks, v.9.  
[18] Gerhard Kittel, Gerhard Friedrich, and Geoffrey W. Bromiley, Bible Works, v.9.
[19]  Timothy Friberg and Barbara Friberg, Bible Work, v.9.
[20] Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, ed. Frederick W. Danker, 3rd ed. (Chicago: University of Chicago Press, 2000), BibleWorks. v.9. 
[21] ---------, Alkitab Perjanjian Baru: Dalam Terjemahan Sederhana (Yogyakarta: ANDI, 2014), 61.