KITAB-KITAB
KEBIJAKSANAAN
Kata
Ibrani “hokma” berbicara tentang seni/ketrampilan praktis
Penyalahgunaan
kitab-kitab kebijaksanaan:
1. Membaca hanya sebagian (mestinya
seluruh berita) à pengkotbah 3:2
2. Salah mengerti istilah-istilah,
kategori tulisan dan gayanya à Amsal 23:2
3. Gagal dalam mengikuti alur perdebatan dalam
dialog hikmat à Ayub 15:20, percakapan Ayub dan Elifas.
Persoalan
kebijaksanaan adalah bagaimana saya menjadi orang yang bijaksana, dan bukan
bagaimana bertindak bijaksana. “What he
is, and not what he is doing”
Para
pengajar kebijaksanaan disebut “orang-orang bijaksana”. Mereka menyebut muridnya “anak-anak”, sebab
mereka disebut “bapa (kadang ibu)” oleh para muridnya. Sebagai suatu kelompok masyarakat tersendiri,
kelompok orang bijak ini muncul kirakira pada permulaan Kerajaan Israel)
Kebijaksanaan
yang diajarkan di keluarga selalu lebih banyak daripada yang lain. Tekanannya pada kehendak Allah.
Kebijaksanaan
diantara rekan-rekan sekerja biasanya dilakukan dengan jalan berdiskusi atau
berdebat. Pengkotbah adalah contoh y ang
monolog panjang, sedangkan Ayub adalah dialog panjang.
Kebijaksanaan
diungkapkan dalam/melalui bentuk puisi, dengan maksud supaya mudah diingat.
PENGKOTBAH
contoh kebijaksanaan yang sinis
1. Segalanya sia-sia sekarang (diuraikan
dengan ssangat panjang), dikontraskan dengan satu prinsip Alkitab (yang relatif
pendek; Cuma di pasal 12:13-14 dan ayat 1)
2. Seandainya tidak ada hidup kekal
sesudha kematian dan Allah tidak ada, maka uriaan yang sangat panjang itu
genius.
AYUB
contoh kebijaksanaan yang lebih tinggi (melampaui kebijaksanaan sekuler)
1. Apa yang terjadi dalam hidup kita
tidak selalu terjadi karena Allah menghendakinya atau karena hal itu adil
2. Pada waktu kesimpulan bahwa
“kehidupan itu ternyata tidak adil” diungkapkan, maka Ayub menang. Namun ketika ditanyakan “mengapa Ayub
mengalaminnya?”, Allah menang. Sebab
jalan-jalannya memang jauh lebih tinggi dari jalan-jalan kita (Dia mengijinkan
penderitaan itu terjadi, tetapi Dia tahu apa yang sedang dilakukanNya, sehingga
hakNya tak bisa dipertanykan.
AMSAL
adalah peraturan-peraturan/ketetapan-ketetapan yang dapat digunakan oleh
manusia untuk hidup yang bertanggung jawab dan berhasil. Fokusnya: sikap-sikap praktis:
1. Asal katanya “mesyallim” atau
majas/perumpamaan/ucapan-ucapan yang dibuat secara khusus.
2. Pernyataan yang singkat (agar mudah
diingat) dan khusus tentang suatu kebenaran.
Biasanya digunakan bahasa kiasan dan mengungkapakan berbagai hal dengan
perbandingan (tidak terinci lengkap). Contoh Amsal16:3; 15:20.
Lihat
9 prinsip penggunaan Amsal yang tepat
Beberapa
garis pedoman eksposisi Amsal yang tepat:
1. Amsal bukanlah jaminan yang sah dari
Allah untuk hidup sukses yang otomatis.
Ibrani. Keberhasilan, yang di
mata Allah selalu tidak sama dengan yang dibayangkan manusia. Contoh: hemat pangkal kaya, rajin pangkal
pandai. Amsal22:26-27à sisi bahaya orang berhutang; 29:12 à ungkapan hiperbola; 15:25à Tuhan memeperhatikan orang ayang
menderita.
2. Amsal harus dibaca sebagai satu
koleksi (perhatikan konteksnya secara keseluruhan). Kalau tidak, banyak orang yang kan berlaku
secara tidak adil terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Contoh: Amsal 21:22; 15:20
3. Kata-kata Amsal disusun agar mudah
diingat, bukan supaya tepat secara teori (ada yang disusun menurut abjad (Amsal
31). Contoh dalam bahasa Indonesia:
berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Artinya bersakit-sakit dahulu, senang
kemudian.
4. Beberapa Amsal harus “diterjemahkan”
(diterangkan secara khusus) agar dapat dimengerti (di sini kita perlu
pertolongan)
No comments:
Post a Comment