Saturday, 19 August 2017

Prinsip Hermeneutik kitab-kitab kebijaksanaan ( Pengkhotbah,Ayub,Amsal )


Hasil gambar untuk Hermeneutik Roy b Zuck

KITAB-KITAB KEBIJAKSANAAN


*      Kata Ibrani “hokma” berbicara tentang seni/ketrampilan praktis
*      Penyalahgunaan kitab-kitab kebijaksanaan:
1.      Membaca hanya sebagian (mestinya seluruh berita) à pengkotbah 3:2
2.      Salah mengerti istilah-istilah, kategori tulisan dan gayanya à Amsal 23:2
3.      Gagal dalam mengikuti alur perdebatan dalam dialog hikmat à Ayub 15:20, percakapan Ayub dan Elifas.
*      Persoalan kebijaksanaan adalah bagaimana saya menjadi orang yang bijaksana, dan bukan bagaimana bertindak bijaksana.  “What he is, and not what he is doing”
*      Para pengajar kebijaksanaan disebut “orang-orang bijaksana”.  Mereka menyebut muridnya “anak-anak”, sebab mereka disebut “bapa (kadang ibu)” oleh para muridnya.  Sebagai suatu kelompok masyarakat tersendiri, kelompok orang bijak ini muncul kirakira pada permulaan Kerajaan Israel)
*      Kebijaksanaan yang diajarkan di keluarga selalu lebih banyak daripada yang lain.  Tekanannya pada kehendak Allah.
*      Kebijaksanaan diantara rekan-rekan sekerja biasanya dilakukan dengan jalan berdiskusi atau berdebat.  Pengkotbah adalah contoh y ang monolog panjang, sedangkan Ayub adalah dialog panjang.
*      Kebijaksanaan diungkapkan dalam/melalui bentuk puisi, dengan maksud supaya mudah diingat.
*      PENGKOTBAH contoh kebijaksanaan yang sinis
1.      Segalanya sia-sia sekarang (diuraikan dengan ssangat panjang), dikontraskan dengan satu prinsip Alkitab (yang relatif pendek; Cuma di pasal 12:13-14 dan ayat 1)
2.      Seandainya tidak ada hidup kekal sesudha kematian dan Allah tidak ada, maka uriaan yang sangat panjang itu genius.
*      AYUB contoh kebijaksanaan yang lebih tinggi (melampaui kebijaksanaan sekuler)
1.      Apa yang terjadi dalam hidup kita tidak selalu terjadi karena Allah menghendakinya atau karena hal itu adil
2.      Pada waktu kesimpulan bahwa “kehidupan itu ternyata tidak adil” diungkapkan, maka Ayub menang.  Namun ketika ditanyakan “mengapa Ayub mengalaminnya?”, Allah menang.  Sebab jalan-jalannya memang jauh lebih tinggi dari jalan-jalan kita (Dia mengijinkan penderitaan itu terjadi, tetapi Dia tahu apa yang sedang dilakukanNya, sehingga hakNya tak bisa dipertanykan.
*      AMSAL adalah peraturan-peraturan/ketetapan-ketetapan yang dapat digunakan oleh manusia untuk hidup yang bertanggung jawab dan berhasil.  Fokusnya: sikap-sikap praktis:
1.      Asal katanya “mesyallim” atau majas/perumpamaan/ucapan-ucapan yang dibuat secara khusus.
2.      Pernyataan yang singkat (agar mudah diingat) dan khusus tentang suatu kebenaran.  Biasanya digunakan bahasa kiasan dan mengungkapakan berbagai hal dengan perbandingan (tidak terinci lengkap). Contoh Amsal16:3; 15:20.
*      Lihat 9 prinsip penggunaan Amsal yang tepat
*      Beberapa garis pedoman eksposisi Amsal yang tepat:
1.      Amsal bukanlah jaminan yang sah dari Allah untuk hidup sukses yang otomatis.   Ibrani.  Keberhasilan, yang di mata Allah selalu tidak sama dengan yang dibayangkan manusia.  Contoh: hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai.  Amsal22:26-27à sisi bahaya orang berhutang; 29:12 à ungkapan hiperbola; 15:25à Tuhan memeperhatikan orang ayang menderita.
2.      Amsal harus dibaca sebagai satu koleksi (perhatikan konteksnya secara keseluruhan).  Kalau tidak, banyak orang yang kan berlaku secara tidak adil terhadap dirinya sendiri dan orang lain.  Contoh: Amsal 21:22; 15:20
3.      Kata-kata Amsal disusun agar mudah diingat, bukan supaya tepat secara teori (ada yang disusun menurut abjad (Amsal 31).  Contoh dalam bahasa Indonesia: berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.  Artinya bersakit-sakit dahulu, senang kemudian.
4.      Beberapa Amsal harus “diterjemahkan” (diterangkan secara khusus) agar dapat dimengerti (di sini kita perlu pertolongan)



No comments:

Post a Comment